Mungkin
tak banyak yang tahu, jika kami yang selama ini terkenal sebagai anak-anak yang
sering dibilang aneh secara pemikiran, ternyata memiliki jiwa science yang
tinggi. Kami secara rahasia sering mengadakan penelitian tentang alam sekitar
kita. Banyak hal yang telah kami selidiki, mulai dari tingkah para hewan yang
akan marah ketika diganggu, tingkah para kucing yang akan menguap kalau sedang
mengantuk, para semut yang suka merayap didinding plus menatapku curiga seakan
penuh tanya sedang apa disana, dan juga tingkah para tumbuhan yang pada siang
hari melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari, semuanya pernah
kami teliti karena jiwa scientist kami yang gak ketulungan ini.
Ketika awal-awal
kuliah dulu, kami mendapatkan pelajaran tentang ilmu alam. Ini merupakan mata
kuliah wajib yang harus kami ikuti dalam program pendidikan yang kami tempuh.
Dan dari sinilah kami menyadari jika kami sebenarnya berjiwa ilmuwan. Aku, Mael,
Patria dan Tukim menyadari bahwa jiwa kami adalah jiwa petualang, jiwa penyelidik,
dan jiwa penemu. Karena penasaran dengan apa yang ada di alam raya ini, maka
kami mulai bertanya kepada ibu dosen kami tentang hal-hal yang membuat kami
penasaran. Salah satu hal yang membuat kami selalu bertanya adalah tentang satu
hal yang juga membuat banyak orang bertanya-tanya, yakni, “Alien”.
Ketika
perkuliahan berlangsung, dan dibuka sesi tanya jawab, maka kami bersepakat
untuk mempertanyakan perihal alien yang selama ini mengganggu pikiran kami..
“Bu,
Tanya...” aku yang ditunjuk untuk mewakili teman-teman ilmuwan mengangkat
tangan sebagai tanda ada sesuatu yang ingin ditanyakan. (jelas aja kang..
ngapain juga ngangkat tangan kalo gak ada sesuatu yang ingin disampaikan???)
Wajah Mael dan Patria.... |
“iya mas,
silahkan, mau bertanya tentang apa??” jawab bu dosen yang namanya kalo gak
salah “Tabitha”. *bego banget ya aku. Nama dosen banyak yang gak hafal.
“ini bu,
tanya tentang alien...”
“Haaaa???”
“Apakah
alien itu ada bu??”
“Haaa???
Waduuuhhh...”
“gimana
bu??”
“walah
mas, masih butuh banyak penyelidikan mas untuk mengetahui apakah si alien ini
ada beneran atau tidak mas. Yang penting, untuk saat ini, jawabannya wallahu
a’lamu bisshowaabb –hanyalah Allah yang maha mengetahui-”
“jadi
intinya gimana bu?”
“Belum
ada jawaban yang pasti..”
“tapi kok
ada yang bilang alien itu ada bu??”
“iyyaaa...”
“tapi kok
ada juga yang mengatakan kalau alien itu tidak ada??”
“iya juga
ya...” Bu dosen mulai tampak bingung menghadap jiwa keilmuwanan kami yang
semakin membabibuta. Untuk kemudian beliau terdiam..
“ya, saya
rasa sudah cukup waktunya untuk mengakhiri mata kuliah ini, untuk selanjutnya
silahkan berkemas..”
Dan
mungkin karena ingin menghindari rentetan pertanyaan yang aneh dari kami, bu
dosen segera mengakhiri sesi tanya jawab dan bergegas pergi meninggalkan ruang
kelas kami.
Ruang kuliah
menjadi riuh sepeninggal bu Tabitha. Sementara itu, aku dan teman-teman ilmuwan
kembali bergerombol dan membahas tentang kemungkinan keberadaan alien di dunia
ini.
“Gimana
nih?? Kok gak dapat jawaban yang jelas gitu dari bu dosen??” Patria memulai
sidang konsensus ilmuwan Unirow.
“iya
tuh.. yang tanya juga kurang canggih tuh..” Mael yang sejak awal kuliah memang
sudah menaruh kesumat padaku karena kalah cakep mulai menyalah-nyalahkan aku.
“Lhoooo...
kok isooooo” aku protes.
