Thursday 26 September 2013

Ketika Ma'el Jatuh Cinta



Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, aku mempunyai seekor sahabat bernama Mael waktu mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Penampakannya sangat mengenaskan dan seringkali menjadi bahan hujatan kaum wanita. Iya, dia memang bukanlah cowok idaman bagi setiap wanita. Karena sepanjang perjalanan hidupnya, sangat jarang ada wanita yang kalap dan khilaf sehingga mau jatuh cinta padanya. Meski kenyataannya demikian, namun tetap saja dia merasa sebagai makhluk keren yang digila-gilai para wanita (menurutnya lho, bukan menurut kami...).
 
Iki Gambare Ma'el Tak Gambar Dewe...



Sampai detik ini, sampai dengan aku menulis cerita tentangnya, aku masih belum menemukan, alasan dari keberadaanya di alam ini. Allah mempunyai rahasia besar dalam setiap makhluk yang Dia ciptakan. Termasuk dengan ciptaanNya yang bernama Mael ini. Sampai saat ini, tak ada yang tahu, mengapa Tuhan menciptakan makhluk sekomplet dan selengkap dia. Jika temen-temen penasaran, silahkan saja lihat-lihat fbnya. Memang, Tuhan menciptakan Mael dengan sempurna. Semua yang jelek-jelek ada pada dirinya. Mungkin didunia ini tak ada lagi makhluk lain selengkap Mael ini. Mulai dari rambut keriting yang gak bisa dibentuk, wajah mesum yang gak ketulungan, bibir gak jelas arah dan tujuannya, idung pesek yang kadang-kadang susah buat dipake napas, sampe kulit item yang kadang gak terlihat dalam gelap waktu malam. Bahkan, ketika dia berjalan di siang hari, dan kita melihatnya dari jauh, maka dalam bayangan kita yang pertama kali adalah kita akan melihat sesosok cowok kumel, yang sedang berjalan sambil membawa jemuran rajangan daun tembakau di atas kepalanya.
Tapi walo dia jelek dan tidak mirip dengan yang namanya manusia, tetap saja dia adalah manusia walaupun Cuma abal-abal. Dia bisa merasakan jatuh cinta juga. Tak jarang dia merasakan jatuh cinta kepada para wanita, dan tak jarang juga dia kecantol dengan cowok. Maklum sajalah,  dia kan termasuk makhluk yang bisa seneng cewek maupun cowok. Buktinya, dia juga pernah bilang kalo aku ini manis dan imut-imut. Terus dia juga sering kirim-kirim cium jauh buatku. Malah kadang dia nyosor-nyosorin bibirnya ke arahku. Tentu saja, aku jijik dengan apa yang dia lakukan dan melayangkan tendangan kilat ke arah wajahnya. So, dia yang sudah jelek, terkadang menjadi semakin jelek lagi setelah mendapatkan tendanganku.
Ma'el Pengikut Vicky-isme...

Kembali lagi, Mael juga pernah merasakan jatuh cinta karena dia juga manusia walaupun berstatus setengah siluman. Sewaktu pertama kali masuk didunia perkuliahan, aku pesimis banget ketika bertemu dengannya. Melihat penampilannya yang sangat mengenaskan seperti itu, aku gak yakin sama sekali jika nantinya (atau bahkan sepanjang sejarah hidupnya) akan ada cewek yang tertarik kepadanya. Iya, sebuah pemikiran yang rasional memang. Kita harus selalu mengkomparasikan keadaan yang ada dengan kemungkinan yang akan terjadi nantinya. Namun karena dia adalah makhluk spesial, maka jatuh cintanya pun spesial. Memang, wajahnya aneh, dan akan semakin aneh setiap harinya, begitupun kisah cintanya. Akan sebanding lurus dengan wajahnya yang terkesan  mbulet.
Entah siapa yang memulai, ketika itu, dalam kelas Bahasa Inggris 2006 a, tersebar gosip yang sangat aneh. Diantara mereka, tersebar sebuah berita tentang dua anak manusia yang dikabarkan saling jatuh cinta. Yups!! Benar. Ini adalah berita pertama tentang Mael yang dikabarkan sedang menjalin kisah dengan seorang cewek yang kabarnya juga merupakan temen sekelas. Aku sangat yakin, berita ini sengaja dihembuskan sendiri oleh si Mael, dengan harapan agar teman-teman lain berfikiran dia juga bisa laku di dunia perkuliahan yang keras ini. Secara kasat mata, gak mungkin lah si Mael ini bisa mendapatkan seorang wanita yang notabene datang dengan status jatuh cinta padanya. Mungkin cara terbaik untuknya untuk mendapatkan wanita adalah dengan cara main ke dukun dan mengguna-gunai si wanita biar jatuh cinta padanya.
Kabar yang berhembus mengatakan bahwa, dikelas kami, dia menjalin hubungan dengan seorang cewek yang bernama Ika. Karena kami masih baru (ketika itu baru beberapa bulan saja mengenyam bangku kuliah, sehingga belum hafal antara wajah dan nama orang), maka kami berinisiatif untuk menyelidikinya. Target kami adalah seorang cewek yang dipanggil Ika. Dalam menjalankan penyelidikan ini, kami yang terdiri dari Aku, Patria, dan Kak Tukim yang biasa dipanggil kak Seto, mengagendakan tahap-tahap penyelidikan.
Tahap pertama adalah bertanya langsung kepada Mael tentang siapa si Ika itu. Namun seperti yang sudah kami perkirakan, ketika tahap ini kami laksanakan, jawaban cengengas-cengenges dari Mael membuat kami menjadi jijik dan memaksa kami untuk segera mengakhiri tahap ini. Bukan karena apa-apa, tapi, karena ketika Mael ditanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan Ika, dia hanya akan meringis dan cengengas-cengenges sambil mulutnya mengeluarkan lendir air liurnya yang bau kaos kaki itu...
Dek Fevie Ariastana... Dulu sempat ditaksir juga sama Ma'el....


