Desember... bulan ke 12 dan akhir
dari semua bulan dalam satu tahun. Iyah, sekarang kita sudah masuk ke bulan
Desember lagi gaes. Karena apa? Karena kemarin kita sudah selesai melewati
bulan November! *plakkk!
Menurut pendapat orang-orang sih,
bulan Desember ditandai oleh 2 hal yang sangat penting. Yaitu yang pertama,
menurut orang Jawa, Desember merupakan singkatan dari Deres-derese Sumber
(deras-derasnya sumber mata air). Ini berarti -seharusnya- dalam perhitungan
orang-orang Jawa, di bulan Desember akan banyak hujan dan membuat sumber mata
air menjadi deras. Itu tanda yang pertama. Sedangkan tanda yang kedua adalah..
Desember ditandai dengan maraknya ulang tahun mereka yang bernama “Desi”. Gak
tau kan kalian? Nah makanya ini aku kasih tahu. Si Desi itu kebanyakan lahirnya
pada bulan Desember. Jadi mereka berulang tahun pada bulan desember juga! Keren
kan apa yang aku katakan?
Selain
tanda-tanda absurd, gak jelas dan gak seru seperti yang sudah aku beritahukan diatas,
bulan Desember juga ditandai dengan... banyaknya orang yang liburan! So do I!
Aku juga liburan! Jangan salah dan jangan menyangka Cuma kalian aja yang bisa
liburan. Aku juga bisa tauuuuuu!!
Betewe,
ngemeng-ngemeng masalah liburan, tahun ini rencananya mau liburan kemana nih?
Mau kesana? Kemari? Kesitu? Ke.. ah kemana sajalah yang penting jangan lupa
mempersiapkannya sedari jauh agar liburan yang direncanakan berjalan dengan
sempurna dan sesuai dengan apa yang diangan-angankan.
Oh
iya, pernah liburan ke Dieng? Itu lho, salah satu tempat wisata yang menjadi salah
satu unggulan provinsi Jawa Tengah. Tepatnya sih di Kabupaten Wonosobo dan
Banjarnegara. Jika belum pernah kesana, tak ada salahnya jika menjadikan Dieng
sebagai salah satu destinasi wisata untuk liburan teman-teman kali ini. Sebenarnya
tidak terlalu mahal sih untuk kesana. Aksesnya pun sekarang menjadi jauh lebih
mudah karena jalan menuju kesana sudah diperbaiki meskipun tidak bisa
diperlebar (tentu sajalah, kan memang jalannya naik gunung. Kalo diperlebar
nanti malah membahayakan pengguna jalan karena semakin berimpitan dengan jurang
di sisi luar gunungnya)
Apa
sih yang bisa kita dapatkan di Dieng? Sebuah pertanyaan yang pasti akan timbul
ketika kita memutuskan untuk pergi ke
suatu tempat. Sangat wajar sih. Karena kita tidak mau nantinya tempat yang kita
tuju ternyata mengecewakan dan tidak begitu mempesonakan seperti yang kita
bayangkan sebelumnya. Iyahh, gak usah khawatir gaes.. sebenarnya kita gak akan
rugi kok kalo mrmutuskan untuk pergi ke Dieng. Akan ada banyak hal yang bisa
kita temukan disana. Mulai dari peninggalan sejarah, pemandian, telaga, hingga
suasana yang penuh dengan petulangan ketika kita menyusuri jejak sejarah
dikawasan Bhumi Mataram.
Ketika
memijakkan kaki disana, pikiranku melayang jauh ke belakang. Ke wilayah ini
ketika zaman masih feodal dan wilayah ini masih menjadi wilayah Mataram Kuno. Jika
kita kembali ke masa itu (abad 7-8 Masehi), tentunya daerah ini masih merupakan
daerah liar, penuh dengan hutan dan juga pastinya penuh dengan binatang liar. Sungai
yang masih deras, jernih dan pastinya penuh dengan semak belukar yang membuat
nyali manusia biasa seperti kita menciut. Jika kita tilik dari lokasi, sangat
mungkin pula daerah ini dulunya sangat jauh dari pusat kerajaan dan aksesnya
tentu saja sulit. Harus naik gunung dengan rute yang ... menyeramkan dan juga
tentunya dengan alat transportasi yang sangat sederhana.
Apa
gak salah ya mereka membangun kompleks percandian disini? Lalu bagaimana cara
membangunnya? Bagaimana cara akses kesananya? Coba kita bayangkan hal itu
terjadi pada abad ke 7, Ketika dinasti Sanjaya berkuasa dan berpengaruh kuat di
Bhumi ini. Bisa gak teman-teman bayangkan keadaan dari daerah ini pada 13 abad
yang lalu? Tentu suasana mistis akan terasa kuat dan... kita seakan kerdil
dengan mereka yang pada saat itu mendiami tempat ini. Mereka sudah mampu
menciptakan kebudayaan yang adiluhung yang tak lekang digerus waktu pada zaman
mereka. Mungkin mereka meninggalkan candi-candi itu kepada kita bukan hanya
sebagai warisan, tapi mungkin juga sebagai pengingat dan... mungkin malah
sebagai semacam kode untuk kita pecahkan agar kita mengetahui rahasia-rahasia
yang ingin mereka sampaikan kepada kita.