“yo iso laaahhhh....
haruse kan kalo tanya harus dengan pertanyaan yang berkelas..”
“Maksudnya??”
kak Tukim bertanya. Kali ini dia ikut urun bicara. Jarang-jarang lho dia ikutan
bicara.
“iyyaa
laaahhhhh... haruse tuh tadi si Kingkong tanyane gini.. bu, alien ada ato
enggak?? Hayooo... dijawab lho... nanti kalo bener, tak kasih permen dan tak
traktir kuah bakso.. haruse kan gitu. Biar bu dosen jawabnya juga semangat..
gak kayak tadi..”. dia memberikan saran bodoh yang seharusnya aku lakukan
ketika bertanya pada bu dosen tadi. Sangat bodoh. Benar-benar bodoh...
“bener
juga ya....” kami bertiga manggut-manggut membenarkan perkataan Mael.
*ceplakkk!! Tepok jidat!!
“oke deh,
gini, karena hari ini kita gak bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan dari bu
dosen, mending kita turun tangan sendiri.” Usul kak Tukim.
“siap!!!”
sret, sret, sret!! Kami bertiga menjawab dengan kompak sembari menurunkan
tangan kami dari bangku yang kami jadikan senderan.
“bukan
turun tangan kayak gitu kampreeeeeeeeeeeeettttttttttt!!!!!!”
“maksudnya,
kita sendiri yang memecahkan misteri ini!!!!!!!!!!!!!!!” *kak Tukim Kesal.
“oooowwwwwww.....”
kami bertiga membentuk O dengan bersama-sama. Jika pembaca mengira kami paham
dengan apa yang dimaksudkan kak Tukim, pembaca salah. Yang aku tahu, kami
bilang O seperti itu karena kami tahu, ternyata kami disalahkan sama kak Tukim
ketika tangan kami diturunkan.
“kita
adakan penyelidikan sendiri..” lanjut kak Tukim.
“Oke.
Kita bebas menggunakan alat apa saja untuk penelitian ini..”
“aku
dirumah punya alat namanya Neutrotransmitter... bisa dijadikan sebagai alat
penyelidikan jarak jauh..” *Patria yang memang sudah lama paling seneng dengan
dunia komputer memberikan saran untuk menggunakan alat yang diciptakannya.
Namun aku tak sepenuhnya yakin dengan alat temuan si Patria ini. Karena
setahuku, ketika dia bereksperimen, maka ujung-ujungnya adalah dia sendiri yang
menuai akibat dari eksperimennya itu. Masih ingat ketika beberapa waktu lalu,
dia masuk kuliah dengan wajah yang kuyu. Wajahnya yang gak ganteng, semakin
terlihat mengenaskan ketika itu. Sebagai teman yang baik, yang seneng melihat
temannya kesusahan dan menderita, maka aku pun bertanya perihal kekuyuan wajah
yang dideritanya.
“Kenapa
Nyet??”
“Komputerku
‘Bujat’ (Rusak) Kong...” *nadanya Kuyu.
“Lho??
Kenapa??” aku pura-pura prihatin padahal hatiku bersorak gembira dan menari
hula-hula.
“kena
Virus...” *semakin kuyu.
“lhooo...
bukane semua virus udah bisa kamu jinakkan??”
“Hu
umbb... sruk.. sruk..” *mulai mengusap-usap hidungnya yang beringus.
“Terus??”
“aku kemarin
eksperimen bikin virus..” *Mulai menitikkan airmata.
“waaaaaa....
hebbbaaatttt...” *_* aku kagum. Karena sampai sekarang aku selalu gagal dalam
membuat virus yang hebat. Paling-paling Cuma virus ecek-ecek yang bisa
terbentuk dari program pembuat virus yang aku jalankan, dan bisa juga diatasi
oleh antivirus yang paling ecek-ecek sekalipun.
