Selamat sore para makelar.
Bagaimana hari-harimu pada hari ini? Apakah sudah mendapatkan meklaran yang
menghasilkan? Ataukah belum? Berusaha sajalah semampunya. Bekerja keraslah
selalu agar nanti bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan bisa dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (bagi yang sudah berrumah tangga), atau
bagi anak dan istri (tentunya yang sudah mempunyai istri. Ingat, istri sendiri
lho ya, jangan istri tetangga apalagi istri-istri an yang seringkali didapatkan
Cuma dengan main klaim. Kalo situ merasa cowok, nikahilah wanita yang mau
menjadi istrimu. Jangan nikahi mereka yang tidak mau menjadi istrimu seperti contohnya
istrinya tetangga, istrinya orang lain, kakekmu, kakeknya orang lain atau malah
bahkan cowok-cowok lain. :berbusa:)
Terlepas dari salam bagi para
makelar diatas, sebenernya tidak ada hubungannya dengan apa yang ingin aku
tulis dalamcoretan kali ini. Jangankan mengangkat makelar yang penuh dengan
liku-liku dan kehidupan kerasnya yang penuh dengan misteri, buat ngangkat
tentang jualan yang caranya terang-terangan aja aku masih belum bisa maksimal.
Jadi mohon maaf untuk para makelar, kali ini anda hanya aku jadikan salam saja
tanpa ada pembahasan sama sekali tentang dunia permakelaran yang anda jalani.
Jadi maaf sekali lagi untuk anda para makelar ataupun yang mempunyai jiwa
makelar atau bahkan mengembangkan diri dalam dunia permakelaran dalam proses permakelarisasi
(halah mbulet!)
Sengaja kali ini aku membuat trit
ini sebagai sebuah tulisan untuk istri tercinta yang sedang mengandung anak
kami yang pertama. Kenapa? Karena dia adalah wanita yang tangguh. Sakit yang
dia rasakan selalu ditahan sendiri. (Bukankah itu biasa?) iya sih memang bagi
beberapa wanita itu merupakan hal yang biasa. Tapi, yang luar biasa adalah, dia
menahan sakit yang sering muncul karena si adek bayi yang sering aktif setiap
waktu tanpa ada aku! Itulah hebatnya dia! Coba bayangkan.... (ayo mulai
bayangin ya. Ingat bayangkan sesuai dengan narasi dan skenario yang aku
tuliskan. Jangan bayangin yang bukan-bukan. Bayangin saja yang iya-iya. Dan
ingat juga, jangan bayangin yang porno-porno! Dasar otak mesum!)
Sejak kehamilan bulan ke 3 (Bahkan
mungkin kurang) dia harus menjalani kehidupannya tanpa aku disampingnya. Bukannya
apa-apa, tapi memang karena pekerjaan yang harus memaksa kami untuk berpisah
sementara waktu. Dia harus aku titipkan untuk sementara di rumah mertua di luar
kota (karena aku merasa lebih tenang jika istriku berada ditempat yang tepat. Karena
apa? Karena di keluargaku, aku sudah tidak mempunyai ibu lagi. Sehingga tidak
ada yang bisa diajak untuk curhat masalah kewanitaan. Mau curhat sama bapak? Jelas
gak mungkin. Curhat sama aku? Malah gak nyambung bellasss dan yang ada tuh
nanti malah dia semakin stress kalo curhat sama aku. Curhatnya apa, solusinya
apa, tanyanya apa, jawabnya bagaimana. Gak pernah nyambung... Pisss)
Gak Cuma sampai disitu, semua
persiapan yeng menyangkut tentang adek bayi nanti, semua dia yang urus. Aku gak
pernah tahu apa saja yang harus dipersiapkan ketika kehamilan, ketika menjelang
kelahiran hingga setelah melahirkan. Tapi, tau gak, kemarin, bulan ke 7 setelah
mitoni (7 bulanan), ketika aku balik ke rumah mertua, semua pernak-pernik bayi
sudah dia persiapkan tanpa ada perkecualian. Ranjang bayi, selimut bayi,
baju-baju bayi, popok, minyak-minyak sampai angsul-angsul (itu lho yang
diberikan kepada mereka yang tilik bayi) semuanya sudah siap. Tentunya aku
dengan pikiranku yang terbatas ini gak akan mampu berpikir sampai sejauh itu. Bagaimana?