Tahap pertama gagal, tahap kedua kita mulai. Kali ini kami tidak melibatkan Mael dalam penyelidikan. kami yang biasanya sangat anti pada dosen, mendadak menjadi rajin masuk kuliah. Jangan menyangka kami bertobat setelah mendapatkan siksaan dari ilernya Mael, bukan itu saudara. Kami menjadi rajin masuk karena kami mengincar buku absensi mahasiswa yang pasti dimiliki oleh para dosen. Setelah berpura-pura manis dan memasang wajah unyu-unyu setiap waktu (yang justru membuat para dosen terkesan jijik dengan sikap kami), akhirnya kami mendapatkan lembaran yang berisi nama-nama mahasiswa dikelas ini. Yups... itu pun dengan perjuangan yang gak mudah. Kami harus senantiasa menjadi mahasiswa yang masuk paling awal, terus merayu-rayu dosen untuk dipinjemi buku itu, dan lain-lainnya.
Segera kami periksa nama-nama yang ada dalam lembaran tersebut. Sayangnya tidak kami ketahui dengan pasti, siapa sebenarnya yang bernama Ika itu. Dari sekian mahasiswa, tak ada satupun yang tertulis nama “Ika” disana. Yang ada hanya Eka Chaerunnisa, Mariko Shinoda yang biasa dipanggil Ikoh, Siti Kondhilati yang biasa dipanggil Dila, Siti Dilalerin yang biasa dipanggil Erin, dan nama-nama aneh lainnya. Yang paling mirip dengan kenyataan mungkin adalah Eka. Maka kami segera mencari nama itu kemudian mencari orangnya. Singkat kata, kami pun menemukan Eka. Dan ketika kami tanyakan apakah dia adalah pacarnya Mael, ternyata jawaban yang kami dapat adalah...
“aaaapppppaaaahhhhhhh???? Mael??? Huuuwwweeeeeekkkkkkkkkk!!!! Wwweeegggggaaaaaaahhhhhh!!!! Emang gak ada cowok lain selain dia?? Amit-amit jabang bayi. Kalo aku jadian sama dia, terus nikah, terus punya anak, aku kasihan sama anakku nanti. Pasti dia akan beban mental punya bapak kayak si Mael... astaghfirullah...” kami yang mendengar jawaban itu, serta merta menangis meraung-raung. Kami menyadari, ternyata kata-kata si eka memang benar, dan yang membuat kami menangis adalah kenapa baru sekarang kami menyadari kenyataan itu??? Bukan dari yang dulu-dulu???. Dan tahap kedua dari penyelidikan kami ini pun mengalami kegagalan. Kami tak mampu menemukan cewek yang bernama Ika....
Dek Pepi di Kopma.....

