Friday, 6 July 2018

Luis Milla Pun Akui Jika Pemain Timnas U-23 Layak Bermain Di La Liga. Kira-kira, Siapa Dia?

Setelah melatih Timnas U-23 selama kurang lebih satu setengah tahun, Pelatih timnas U-23 Indonesia berkebangsaan Spanyol, Luis Milla berani memberikan pernyataan mengenai kualitas yang dimiliki oleh para pemain asuhannya. Dalam lansiran dari goal.com (03/07/2018), sang pelatih memberikan pernyataan jika dalam tubuh timnya, terdapat nama-nama pemain yang secara kualitas dia nilai layak untuk bermain di kasta sepakbola Eropa, khususnya La Liga, kompetisi utama di negeri kelahirannya, Spanyol.

Gambar via bola.tempo.co
Akan tetapi, sayangnya sang pelatih tidak mau menyebutkan secara gamblang mengenai nama-nema pemain yang dia maksud, akan tetapi jika menilik performa pemain yang selama ini menjadi andalannya dalam skuat, akan sangat mungkin jika nama-nama tenar dalam tim yang menjadi pemain yang dia maksud. Contohnya saja adalah gelandang Persib Bandung, Febri Hariyadi yang semenjak ditangani oleh Milla, dinilai oleh sang pelatih mampu menunjukkan grafik permainan yang meningkat pesat. Ada juga nama besar lainnya semacam Hansamu Yama Pranata, yang semakin hari membuat Milla semakin tenang dalam menyerahkan pos pertahanan timnya kepada pemain Barito Putera tersebut.

Gambar via bola.com
Selain dua nama tersebut, dalam skuat yang dibesut oleh Milla juga masih ada nama pemain dengan skill mumpuni sekelas Evan Dimas Dharmono. Untuk nama ini, sejatinya pernah juga menjalani trial bersama klub divisi dua La Liga Spanyol, ll Lagostera pada tahun 2015 lalu. bahkan dalam sebuah laga melawan Palamos CF di sebuah uji coba, pemain jebolan Timnas U-19 angkatan 2013 ini dimainkan dalam laga. Namun sayangnya, skill yang dia miliki saat itu belum mampu membuat manajemen tim kepincut untuk mengontraknya (soccer.sindonews.com 10/08/2015)

Rezaldi Hehanussa dan Febri Hariyadi via football-tribe.com
Nama lain yang menyeruak kuat adalah bek kiri Macan Kemayoran, Persija Jakarta, Rezaldi Hehanussa. Pemain yang mencetak lengkungan indah dalam laga perebutan medali perunggu melawan Myanmar pada ajang Sea Games 2017 lalu ini memang digadang-gadang oleh Milla sebagai pemain yang mumpuni dan beberapa kali pula mendapatkan pujian dari sang Pelatih. Tak segan-segan pula Milla dalam beberapa kesempatan menyebutkan jika Indonesia beruntung memiliki full back modern dalam skuat yang dia asuh saat ini. Namun, jika ingin berkompetisi di level yang lebih tinggi, pemain ini harus mengurangi “keusilan” saat berada didalam lapangan, yang seringkali membuahkan kerugian bagi Timnas Indonesia.

Gambar via juara.bolasport.com
Mungkin teman-teman pembaca ada yang berpendapat lain, mengenai para pemain yang dimaksud oleh Luis Milla?

Sumber: armada11, UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2t9jA)

Sepertinya, Tak Ada Pemain Inti Dan Pemain Cadangan Di Tubuh Timnas U-19 Tahun Ini.

