Kali ini, aku akan Menceritakan kisah inspiratif
tentang Seorang Ayah, Anak , Dan Burung Gereja. Mengapa memilih ayah? Karena
ibuku telah pergi mendahului kami, dan sekarang hanya sosok ayah yang masih
dapat aku lihat, aku pandangi, dan aku cium kedua tangannya...
Di depan halaman di bawah pohon
seorang ayah dan anak sedang duduk berdua di bawah pohon besar. beberapa waktu
kemudian, hinggaplah seekor burung gereja.
Sang Ayah Pun Bertanya Kepada Anaknya yang tengah
serius membaca koran..
“Nak Itu Apa”
Sang Anak mendongak dan menjawab pertanyaan
ayahnya..
“Itu burung gereja ayah”
Sang ayah pun bertanya lagi
“Nak itu apa”
Sang Anak Pun Menjawab tanpa menoleh...
“Itu burung gereja ayaaah”
dan sekian kali nya sang ayah bertanya
“nak itu apa”
sang anak pun emosi dengan pertanyaan sang ayah
yang berkali-kali mengajukan pertanyaan yang sama. Dia menjawab dengan nada
tinggi.
“itu burung gereja ayaaah! apa ayah suda pikun
apa?”
sang ayah pun terdiam sejenak lalu beranjak pergi
meninggalkan anaknya yang masih membaca koran dengan serius. Tak berapa lama
kemudian, sang ayah kembali..
“Nak buka buku ini lalu bacalah...” kata sang ayah
sambil mengulurkan sebuah buku tua.
Sang anak pun dengan heran membuka buku pemberian
ayahnya itu dan mulai membaca buku tua yang ternyata adalah buku catatan usang
milik sang ayah..
Sore itu, aku mengajak anakku
bermain dibawah pohon besar di dekat rumah. Betapa senangnya hatiku ketika
mendengarnya mulai berceloteh menceritakan apa saja yang dia ketahui. Hingga akhirnya
dia bertanya tentang burung-burung yang sore itu berkeliaran disekitar pohon
tempat kami berada... "ayah itu apa" ayah pun menjawab itu burung
gereja nak...” dia bertanya lagi "ayah itu apa" ayah pun menjawab
dengan penuh kasih sayang "itu burung gereja anak ku sayang" ayah
selalu menjawab beribu pertanyaan darinya sebagai anak ayah, ayah selalu
menjawab dengan penuh kasih sayang dan dengan tulus ikhlas, tanpa mengharapkan
apapun dari setiap jawaban yang ayah berikan kecuali bertambahnya pengetahuan
yang dia miliki...
Setelah membaca buku catatan
ayahnya, sang anak memandang lekat-lekat pada wajah menua yang tak jauh
darinya. Sesaat kemudian, dia memeluk erat ayahnya tanpa ada kata yang mampu
dia ucapkan lagi... hanya isak tangis yang mampu ia perdengarkan, menyadari
kesalahan yang telah ia perbuat...
Meski tak menunjukkan dengan
lugas, seorang ayah tetaplah seorang ayah yang menyayangi dan menyelimutkan
segala kasih sayangnya pada sang buah hati. Meski tanpa menunjukkannya dengan
terbuka, seorang ayah tetaplah akan selalu memperhatikan segala apa yang
dilakukan oleh buah hatinya, walau dia dalam keadaan terlihat diam...
No comments:
Post a Comment