Hebat kan istriku si calon ibu yang keren itu??
*ini masih dalam bayangan
teman-teman ya... ketika pekerjaanku mendapatkan jatah libur 2 minggu, ternyata
waktu libur pun aku tidak bisa menemui dan menemani istriku serta calon anakku
secara maksimal. Dari 14 hari yang disediakan, aku hanya bisa menemaninya
selama 3 hari terakhir saja. Benar-benar suami yang tidak bisa dicontoh dan
jangan pernah mencontoh ya. Jadi bayangin aja bagaimana beratnya menjadi istri
yang harus menahan keanehan yang dimiliki oleh suaminya. (baca = keanehanku
yang begitu mendalam dan tersebar dalam setiap detak nafas yang menggebu. Halah.)
Apa sih yang diharapkan oleh
seorang calon ayah dalam menantikan kelahiran anak pertamanya? Meskipun aku
termasuk calon ayah yang sangat aneh (bahkan multi aneh karena memang sudah
aneh dari sononya), tapi aku juga bisa berpikir dengan normal jika nantinya
menginginkan anakku terlahir dengan normal, sehat ibu dan bayinya, tidak kurang
suatu apapun, dan tentunya cerdas luar biasa baik dalam ilmu agama ataupun
sains. Seperti hari ini, seharian aku merasakan kebahagiaan yang sangat ketika
mengetahui hasil tes laboratorium yang dijalani istri. (ketika usia kehamilan
memasuki usia tua, memang kita dianjurkan untuk melakukan tes laboratorium
untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya). Seharian ini kami
muter-muter kota tuban untuk melakukan tes laborat. Bukan hanya di satu laborat
saja, namun langsung di dua laboratorium sekaligus.
Yang pertama kami melakukan
pemeriksaan di “Viva”. (ini rekomendasi dari dokter keluarga. Biaya dari tes
ini di cover oleh BPJS. Terlepas dari polemik yang terjadi, tapi setidaknya
kami merasakan dampak positif dari adanya BPJS ini. Terima kasih untuk BPJS
untuk gratisannya.... *tiap bulan mbayar wooeeeyyy!!). hasil tes dari tempat
ini bisa kita langsung terima dalam waktu 30 menit. Jadi bisa ditunggu hasilnya
ditempat.
Selesai dari Viva, kami langsung
memutar ke “Populer” untuk melakukan tes yang ke 2. Tes ini kami lakukan dengan
mandiri, tidak tercover oleh BPJS. Meski harus keluar biaya tambahan untuk tes
ini, namun tak apa-apa dong. Kan buat anak dan istri sendiri. Namun sayangnya
tes disini memerlukan waktu yang agak lama. Kami masuk kesana sekitar pukul 11
siang dan baru dapat kami ambil hasil tesnya pada pukul 15.00. tak apalah kita
bisa pulang dulu dan beristirahat.
Sebenernya ada rasa cemas dengan
hasil yang akan kami terima dari populer. Kami kawatir akan terjadi ah, apalah
itu. Ah mbuh ah.... dan syukurlah, ketika kami menerima hasil tes dari 2 klinik
yang mengadakan tes itu, alhamdulillah semuanya dalam keadaan normal. Baik ibu
dan bayinya. Senangnya hatiku... lega. Tentu saja. Ayah mana yang tak lega
ketika mendengar keadaan istri dan anaknya sehat tak kurang suatu apapun tanpa
ada hal yang perlu dikawatirkan?
Ahhh, cerita ini membuktikan
bahwa istriku memang seorang jagoan yang sangat handal. Bisa mengatasi berbagai
rintangan yang selalu saja menghadang. Dan satu lagi, seorang istri belum tentu
di alebih lemah daripada suami. Camkan itu anak muda!
No comments:
Post a Comment