“hiks..
hiks.. aku udah bisa bikin virus, virus yang ganas, aku karantina, tapi
jebolll.. dan komputerku langsung mampus... huwwwaaaaaaaaaaa” dan akhirnya Patria
tak mampu membendung airmata buaya yang jatuh dari matanya. Melihat itu, hatiku
pun bersorak gembira, bertepuk tangan dengan riang dan menyanyikan dalam hati
keras-keras lagu dari Tasya yang berjudul “Libur telah tiba... libur telah tiba..
libur telah tiba... hatiiiku gembiraaaaaaa!!!!”. Bagi para pembaca, anda boleh
ikut serta menyanyikan lagu itu, dan yang perlu dicatat, berikan penekanan pada
kalimat “hatiiiiiiku gembiraaaaaaaaaa!!!”. By the way, itulah alasan mengapa
aku tak begitu yakin dengan apa yang ditawarkan oleh Patria barusan.
“aku juga
akan menyelidiki alien dengan tetanggaku yang juga ilmuwan..” Mael berkata
dengan kata-kata yang sangat meyakinkan.
“aku
juga...” jawabku.
“neliti
pakai apa kau??” tanya Patria.
“pakai
teory phytagoras...” jawabku sekenanya.
“Grrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr”
teman-teman mengambil posisi untuk mengeroyok...
“oke, 2
hari lagi, kita paparkan hasil dari penyelidikan kita...” usul kak Tukim.
“oke!!
Kita sepakat!!”. Kami berempat sepakat untuk memaparkan hasil penelitian yang
kita dapatkan dalam 2 hari lagi. Dan, pekerjaan besar untuk menguak keberadaan
para alien pun dimulai oleh empat sekawan, yang bergelar ilmuwan dari fakultas
keguruan disebuah kampus yang baru saja diresmikan itu..
Dua hari
kemudian, ke empat ilmuwan gadungan itu pun berkumpul kembali untuk melaporkan
hasil penyelidikan mereka tentang alien...
Yang
pertama menyampaikan adalah kak Tukim.. mari kita simak.
“yang aku
lakukan, dalam penyelidikan alien ini adalah, aku berhasil menemukan
bukti-bukti baru tentang keberadaan mereka.”
“wwwoooooowwwwwwwww”
kami bertiga terbelalak dengan apa yang disampaikan kak Tukim dalam prolognya.
“ketika
aku melakukan penyelidikan dengan menggunakan teropong bintang dari lantai 2
rumahku, dari kejauhan aku melihat ada yang melambai-lambaikan tangan ke arahku..
aku yakin pasti dia alien.. karena dia ada dalam sebuah kotak yang mirip dengan
pesawat luar angkasa, dengan tengahnya ada bulatan..”
“wwwwoooooowwwww”
kami semakin terbelalak.
“ketika
itu, karena udara malam agak berkabut, pandanganku agak tidak jelas dengan
objek yang tampak. aku fokuskan saja teropongku ke objek yang
melambai-lambaikan tangan itu.. hatiku semakin deg-degan..”
“terus??”
“gak lama
kemudian, aku mulai berkomunikasi dengan alien yang aku temukan!!”. Kata-kata
kak Tukim semakin menggelora.
“waaaaaa....
hebbaaatttt!!!!” kami berkata dengan kedua telapak tangan tertempel di pipi
kiri dan kanan karena saking kagumnya dengan penemuan dari kak Tukim.
“Gimana
selanjutnya kak??” kami mulai tak sabar dengan cerita yang disampaikan.
“aku gak
begitu jelas sih dengan kalimat yang dikeluarkan oleh alien lain yang
berkomunikasi denganku..”
“ha??
Alien lain?? Berarti lebih dari satu??”
“iya.
Lebih dari satu. Yang tampak di objek teropongku sih rambutnya panjang. Tapi
suara yang aku dengar bukan dari dia. Karena ketika suara itu terdengar, mulut
alien itu tak bergerak sama sekali...”
“haaaa???
Emang kata-katanya gimana kak?? Yang kamu dengar dari alien itu..”
“emmm...
gimana ya.. aku agak lupa juga sih soalnya..”
“ayolah
kaak. Coba diingat-ingat..”
Hening
beberapa saat. Menunggu kak Tukim merangkai kembali ingatannya.
“ahaaaa!!!
Aku ingat!!” ujar kak Tukim.
“apa??
Apa?? Apa?? Gimana kata-katanya??”
“seingatku
alien yang lain bilang gini sambil teriak-teriak ‘woooeeyyy!! Ngapain lu!!