Tahap ketiga dari penyelidikan kami adalah tahap terjun ke lapangan secara langsung. Kami yakin cara ini pasti berhasil karena kami akan langsung bersinggungan dengan para mahasiswa lain. Pada hari yang telah ditentukan, siang itu sepulang kuliah, kami bertiga bersiap, mengambil ancang-ancang untuk mrnjalankan aksi yang telah direncanakan. Selepas dosen berlalu, patria, aku, dan tukim langsung keluar, dan mencegat para mahasiswa yang ingin keluar. Di pintu ruangan, kami bertiga sibuk bertanya dengan satu pertanyaan aneh... “kamu Ika ya???” namun dari sekian banyak mahasiswa yang kami tanyai, tak ada satupun yang mengaku jika dia bernama Ika. Kami tanyakan hal itu pada setiap mahasiswi yang melewati kami, tapi tetap saja jawaban “bukan” yang kami terima. So, hari itu, kami pun gagal dengan aksi kami. Rasa bosan pun menghinggapi, sampai akhirnya kami memutuskan untuk menghentikan aksi kami hari itu.
Tapi tak lama setelah itu, datanglah seorang pembawa kabar berita yang bernama Nurul Istiana, anak Lasem yang lebih keren dengan panggilan Chacik. Dia mengatakan telah menemukan sesosok makhluk bernama Ika dalam kelas kami. Ternyata setelah diselidiki olehnya, nama asli dari Ika yang digosipkan dengan Mael ini adalah Sholikhah. Jebretttt!!!! Pantes aja gak ketemu-ketemu. Lha wong namane aja beda banget sama yang tertera di lembaran absen. Kalo ditempatku sih, nama Sholikhah paling-paling dipanggil Solik. gak ada panggilan laen... mengetahui kabar itu, kami bertiga langsung beraksi, mencari sosok yang bernama Sholikhah...
“Mael??? Aku bener-bener gak tahu kok siapa yang nyebarin gosip kalo aku pacaran sama Mael. Sumpah aku gak tahu. Aku malah mikirnya gosip ini dibikin oleh Mael sendiri..biasa, mungkin sebagai modus dia untuk ngedeketin aku. Tapi sumprit aku gak tahu menahu tentang gosip ini. Lagian aku juga masih mikir-mikir umpama aku jadian sama dia. Aku gak mungkin deh sepasrah itu dengan menerima Mael menjadi pacarku. Lagian juga masih banyak cowok lain yang pasti lebih keren dari dia yang mau sama aku. Kan aku harus mikirin keluargaku juga, bagaimana perasaan mereka kalo tahu anaknya yang manis ini jadian sama sebuah makhluk yang beridentitas sebagai Mael.. coba pikirkan bagaimana perasaan mereka.. dan juga, aku...”
Aku dan Dek Fian Di Kopma Membahas Kaos JKT48 plus AKB48... wotta....

“CUKUUUUUUUPPPPPP!!!!!” kak tukim berteriak menghentikan Ika yang dari tadi ngomong gak brenti-brenti ketika kami tanya perihal Mael. Kami hanya melongo ketika dia bicara tanpa putus, membuat kami sesak nafas, membuat kami pengap dengan kadar oksigen rendah yang terkontaminasi karbon dioxida dari hasil bicaranya, dan juga terinduksi dengan telak oleh bau mulutnya yang lumayan gak enak itu. dan akhirnya kami terselamatkan oleh teriakan kak Seto tukim...
“sudahlah, terima kasih. Kami Cuma penasaran dengan gosip yang berkembang. Kami pikir kamu telah khilaf sudah mau menerima Mael menjadi pacar kamu. Terima kasih..” aku meminta maaf dan mengucapkan terima kasih pada Ika. Sekarang sudah semakin jelas, jika ternyata gosip yang berkembang selama ini tidaklah benar, dan Ika masih beruntung tidak menjadi pacarnya si Mael. Untuk selanjutnya, Ika ternyata masih bisa berfikiran waras. Dia lebih memilih ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa untuk menjadi pacarnya daripada memilih Mael.. tabahkan hatimu sobat... pasti suatu saat masih ada wanita yang khilaf dan mau menerimamu menjadi pasangannya. Kalopun sudah tak ada lagi yang mau, maka, tenang sajalah.. nanti kami bantu untuk mengimpor sapi dengan kualitas terbaik dari peternakan Aussie.. tabahkanlah dirimu kawan... hidup memang sebuah perjuangan...
Dek Pepi.....

Monday 16 September 2013

Calon Pemain Profesional = Best Momment



Cerita Sebelumnya ada disini....
Mungkin momen terbaik yang pernah aku jalani ketika bermain sebagai pefutsal (anggap aja futsall sama dengan sepakbola) adalah ketika bertanding mewakili jurusan di piala UKM Bidang Olah raga. Sebanyak 32 tim bertanding dengan sistem gugur. Kejuaraan intern kampus ini diadakan setahun sekali, dan momen terbaik terjadi pada tahun 2007. Ketika itu, setelah diadakan undian, pada fase awal tim kami berhadapan dengan Tim dari Fakultas Teknik, dari kelas Teknik Perangkat Lunak. (tahu gak pemain tim kami siapa aja?? Yups! Gak salah lagi. Pemainnya adalah para kampret yang tergabung dalam genk Andrea, yakni aku, Mael, Patria, Tukim, mbah Jan, ditambah dari kelas lain seperti Simon, Imam, dan Mael. *memang ada 2 Mael dalam tim kami, tapi Mael yang bukan anggota genk Andrea penampilannya jauh lebih ganteng dan lebih keren daripada Mael yang jadi anggota genk).