Laga kedua timnas U-19 Indonesia di ajang AFF U-19 melawan Singapura berakhir dengan skor 4-0 untuk keunggulan skuat Garuda Nusantara. Dua gol dari Rafli Mursalim, dan sumbangan masing-masing satu gol dari Saddil Ramdani dan juga Todd Rivaldo Ferre, membuat Indonesia untuk sementara memuncaki klasemen grup A Piala AFF U-19 edisi tahun 2018. (bola.kompas.com 03/07/2018)
Gambar via bola.com
Dari laga malam hari ini, coach Indra Sjafri melakukan rotasi terhadap beberapa pemain dalam line up. Setidaknya, nama-nama seperti Rafli Mursalim, M. Firli, David Rumakiek, hinggas Raffi Syarahil malam hari ini mencicipi lapangan pertandingan dengan menit yang lumayan lama. Tak hanya mendapatkan kesempatan bermain di menit-menit utama, para pemain tersebut pun mampu menampilkan performa yang memukau. Rafli Mursalim mampu mencetak brace dalam kemenangan 4-0 tersebut, M. Firli mampu melakukan intersep dan menahan laju serangan para pemain Singapura ke gawang Indonesia, David Rumakiek mampu melakukan overlapping yang tak kalah agresifnya dengan Firza Andika, dan Rafi Syarahil, beberapa kali mampu menciptakan peluang untuk rekannya, atau bahkan dirinya sendiri melalui shooting jarak jauhnya.
GAmbar via kumparan.com
Kualitas yang ada dari para pemain yang baru mendapatkan menit bermain di laga kedua ini, setidaknya mampu mengindikasikan jika kedalaman skuat yang dimiliki oleh coach Indra saat ini relatif berimbang dan merata. Mungkin tak ada lagi istilah pemain cadangan dalam tim ini jika melihat permainan yang mereka tunjukkan, justru lebih bagus dari para pemain yang sering mendapatkan menit bermain reguler. Dengan meratanya skuat yang ada saat ini, boleh kita optimis untuk merengkuh gelar di edisi kali ini?

Sumber: armada11, UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2t6Te)

Mungkin Benar Apa Yang Dikatakan. Dia Itu, Perpaduan Antara Feri Pahabol Dan Boaz Solossa!



Gambar via tribunnews.com
Dalam kemenangan besar Timnas Indonesia U-19 melawan Singapura U-19 malam hari ini, saya kembali tertarik untuk membahas mengenai satu pemain Timnas U-19 yang semakin menunjukkan kapasitasnya di lini tengah skuat Garuda Nusantara. Jika selama ini Egy Maulana menjadi pemain sentral yang mampu menjaga lini tengah timnas dengan akselerasi yang seringkali dia keluarkan untuk mengacak-acak pertahanan lawan, ketika dia absen, ternyata lini tengah Timnas Indonesia U-19 masih memiliki pemain yang mampu merepotkan lini pertahanan lawan. (bola.liputan6.com 03/07/2018)

Gambar via jawapos.com
Todd Rivaldo Ferre, pemain asal Persipura Jayapura tersebut setidaknya mampu menampilkan permainan impresif ketika bintang Timnas U-19, Egy Maulana Vikri tak bisa dimainkan. Permainan yang stabil dan juga mencerminkan pola yang diperagakan anak-anak Indonesia Timur, malam ini kembali keluar dalam dirinya. Setidaknya ada tiga hal utama yang menjadi kelebihan pemain ini saat laga melawan Singapura. Kecepatan, dribbling (gocekan) dan juga tendangan. Iya, tiga hal yang saling melengkapi permainan dirinya di Timnas malam hari ini. (indosiar.com 03/07/2018)

Todd Rivaldo Ferre via bola.com
Sebagai pemain dari Timur, dia tentu saja memiliki skill dalam kecepatan dan juga dribbling. Tapi tak hanya itu, ketika anak-anak dari Timur hanya mengandalkan dua hal tersebut sebagai senjata utama, Todd Rivaldo mampu melengkapinya dengan shooting yang mumpuni. Sepintas, saat menggiring dan mengolah bola, dia bermain layaknya Feri Pahadol yang liat dan mencari sisi kosong untuk beraksi, sedangkan saat melakukan tembakan, teknik dan tendangan milik Boaz Solossa, legenda Timnas Indonesia lah yang muncul dalam aksinya. Maka, bukan suatu hal yang salah, ketika komentator pertandingan pun melihat pemain ini adalah perpaduan antara dua bintang sepakbola kelas wahid asal Papua tersebut. iya, kiranya tak salah jika Todd Rivaldo Ferre adalah perpaduan antara Ferinando Pahabol dan Boaz Solossa saat memainkan si kulit bundar.