Kurang ajar banget ngintipin istri orang lagi mandi!!’ gitu katane kalo gak
salah... kayak bahasa kita kedengerannya. Setelah itu, semuanya serasa gelap,
karena tiba-tiba aja ada sendal yang mengenai kepalaku dan bikin aku gak sadarkan
diri.. ternyata alien sangat mengerikan, mereka bisa merubah sendal menjadi
senjata pemusnah massal..” terang kak Tukim tanpa rasa berdosa sama sekali.
“haaaaaa????”
kami terperanjat dengan kalimat terakhir dari kak Tukim. Dari kalimat terakhir
yang dia berikan, kami bisa menyimpulkan bahwa:
- Kak
Tukim meneliti alien dengan cara mengarahkan teropongnya tidak ke arah langit.
Namun tegak lurus cenderung mengambil sudut bawah ke arah pemukiman penduduk
disekitar rumahnya.
- Benda
yang dikira kak Tukim pesawat luar angkasa, yang berbentuk kotak, dan tengahnya
melingkar, bisa dipastikan adalah kamar mandi model terbuka dari salah satu
penduduk sekitar.
- Objek
yang melambai-lambai ke arah kak Tukim adalah istri orang yang lagi mandi, dan
alien yang berkomunikasi dengan kak Tukim,
100% merupakan suami dari wanita yang nampak di objeknya kak Tukim.
- Sendal
yang mengenai kepala kak Tukim, kemungkinan besar adalah sendal milik
tetangganya yang gregetan karena menyangka kak Tukim ngintip istrinya yang lagi
mandi.
- Hasil
yang didapat kak Tukim adalah “Gagal”. Karena yang nampak dalam teropongnya
bukan alien, tapi istri orang yang lagi mandi.
Setelah pemaparan pertama
dari kak Tukim terbilang tidak sukses sama sekali hasilnya, maka, selanjutnya
adalah aku yang memaparkan hasil penelitian yang aku lakukan..
“Dua malam mengadakan penelitian, aku mengambil tempat di
areal kampus ini..”
“lanjut!!”
“pada dasarnya aku meyakini teory yang diangkat oleh
profesor Stephen Hawking, kalo suatu saat nanti, para alien akan menyerang bumi
ini, dan mengeruk segala sumber daya yang ada disini.. demi mewujudkan misi
itu, maka para alien mengirimkan mata-mata mereka ke bumi, untuk berbaur dengan
manusia yang ada dibumi ini...”
“terus...”
“para alien yang menjadi mata-mata itu, merasuki tubuh
manusia biasa, sehingga penampakannya sama dengan kita-kita ini. Jadi, dengan
dasar pemikiran seperti itu, aku yakin, dikampus ini pun pasti ada mata-mata
alien..”
“hasil penelitianmu gimana??”
“bentar toh.. yang sabar.. aku melakukan penelitian didepan
laboratorium biologi, yang dekat dengan base camp teman-teman pers mahasiswa.
Malam itu, aku mendapatkan hasil yang mencengangkan..”
“haaa??? Apa itu?? Apakah ada alien yang kamu temukan??”
tanya Patria sambil ngupil.
“mungkin.. waktu aku berkeliling daerah-daerah yang aku
curigai bisa menjadi sarang alien mata-mata itu, aku tiba-tiba mendengar suara
alien..”
“benerann??”
“iya! Suaranya aneh dan tak bisa diterjemahkan dalam bahasa
manapun didunia ini!!” suaraku meninggi.
“haaaa???!!”
“aku waktu itu ada di sekitar kamar mandi yang letaknya
paling pojok sana, (tanganku sambil nunjuk-nunjuk ke beberapa sudut. Tentunya
dengan sudut yang ngawur) malam itu, sekitar pukul 11 malam. Nah, sewaktu
disana, tiba-tiba terdengar suara si alien..”
“suaranya gimana kong??”
“tau deh. Aku gak ngerti artinya kok. Yang jelas, dari
kamar mandi, aku denger si alien berkomunikasi. Kayake sih mereka lebih dari
satu. Dan bahasa yang mereka gunakan sangat sederhana, gak seperti bahasa kita
yang kompleks. Bahasa yang mereka gunakan Cuma ‘ah, uh, ah, uh, eh, eh, eh, uh,
uh...’ gitu terus dan berulang-ulang” terangku.