Pada pertandingan pertama itu, dengan pemain inti aku, Mael jelek, Patria, Simon, dan Mbah Jan, masuk ke lapangan pertandingan dengan sangat tidak meyakinkan. Kalo aja temen-temen pembaca pada waktu itu hadir, mungkin akan ngakak dan berguling-guling menahan tawa melihat penampilan kami yang sangat mementingkan gaya daripada skill bermain. Kami lebih mirip rombongan singa laut yang tengah menikmati pertunjukan yang dia lakukan. Bayangkan, ditengah sorak sorai penonton yang membahana, kami masih saja melakukan hal-hal gila yang membuat para audiens ingin segera membakar kami hidup-hidup. Ketika tim lawan sedang tegang dan serius mengamati kedatangan kami sebagai musuh tandingnya, kami malah sangat santai. Kami masuk lapangan dengan gerakan ber-dadah-dadah yang semakin membuat panonton menggila. Mail masuk pertama kali ke lapangan dengan gaya mantap melambai-lambaikan tangan, Tukim masuk lapangan dengan menebar senyuman, mbah Jan masuk dengan gaya seperti kiper profesional, yakni lari kekiri lari kekanan, dan yang terakhir masuk adalah aku bareng Patria. Aku hanya senyum-senyum membayangkan berada di stadion Gelora Bung Karno, sedangkan patria... hemmm... dia masuk sambil menebar cium-cium jauh ke seluruh sudut penonton sambil bilang “I love you too... i love you too.. i love you too... thak you... thank you..” (padahal gak ada satupun penonton yang bilang I love you pada kami. Apalagi pada patria. Benar-benar obsesi jadi artis). sembari bilang gitu, sun jauhnya melayang dari bibir ke arah penonton yang pastinya jijik jika beneran dapat sun jauhnya si Patria.
Tsania 11

Zlatan Izmailovic 8


Patria Choy Vichiz 7


Komposisi pemain yang diturunkan pada pertandingan pertama melawan Tim FT TPL waktu itu adalah Mbah Jan (Kiper – kostumnya tak bernomor), Mael Jelek (Belakang-nomor kostum 8, dimirip-miripin dengan nomor kostumnya Zlatan Ibrahimovic yang waktu itu bermain untuk Inter Milan), Simon (Belakang-nomor kostum 6), Aku (Tengah-Gelandangan-Playmaker dengan nomor kostum 11), dan Patria (penyerang dengan nomor kostum kebanggaan 7). Sebuah komposisi yang sangat tidak merupakan komposisi impian. Dan sebelum pertandingan dimulai, diadakan undian untuk memilih bola atau tempat. Dengan segera, meskipun teman-teman tidak menunjukku, aku langsung bergegas ke garis tengah dan bertindak sebagai kapten. Mumpung ada kesempatan, walo gak jadi kapten timnas Indonesia, jadi kapten tim futsal juga gak apa-apalah. Namanya juga sama-sama kapten. heee...
Pertandingan pun dimulai. Kami bermain sama-sama ngotot dan terjadi beberapa kali pelanggaran. Momen terbaikku akhirnya muncul juga. Mendapatkan bola dari sisi kanan, aku melepaskan tendangan keras ke arah gawang (musuh! Bukan gawangku sendiri!). bola melaju dengan keras. Mulutku komat-kamit berharap itu menjadi gol.. bola terus melaju.. menuju ke gawang.. dan.... tapppp!!! Bola ditepis oleh penjaga gawang. Penonton kecewa dan memberikan suara “ooooooooooowwwwwwwww” seperti di pertandingan beneran di tipi-tipi. Sial! Tendanganku hanya menghasilkan sepak pojok!! Mael Jelek segera ke sudut dan mengambil sepak pojok untuk tim kami. Seluruh pemain musuh turun bertahan. Mael mulai bersiap mengambil tendangan. Aku berusaha masuk ke tengah-tengah para pemain musuh. Dari isyarat yang diberikan, mael menandakan akan mengirimkan bola bawah. Dan Bug.. bola ditendang mendatar. Aku yang ada dalam kepungan para pemain musuh sudah putus asa. Yang aku lakukan hanya menjulurkan kaki kiriku dan memejamkan mata. Aku tak tak peduli apa yang akan terjadi nanti. Yang aku tahu, aku  bener-bener merem ketika mael mulai menendang bola ke kerumunan depan gawang musuh. Tiba-tiba... GOOOOLLLLLLL!!!!! Para penonton berteriak menandakan gol telah terjadi. Aku buka mata kiriku, kulihat memang bola tergeletak disudut gawang. Aku buka mata kananku biar lebih yakin. Iya, memang gol!! Tapi siapa yang mencetak gol?? Belum sempat keherananku hilang, punggungku ditepuk oleh teman-teman setim. “Bagus Kong!! Masuk!!”. Aku masih bengong dengan penuh rasa tak percaya. Aku yang masukin?? Aku lihat-lihat sekeliling. Terlihat teman-teman setimku gak ada yang merayakan gol itu. Berarti, kemungkinannya adalah, aku yang masukin! Setelah yakin kalo aku yang masukin bola ke gawang, dengan didahului bengong yang cukup lama, aku akhirnya berteriak.. “GGOOOOOLLLLLLLLLLLL!!!” dan berlari merayakan gol yang kucetak seperti para pemain yang sering aku lihat di tipi. Biar mereka yakin, kalo aku mencetak gol karena kerja keras dan skill ku, bukan karena keberuntungan. (mungkin Cuma aku satu-satunya orang didunia yang mencetak gol dengan cara merem dan Cuma menjulurkan kaki kiri di depan gawang musuh...). sementara itu penonton berteriak-teriak tak karuan. Tapi intinya adalah satu kalimat.. “Telat Kang Ngerayainnya...”