Back
to Dieng..
Jika kita pergi ke Dieng, mungkin bayangan pertama
kita adalah kompleks percandian dengan beberapa jenis candi. Namun pendapat itu
tidak sepenuhnya benar. Karena selain menawarkan kompleks percandian
peninggalan dinasti Mataram kuno, di Dieng kita juga dapat menikmati keindahan
kawah Si Kidang dan juga telaga 3 warna yang eksotik. Seperti juga ketika aku
kesana. Selain mengunjungi komplek percandian yang sangat keren (candi Pandawa
yang terdiri dari candi Bima, Arjuna dan beberapa candi lain) serta candi semar
yang dalam pewayangan merupakan pamomong dari para pandawa, aku juga
mengunjungi kawah si Kidang. Kenapa dinamakan kawah si Kidang? Menurut bapak-bapak
yang aku tanyai sih karena kawah ini suka berpindah-pindah tempat. Kadang disini,
kadang disitu, malah kadang juga disana. (perlu dicontoh nih dalam kehidupan
bertetangga. Biar lebih afdhol harus sering silaturahim dan pindah-pindah
silaturahimnya. Biar gak kalah sama kawah si Kidang). tapi maaf, karena bau sulfur yang tak bisa dikompromikan, aku gak bisa mengambil foto Kawah Si Kidang dari Dekat..
Areal Kawah si Kidang... |
Selain
2 obyek wisata diatas, hemmm... aku juga mampir mejeng di telaga 3 warna. Awalnya
sih pesimis aja dengan namanya. Karena gak yakin juga sih, masak ada telaga
yang mempunyai warna beda-beda? Sampai tiga pula. Kalo danau Kelimutu di Nusa
Tenggara Timur kan bisa dinalar, karena letaknya terpisah-pisah. Lha ini dalam
satu telaga ada 3 warna sekaligus.. tapi pikiran pesimisku akhirnya sirna sudah
ketika sampai di tujuan. Hemm... ternyata memang benar. Dalam telaga itu terdapat
3 warna yang berbeda. Semakin membuat yakin dan bangga dengan keindahan yang
Indonesia miliki. Sayangnya, ketika aku disana keadaan telaganya agak menyusut.
Jadi kurang maksimal dalam menikmati keindahannya. Selain itu, sangat
disayangkan pula keadaan sekitar telaga yang cenderung tidak terawat dan benyak
sampah berserakan. (hoeee.. pihak yang berwenang, noohh banyak sampah disana! Bersihin
dong biar semakin cantik telaga 3 warnanya...). hihihi...
Telaga 3 Warna... |
Puas
di Dieng, Komplek Percandian, museum, Kawah si Kidang, Telaga 3 warna waktunya
berburu oleh-oleh. Ada beberapa oleh-oleh yang bisa kita dapatkan disini. Selain
oleh-oleh santap ditempat seperti kentang goreng, jamur goreng dan ubi goreng
dadakan (bukan Cuma tahu bulat yang digoreng dadakan lhoo... masyarakat Dieng
sudah lama punya kentang, jamur dan ubi goreng dadakan), kita juga bisa membawa
oleh-oleh untuk yang ada di rumah. Rekomendasinya sih hanya 2. Yang pertama
adalah Carica. (biasanya dibuat manisan dan dikemas dalam toples, dan sekarang
sudah berkembang lagi menjadi kemasan yang lebih kecil dari plastik). Dan oleh-oleh
yang kedua adalah.... ekhemmm... purwaceng!. Purwaceng adalah tumbuhan endemik
daerah Dieng dan memiliki banyak khasiat (untuk jelasnya search aja deh. Nanti malah
dikirain iklan). Biasanya purwaceng ini diolah menjadi serbuk dan dijadikan
minuman atau campuran minuman. Jika berkunjung ke Dieng, akan banyak kita
temukan olahan produk dengan bahan dasar purwaceng. Mulai dari purwaceng asli
yang berbentuk bubuk dan tinggal seduh dengan air panas, hingga olahan untuk
teh ataupun kopi. Jadi tinggal disesuaikan dengan selera masing-masing saja ya.
Oke,
mungkin cukup dulu dengan cerita tentang Dieng ini. Lain kali akan aku
ceritakan pengalaman liburan yang lainnya... aku M. Fuad S. T, mengucapkan
selamat menjemput tahun baru 2017. Semoga semua resolusi untuk tahun depan
tercapai dan semoga pula kehidupan kita aken menjadi lebih baik lagi...
Om Toilet om... |