“haaaa??? Terus gimana??” gantian Mael yang bertanya.
“nah, aku kan curiga tuh dengan si alien itu, akhirnya aku pantau
mereka dari jauh. Aku sembunyi di tangga dekat laboratorium biologi sambil
menunggu apa yang terjadi selanjutnya...”
“yang terjadi selanjutnya apa??” sekarang Patria yang
bertanya.
“aku pantau mereka. Ketika mereka selesai berkomunikasi,
dan tak lagi terdengar suara mereka, tiba-tiba pintu kamar mandinya terbuka dan
keluar makhluk aneh. Aku yakin itu pasti alien..”
“yang bener?? Bentuknya gimana??”
“yang aku lihat, dari dalam kamar mandi itu, keluar sesosok
makhluk. Tak begitu jelas sih. Yang terlihat sih kepalanya 2, 1 rambut pendek,
satu rambut panjang, terus badannya jadi satu, bnetuknya kotak dan kayak kain
sarung kotak-kotak, terus kakinya ada 4..”
“terus??”
“Setelah
kepala si alien nengok kiri-kanan, dan memastikan keadaan sepi, mereka berjalan
ke arah kompleks Pemukiman Mahasiswa. Mungkin mereka akan melakukan serangan
disana....”
“haaaaa??? Kok kayak mahasiswa yang lagi berbuat cabul
gitu???” komentar Mael. *dia memang paling paham dengan hal-hal yang berbau
cabul.
“tau deh..” jawabku..
“kingkoooonnnggg... itu mahasiswa gak bener yang gak boleh
ditiru perbuataneeeee... jangan deket-deket dengan model mahasiswa seperti
itu..”
“hemmm?? Terus apa yang harus aku lakukan??”
“yang harus kamu lakukan ketika menemui mahasiswa yang
kayak gitu, segera cari perlindungan!!”
“ha?? Perlindungan??”
“iya, perlindungan! Cari tempat yang bisa melindungi kamu,
biar gak kelihatan sama mereka, dan siapkan hape kamu, rekam dari sudut yang
paling jelas!!”
Gubrakkkk!!! Tepok jidat lagi...
“udah-udah, yang lainnya aja. Udah jelas itu bukan alien
kong. Tapi itu mahasiswa yang gak bener.. ah kau ini. Bodho amat sih kalo jadi
orang.. ada tontonan gratis malah gak mau ngerekam..” Mael berhasil
menyimpulkan hasil penyelidikanku dengan seksama, untuk kemudian memberikan
waktu pada yang lain guna menyampaikan hasil penyelidikan mereka tentang
alien..
Patria yang selanjutnya mendapatkan giliran untuk
melaporkan hasil penelitian yang didapat selama 2 hari ini bersiap untuk
menyajikan bukti-bukti tentang keberadaan alien. Dari kami, mungkin yang paling
menggunakan peralatan canggih adalah si Patria ini. Dia merangkai sendiri
alat-alat yang dipakai untuk penelitian ini, dan menguasai medan yang
ditelitinya.
“saat itu, aku mulai mengaktifkan alatku yang bernama
Neutrotransmitter yang telah aku rakit. Ketika itu, jaringan internet sedang
bagus, sehingga sangat mendukung dengan penelitian yang aku jalankan. Segera
saja aku arahkan neutrotransmitterku ke rasi bintang sirius di galaksi
andromeda mercury (bodo banget dah namanya. Setauku andromeda Mercury kan nama
presenter berita di tipi)....”
Kami bertiga ngowoh dengan penjelasan dari Patria. Gak
paham dengan apa yang namanya neutrotransmitter itu apa, blas gak bisa
membayangkan bentuk-bentuk dan kegunaannya.
“dalam alat yang terkoneksi dengan perangkat komputer
tingkat tinggi itu, di layar komputerku tiba-tiba muncul alien yang mengajakku
chatting..”
“haaa??? Alien ngajakin chatting?? Itu orang atau alien??”
“alien koookkk... kalian gak tahu kan kalo alien juga punya
teknologi yang jauh lebih maju daripada kita??”
“hemmm?? Benarkah??”
“iya kok... lha kan emang perangkat mereka lebih canggih
daripada yang kita miliki saat ini..”
“hasil penelitianmu gimana??”