Setelah mencetak gol itu, permainan menjadi semakin keras dan brutal. Berkali-kali kami bergulingan, saling dorong, dan saling jegal. Sampai akhirnya, gak sampai 5 menit setelah mencetak gol pertama tadi, aku yang sedang membawa bola dari sisi kanan, mendapatkan sebuah injakan di kaki kiriku. Sebuah injakan yang aku gak tahu apakah disengaja ataukah tidak. Tapi efeknya sangat luar biasa. Aku harus minta diganti karena pergelangan kaki kiriku rasanya cekot-cekot dan cenit-cenit. Dengan agak pincang-pincang, aku keluar dari lapangan, digantikan oleh imam. Gak tahu dapat inspirasi darimana, sepeninggalku teman-teman malah main lebih kesetanan. Dengan lapangan tengah dipegang oleh imam (yang ternyata permainannya jauh lebih kreatif daripada caraku bermain), permainan kami jadi lebih hidup. Jika waktu aku bermain hanya menghasilkan 1 gol saja (itu pun dengan keberuntungan tingkat tinggi), maka selepas aku keluar lapangan, timku berhasil memasukkan 3 gol lagi. Meski dibalas 1 gol oleh tim FT TPL, namun kemenangan 4-1 tak tergoyahkan. Patria dengan kegilaannya berhasil memasukkan 2 gol, dan satunya lagi dicetak oleh imam dari spesialisasinya yakni tendangan jarak jauh. Yahhh!! Kita menang dipertandingan pertama dan berhak masuk ke 16 besar!! Begitu pertandingan selesai, aku dan anggota lain dari Genk Andrea segera berhamburan ke tengah lapangan. Kami berpelukan dan merayakan kemenangan kami..
Pertandingan kedua, kami berhadapan dengan tim dari kelas bahasa Indonesia. Masih dengan gaya yang sama, kami masuk lapangan. Kami sadar, kami semakin digila-gilain sama para penonton. Buktinya adalah ketika kami masuk lapangan, para penonton berteriak “Gila!! Gila!! Gila!!”. Itu kan buktinya para penonton sangat menggila-gilain kami. Dalam pertandingan itu, komposisi yang dimainkan masih sama. Yakni aku, Mael Jelek, Mbah Jan, Simon, dan Patria. Bertindak sebagai kapten yang ilegal dan tak dikehendaki adalah aku. Xixixi. Dalam pertandingan itu, karena masih belum bener-bener 100% sembuh, maka lagi-lagi aku gak bisa maen lebih dari 5 menit. Untuk kedua kalinya aku digantikan oleh Imam. Ketika aku keluar lapangan, kedudukan masih sama kuat, 0-0. Eh, begitu Imam masuk, permainan jadi berubah dan menjaringkan 2 gol lewat Imam dan Patria. Meski sempat disamakan menjadi 2-2, tapi pada adu tendangan penalti, tim kami akhirnya keluar sebagai juara. Kami berhak untuk maju ke babak 8 besar!! Sebuah prestasi yang membanggakan karena komposisi tim kami terdiri dari para pemain yang cenderung aneh..

4 Andrea...

Chacik Mbot, Mael Mbot, Fitri Mbot...