“pertama, alien memang ada kok. Dan aku chattingan dengan
mereka sampai lama. Sampai sekitar jam 2 pagi.. hebat lho..”
“hebat gimana eq??”
“iya hebat lahh.. kalo disini malam, ternyata didunianya
sana masih siang. Kalau disini siang, didunianya sana malam hari. Jadi
berbanding terbalik dengan yang kita alami disini??”
“wwwooooowwwwwww” kami terhenyak dengan fakta baru dari Patria
tentang teory terbaliknya keadaan dunia kita dan dunia si alien.
“kami berbagi banyak hal.. dan ternyata dia bisa bahasa
inggris lhoo..”
“bahasa inggris??” kami terkejut dan mulai menemukan
kejanggalan dari penelitian yang dilakukan oleh Patria.
“iya. Bahasa inggris kok. Fasih banget malahan..”
“emang penampakane si alien kayak apa si Pat??”
“aneh kok. Gak kayak kita gini. Si alien penampakannya
kulitnya putih, tinggi, rambutnya pirang, dan
pandai berbahasa inggris..”
“walaaahhh... itu bule, nyeeeeeeeetttttttttttttt!!! Bukan
alien!!!” kami berteriak gemas mengetahui fakta yang terungkap dari penelitian
si Patria ini.
“lha?? Terus apa gunanya alatmu yang namanya
neutrotransmitter itu??”
“owwhh... itu?? Untuk memperkuat sinyal internet ituuuwww”
menjawab tanpa rasa berdosa sama sekali.
“ngapain juga kamu arahin ke bintang-bintang yang namanya
gak jelas tadi kalo fungsinya Cuma buat memperkuat sinyal internet??
Beeeggggoooooo!!!” Mael menjadi beringas. Mencak-mencak dengan satu kaki
diangkat ke atas meja sehingga celananya yang sobek di bagian selangkangannya
(mungkin karena saking liarnya adek kecilnya si Mael ya..) terlihat dengan
jelas meskipun sudah berusaha dijahit dengan motif bunga berenda-renda. So
sweeet banget deh bordirannya. Ketika melihat itu, pikiranku jadi aneh. Aku
memikirkan sesuatu. Jangan-jangan, Celana Dalam yang dipakai sama Mael,
motifnya juga bunga-bunga dan berenda-renda pinggirannya..
“hehe...” Patria hanya mampu memberikan cengiran yang
sangat manusiawi.
Tak terbayangkan olehku
andaikata si Patria ini chattingan dengan bule berkulit legam dari afrika,
pasti dia akan lebih yakin jika yang ditemuinya adalah alien yang benar-benar
alien... Sementara itu, aku kembali benar, apa yang dilakukan Patria pasti akan
kacau pada akhirnya.
Neutrotransmitter Buatan Patria.... |
Dari
ketiga hasil penelitian yang telah dipaparkan, ternyata semuanya ada diluar
ekspektasi yang dulunya sangat tinggi. Penelitian kami bertiga bisa dikatakan
sangat jauh dari kata sempurna, bahkan bisa dikatakan gagal total. Namun masih
ada lagi 1 hasil penelitian yang akan disampaikan oleh Mael, yang mengaku punya
kenalan ahli ilmu per-alien-an.
“Aku
sangat kecewa dengan hasil penelitian yang kalian lakukan...” gerutu Mael
membuka paparan penelitiannya.
Kami
bertiga terdiam. Karena kami faham, jika Mael sudah marah, maka tak ada yang
selamat dari amukannya. Pernah suatu ketika dia marah besar, dan menghabiskan
bangku-bangku yang kami pakai untuk kuliah. Andai saja ketika itu tidak ada si
Solikhah yang mengaku bernama Ika (lihat cerita sebelumnya yang berjudul ketika
Mael jatuh cinta), mungkin dalam kekalapannya dia akan bermetamorfosis menjadi
kuda lumping. Cuma, bedanya, jika kuda lumping makan beling, maka dia akan
kalap dan mengejar-ngejar mahasiswi yang masuk dalam kategori cakep...
“aku
selama dua hari ini melakukan konsultasi dengan ilmuwan asli dari daerahku
untuk mengungkap siapa sebenarnya si alien ini..”