Pertandingan selanjutnya adalah pertandingan di babak 8 besar. Tim yang kami hadapi waktu itu adalah tim kuat yang merupakan perwakilan dari anak-anak ekonomi. Berbeda dengan yang sebelumnya, pada saat itu, pemain yang diturunkan tidaklah sama dengan pertandingan sebelumnya. Demi efektifitas permainan, pada pertandingan ketiga tersebut, pemain yang diturunkan adalah Mael Jelek, Imam, aku, Tukim, dan Mael Ganteng. Patria yang pada dua pertandingan sebelumnya menggila, tidak bisa hadir tepat waktu karena harus menyelesaikan urusan utang piutangnya dulu. Patria harus ngumpet dulu karena sudah diuber-uber sama penagih hutang gara-gara gak bisa ngelunasin utangnya sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan. Bertindak sebagai kapten, masih tetep seorang pemain ganteng bernomor punggung 11 yang pada kostum tandingnya tertulis nama “Tsania”. Permainan pun dimulai. Entah kesurupan jin penunggu daerah mana, kami bermain sangat buruk pada pertandingan ketiga ini. Aku menduga, mbah jan yang bertindak sebagai kiper pasti telah disuap dengan sebungkus nasi rames ditambah tempe sambel yang dibeli di mbak-mbak penjual nasi didepan kampus yang sering jadi langganan kami ngutang. Mainnya sangat jelek. Tiap ada yang nendang bola ke arahnya, pasti masuk. Kiper macam apa dia?? Gayanya aja sok-sokan jadi kiper profesional. Dikasih bola lambung masuk, dikasih bola datar masuk, dikasih bola menyusur tanah, juga masuk. Kiper macam apa dia itu?? Alhasil, diakhir kisah, dalam pertandingan  ketiga di babak 8 besar itu, kami harus pulang dengan skor tipis, 8-2!!! Benar-benar tipis!! (Tipis dengkulmu!!)
Semenjak kekalahan yang terjadi pada tahun 2007 itu, aku sebagai kapten yang baik (meski para anggota tim gak pada rela aku yang jadi kapten timnya) memutuskan untuk memikirkan kembali cita-citaku untuk menjadi pemain sepakbola timnas. Demi terlihat seperti kapten yang bertanggungjawab, aku memutuskan juga untuk tidak lagi bermain sepakbola ataupun futsal. Sisi baiknya dari peristiwa pembantaian tim kami 8-2 oleh tim anak-anak ekonomi yang akhirnya menjadi juara itu adalah, aku sepenuhnya sadar, aku gak bisa menjadi pemain timnas Indonesia. Selain kualitas yang gak mumpuni, juga karena pasti nanti akan mempermalukan nama bangsa dan negara jika pemain yang bertanding kualitasnya seperti aku. Bisa-bisa menpora akan malu kalo berkunjung ke negara lain gara-gara sering kalah gedhe.
Pengalaman terakhirku ketika bermain sepakbola adalah ketika memperkuat tim Guru di Hari jadi PGRI tahun 2012 kemarin. Terhitung, sejak 2007, aku baru main bola lagi untuk pertama kali setelah 5 tahun vakum. Tau gak, di pertandingan itu, aku jadi starter lho. Aku main sejak awal. Tapi, seperti biasanya juga yang aku alami dulu-dulu, baru 5 menit bermain, sudah ngos-ngosan dan digantikan oleh pemain lain. Memang, nasib tak bisa membohongi. Jika sudah berteman dengan yang namanya bangku cadangan, maka harus baik-baik sama bangku cadangan...ah, ngomong apa sih ini. Kesimpulannya adalah, aku gagal menjadi pemain Timnas Sepakbola Indonesia, dan Indonesia beruntung aku gak jadi pemain Timnasnya. Gitu aja kok mbulet.. udah ah, capek. Mending ngetik-ngetik yang lainnya lagi aja. Untuk sepakbola, cukup sampai disini. Thathaaaaaaa........ salam olah raga!!

Calon Pemain Sepak Bola Dunia = Masa SMA dan Peralihan



 Cerita Sebelumnya ada disini....
Beranjak ke masa SMA, Semasa SMA, aku dipaksa untuk meninjau kembali keinginanku untuk bermain bagi Timnas Indonesia. Di level kelas memang aku masih bisa menunjukkan kebisaanku. Tapi di tingkat sekolah, lagi-lagi aku harus setia dengan yang namanya ketidakberhasilan (baca : kegagalan!!). ketika itu, demi meraih impianku sebagai bintang bola dunia, aku memilih kegiatan ekstrakurikuler sepakbola. Dengan harapan suatu saat nanti bisa terpilih mewakili SMA dalam Popda yang setiap tahun diadakan. Dengan semangat yang membara, aku selalu ikut latihan dan selalu hadir dalam setiap jadwal ekstrakurikuler sepakbola. Bukan hanya hadir, aku selalu menjadi siswa yang pertama kali hadir dalam setiap jadwal latihan. Aku yakin, aku pasti bisa menembus tim Sekolahku. Tahun pertama sekolah bisa dibilang merupakan tahun paling bersemangat bagi setiap siswa. Dengan suasana baru, banyak yang ingin mencari tahu dan juga ingin eksis dalam setiap kegiatan disekolah. Aku pun begitu. Dengan penuh semangat, setiap latihan yang diberikan pelatih (yang juga guru olah raga), aku jalani dengan sungguh-sungguh. Namun, aku baru sadar jika di buku takdirku, aku memang tercatat untuk gagal dalam bersepakbola. Meski aku menjadi siswa yang selalu datang paling awal dalam setiap kegiatan ekstrakurikuler sepakbola, namun selama 3 tahun bersekolah, prestasi yang lebih mengenaskan daripada sewaktu SMP, terjadi lagi padaku. Selama 3 tahun, aku tak sekalipun ikut dipanggil untuk memperkuat tim sepakbola sekolah!! Sangat hore-hore ya bagi yang tahu cowok sekeren aku ternyata selalu merana jika berhubungan dengan sepakbola..

Selepas masa SMA, ketika memasuk jenjang kuliah, cita-citaku untuk menjadi pemain Timnas Indonesia tampaknya belum sepenuhnya pudar. Di awal-awal kuliah, aku memutuskan untuk bergabung dengan Unit Kagiatan Mahasiswa bidang Olah raga. Disana juga aku meniti karier untuk membuka jalan untuk menjadi pemain sepakbola. Namun, nasib yang aku alami tak berbeda jauh dengan sebelum-sebelumnya. Meski aku rutin ikut latihan, aku terlempar dengan tidak hormat dari persaingan dalam memperebutkan posisi sebagai pemain Tim Sepak bola kampus. Disini tak sekalipun aku ikut bertanding. Benar-benar sangat tidak keren ya. gak bisa ikut bertanding sewaktu ada pertandingan sepakbola. Dari sini, aku menjadi sepenuhnya agak sadar, mungkin jalan hidupku bukanlah sebagai pemain sepakbola, tapi sebagai kaum tertindas yang selalu merana dan meratapi kegagalan yang dengan setia menemani.
Tapi, meskipun sebagai calon pemain bola tingkat dunia seperti aku selalu akrab dengan yang namanya bangku cadangan, tak selamanya hanya merasakan pengalaman pahit lho. Memang di tingkat kampus aku gak bisa masuk dalam tim sepakbola, tapi, untuk tingkat kelas dan tingkat jurusan, aku bisa masuk sebagai pemain tim futsal. Jika temen-temen menyangka aku bisa masuk karena skill ku yang mumpuni, temen-temen salah besar! Aku bisa masuk dalam tim jurusan karena sewaktu aku kuliah, jurusan Pendidikan  Bahasa Inggris sangat minim cowok!! Bayangkan ilustrasi berikut. Untuk setiap kelas yang terdiri dari 40 mahasiswa, jumlah maksimal untuk mahasiswa cowok adalah tak lebih dari 6 ekor!! 34 sisanya adalah kaum wanita!! Jadi, tak heran lagi kan kenapa aku bisa masuk menjadi pemain futsal untuk tim kelasku dan jurusan??
selanjutnya ada disini ceritanya...

Calon Pemain Sepakbola Nasional = Awal Karier Yang Aneh...