Kami
manggut-manggut...
“sebut
saja namanya pak Kharis..., tapi dia tak mau namanya aku sebutkan pada
kalian..”
Kami
bertiga menjawab dengan kompak.. “iyaaa... kami juga gak denger kok kalo
namanya Pak Kharis kamu sebutin..”
“beliau
bisa berinteraksi dengan alien yang ada didunia lain ini...”
“ketika
aku tanya tentang alien, beliau menjelaskannya dengan sangat detail. Bahkan aku
juga mempunyai bukti fisik berupa kaset rekaman percakapanku dengan beliau..”.
sesaat kemudian Mael membuka tasnya, dan mengeluarkan sebuah alat perekam.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya diputarlah rekaman percakapan antara Mael
dengan pak kharis.. berikut cuplikannya..
Suara Pak
Kharis “Saya belum lama ini berdiskusi sama si ilmuwan yang disebutkan namanya
entah siapa. Memang benar beliau tinggal di dekat istana negara tepatnya sebuah
bangunan kecil didekat Monas, tepatnya di Pos Satpam Monas. Ternyata dia adalah
Satpam yang nyambi jadi ilmuwan. Dia adalah orang yang sangat percaya alien dan
mengaku pernah berjabat tangan dengan Optimus Prime, pemimpin para alien dalam
film Transformer. Ketika saya tanyakan tentang bukti bahwa dia telah berjabat
tangan dengan Optimus, beliau berkata: “ini nih buktinya!!” katanya sambil
menunjukkan tahi lalat di selangkangannya (ternyata buah Dzakarnya Cuma sebelah.
Sedangkan sebelahnya lagi sudah kisut) menurut keterangannya baru-baru ini, Optimus
Prime memutuskan untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat dan masuk islam dengan
disaksikan oleh Habib Rizieq, pemimpin Front Pembela Islam ditengah-tengah
tabligh akbar yang bikin macet Pasar Minggu dan rombongan mobil dari Gubernur
Jokowi yang mau blusukan. Lalu saya tanya “bapak tahu darimana pak??” dia
menjawab “dari tabloid!!”.
Menurutt Mael, Optimus Prime telah masuk islam... |
Mendengar
hasil percakapan yang disampaikan oleh Mael itu, aku Cuma garuk-garuk kepala.
Gak tahu kenapa tiba-tiba rambut kepalaku serasa dipakai ayunan oleh ribuan kutu
rambut yang pada tertawa jingkrak-jingkrak sesaat setelah mendengarkan rekaman
pebicaraan dari pak Kharis. Usut punya usut, ketika kami desak siapa sebenarnya
pak Kharis itu, ternyata jawaban Mael menyatakan bahwa, Pak Kharis yang mengaku
ilmuwan handal didunia per-alien-an, ternyata adalah seorang merbot musholla
didaerah Jenu, Tuban Jawa Timur yang merangkap sebagai abang tukang pentol dan
merangkap jabatan sebagai ketua umum gank “Parto”, akronim dari Parade
Orang-Orang Tolol...
Yah,
begitulah, penelitian kami sedikit banyak bisa membuka tabir tentang keberadaan
si alien ini. Bagi para pembaca, percayalah, Alien memang ada kok. Buktinya,
setelah mengadakan penelitian tentang alien ini, setiap kami melangkah,
kemanapun, dan dimanapun, tatapan mahasiswa lain terhadap kami menjadi berbeda,
menjadi beringas, menjadi aneh dan mereka mulai memanggil kami dengan sebutan
“alien”...
Terima kasih untuk
teman-teman ilmuwan yang telah meneliti keberadaan alien..
Terima kasih untuk
Ir. Patria Kristianto,
S.Pd, ahli neutrotransmitter
Doctor Mustakim Anggara
Putra, S.Pd ahli tropongologi
Prof. Moch. Yusuf Ismail,
S.Pd ahli gigologi dan seksologi
Pak Kharis ayahnya Mael
yang sudah berjiwa besar karena sudah membiarkan Mael hidup...
Saya sendiri M. Fuad S. T,
S.Pd, selaku orang keren disini yang telah diakui dunia dan selama 3 tahun
berturut-turut masuk dalam 7 cowok terunyu versi on the spot...
No comments:
Post a Comment