Aku dari dulu bercita-cita menjadi seorang pemain bola professional. Tepatnya bukan cita-cita sih, tapi keinginan. Aku berkeinginan suatu saat nanti bisa menjadi bagian dari Tim Nasional Indonesia, yang bisa mengenakan Kaos Timnas dan mengibarkan panji-panji kebesaran dan menjadi kebanggaan dari bangsa Indonesia. Setiap ada pertandingan internasional, aku akan selalu dipanggil pelatih Timnas, dan bermain dengan menggunakan kaos dengan nomor punggung 11. Bermain sebagai pengatur permainan, sebagai playmaker, bermain bagus, dan selalu disukai oleh para supporter karena penampilan dan permainan yang aku tampilkan.
Namun yang selalu aku ingat adalah keinginan tak selamanya sejalan dengan kenyataan. Dari dulu selalu begitu. Banyak cita-citaku yang gak kesampaian. Entah itu karena dilarang, ditolak, atau memang benar-benar karena salah dalam menentukan cita-cita. Begitupun juga dengan keinginanku untuk menjadi bintang sepakbola. Harus hilang ditengah jalan, dan pupus tak kesampaian.
Padahal aslinya, jika dilihat secara kualitas, aku termasuk atlit yang menjanjikan lho. Aku sempat masuk nominasi 7 atlit terunyu versi On The Spot di Tipi Pithu. Mengalahkan Zlatan Izmailovic (Atlet Bokep), Patria Kristianto (Atlet PS), Nurul Chachik Istiana (Atlet Dakon), Sylvia Okky Andriani (Atlet Gosip), SiskaTriwahyuningsih (Atlet Lempar Bola Dada), Mustakim Anggara Putra (Atlet Utik), dan Fitri Rahmawati (Atlet Anggar). Namun karena penanganan dari tim pelatih yang tak berkualitas, akhirnya membuatku tidak bisa berkembang.
Untuk mewujudkan ambisiku untuk bisa masuk dalam skuad Timnas Indonesia, sejak kecil aku sudah mulai berlatih sepakbola. Menginjak usia Remaja, yakni ketika aku duduk di bangku SMP kelas 1, aku bergabung dengan klub lokal didaerahku. Setiap dua kali dalam seminggu, aku berlatih bersama teman-teman, dan posisi yang menjadi favoritku adalah pemain sayap kiri atau pemain tengah. Playmaker atau gelandang gitu istilah kerennya. Selama latihan, aku dengan setia berteman dengan yang namanya status sebagai pemain cadangan. Hu um. Aku Cuma menjadi cadangan. Gak Cuma cadangan, resminya adalah cadangannya cadangan. Kalo bingung dengan maksudku, begini nih ilustrasinya. Dalam tim kan ada pemain inti. Nah, pelapis pemain inti ini disebut pemain cadangan, yang akan dimainkan jika pemain intinya berhalangan. Nah, aku baru bisa main jika pemain inti berhalangan, dan pemain cadangan juga berhalangan. Jadi tahu sendiri kan posisiku seperti apa?? Sayang banget ya kalo cowok keren seperti aku ini hanya menjadi spesialis cadangannya si cadangan.
Meskipun begitu, aku tercatat empat kali diikutsertakan dalam uji coba yang diadakan oleh klub. Yang pertama adalah saat melawan kesebelasan dari daerah Kragan (salah satu kecamatan di daerah Rembang, yang terletak disebelah utara kecamatan tempat aku tinggal), yang kedua ketika kami bertandang ke Jatirogo (sebuah daerah dikabupaten Tuban Jawa Timur), yang ketiga ketika kami bertandang ke daerah Tambakboyo (di Tuban, Jawa Timur juga), dan yang terakhir adalah ketika kami kembali bermain kandang. Nah, karena kali ini pokok pembahasannya adalah tentang sepakbola, Sekarang kita bahas kualitasku sebagai pemain bola kelas dunia dengan empat pertandingan yang aku jalani bersama klub ku. (jangan percaya!!)
Pertandingan pertama, aku tetap setia menjadi pemain cadangannya cadangan. Meskipun pada waktu itu kami menang besar (8-0), tapi aku hanya bermain sekitar 3 menit di akhir laga. (mengenaskan!!!). di pertandingan kedua, ketika kami di jatirogo, pelatih memberikanku kesempatan untuk bermain juga. Tahu berapa durasi yang diberikan?? Gak ada satu menit!! Bahkan aku gak sempat untuk mendapatkan bola. Ketika aku masuk sebagai pemain pengganti (lagi-lagi diujung laga), tepat ketika sampai di tengah lapangan, wasit meniupkan peluit panjang tanda pertandingan telah berakhir. Meskipun kami waktu itu menang, tapi rasanya sangat-sangat mengenaskan untuk hatiku. Bayangkan, aku baru masuk ke lapangan ketika pertandingan tinggal akhirnya saja, dan tak sempat mendapatkan bola!! Mengenaskan tingkat dua!!
Berbeda dengan pertandingan pertama dan pertandingan kedua, pada pertandingan ketiga, aku masih diikutsertakan dalam tim untuk bertanding. Dalam pertandingan yang berlangsung dengan keras itu (teman-teman se tim ku banyak mendapatkan luka-luka dan cedera setelah bertanding), nasibku malah lebih mengenaskan daripada sebelumnya. Jika pada sebelumnya aku masih diberi kesempatan untuk menginjkakkan kaki dilapangan tempat pertandingan berlangsung, untuk pertadingan yang ketiga ini, aku sama sekali tidak dimainkan. Jadi, hanya melakukan pemanasan, dan setelah itu menunggu, menunggu, menunggu, dan menunggu sampai pertandingan berakhir!! Sangat sangat sangat sangat Sangat mengenaskan!!
Dalam pertandingan ke empat, yang dilakukan di lapangan sepakbola kesebelasan kami, entah setan mana yang merasuki pelatih waktu itu, dia tiba-tiba memberikanku kesempatan untuk bermain lebih lama. Aku dipasang sebagai starting eleven (11 pemain yang dimainkan sejak awal), dan diberikan kepercayaan penuh sebagai pemain sayap kiri. Disinilah kualitasku diuji. Aku bermain dengan hati seperti yang diajarkan oleh Tsubasa Ozora dalam pilem Captain Tsubasa. Aku bermain bagaikan Tsubasa yang tak terkalahkan. Terbang, menggiring bola, meliuk-liuk, menendang, mengumpan, berteriak-teriak, berguling-guling, menari-nari, dan sarap!! Bukaaannn!! Aku bermain seperti orang lain maen bola kok. Dan kualitasku terbukti, meski bukan sebagai penyerang, tapi aku berhasil memasukkan satu gol ke jaring gawang musuh untuk kemenangan 3-1 tim ku. Peringatan bagi pelatih, selain keren, aku juga punya kualitas!! Jadi, jangan cadangkan aku lagi!!
Kebersamaanku dengan kesebelasan didesaku berakhir ketika aku masuk SMA. Selama kurang lebih 3 tahun, aku bergabung dengan tim desaku. (coba bayangkan, betapa mengenaskannya statistik yang aku miliki. Bergabung selama 3 tahun, di ikutkan pertandingan sebanyak 4x, dengan 2x dimainkan tak lebih dari 3 menit, 1 kali tidak dimainkan, dan hanya 1x dimainkan sebagai starter, dengan 1 gol yang tercipta. Hitung-hitungan kasarnya adalah, jika 1 tahun 365 hari, maka 3 tahun berarti 1.095 hari. Jika dibagi 4x ikut pertandingan, maka rata-rata angka yang aku dapatkan adalah, 273,75- dua ratus tujuh puluh tiga koma tujuh puluh lima- hari untuk 1x ikut pertandingan!! Coba bandingkan dengan teman-teman yang lain. Mereka rata-rata bermain 3x dalam sebulan, sedangkan aku?? 4x dalam 3 tahun!! Sebuah statistik yang sangat tidak membanggakan sama sekali.. hiks-hiks). Kesimpulannya, jika dibuat semacam profil seperti pemain-pemain yang biasa tampil di tipi, statistik bermainku sebagai pemain klub lokal desaku  adalah sebagai berikut jadine:
 
Nama                     : M. Fuad Shulkhan Tsania
Posisi                    : Playmaker, Gelandang Serang, sayap kiri
Kebangsaan            : Indonesia
Nomor Punggung     : 11 (kalo belum dipakai oleh pemain lain)
Bermain                 : 4 kali
Gol                        : 1
Catatan                 : 4 x main dalam 3 tahun dan 2x main tak lebih dari 5 menit, dan spesialis cadangannya cadangan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...