Sumber: armada11, UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2sd3C)

Jika Bukan Karena Bantuan Penalti, Bukan Kane Yang Jadi Top Skorer Saat Ini. Tapi Dia!

Babak 16 besar dalam gelaran Piala Dunia 2018 Russia telah usai. 8 tim pun telah memastikan diri untuk lolos ke babak selanjutnya, alias babak 8 besar. Dan tentu saja para pecinta sepakbola mengetahui, Inggris menjadi satu diantara 8 tim yang berhak untuk kembali bertarung di babak perempat final nanti (fifa.com 04/07/2018). Kesuksesan Inggris melaju ke babak selanjutnya, tak hanya merupakan kesuksesan secara tim saja. namun, secara individu, torehan positif The Three Lions juga diikuti oleh salah satu pemain mereka, Harry Kane. Torehan satu gol yang dia lesakkan ke gawang Kolombia pada babak 16 besar kemarin, menjadi gol ke 6 pemain ini di ajang Piala Dunia, dan menahbiskan dirinya menjadi top skorer sementara gelaran ini. Namun, dari analisa yang saya dapatkan melalui fifa.com (diakses pada 04/07/2018), sejatinya 6 gol yang dia lesakkan, separuhnya merupakan “hadiah”, alias dia lesakkan dari titik penalti.

Gambar via independent.co.uk
Iya, sejauh ini Kane telah mencetak enam gol. masing-masing ke gawang Tunisia (mencetak brace pada laga perdana 18 Juni 2018), Panama (mencetak hattrick pada laga kedua tanggal 24 Juni 2018), dan terakhir, ke gawang Kolombia pada laga 16 besar kemarin (3 Juli 2018). Total, enam gol telah dia cetak, namun, seperti yang telah saya tuliskan, separuh dari gol itu, dia lesakkan dari titik penalti (3 gol, atau 50% jika dipersentasekan). Masing-masing saat melawan Panama ( 2 gol pada laga ini dia cetak lewat titik penalti), dan satu gol lagi saat laga melawan Kolombia kemarin.

Gambar via indianexpress.com
Jika kita hitung gol melalui open play, sejatinya penyerang Belgia, Romelu Lukaku menjadi pencetak gol terbanyak, yakni empat gol. saat ini, Lukaku berada di posisi dua pencetak gol terbanyak bersama Cristiano Ronaldo, namun masih memiliki kesempatan untuk menambahnya karena Belgia lolos ke babak 8 besar, sedangkan Protugal sudah harus mengakhiri kiprah mereka di ajang ini. Gol Lukaku ini semuanya dia cetak pada babak grup, dimana dia mampu mencetak brace dua kali pada laga melawan Panama (berkesudahan 3-0 untuk kemenangan Belgia), dan juga Tunisia (skor akhir 5-2). Uniknya, baik Lukaku maupun Kane tidak mampu mencetak gol ketika kedua tim yang mereka bela, bertemu di laga ketiga fase grup. justru saat itu, Adnan Januzaj yang menjadi aktor kemenangan Belgia atas kemenangan tipis 1-0 mereka terhadap Inggris.

Gambar via fifa.com
Lalu, apakah Kane bisa membuktikan jika dia memang layak untuk menjadi topskorer sejati, tanpa bantuan dari penalti yang diberikan? Karena jika dihitung secara open play, Lukaku kini mengoleksi 4 gol, dibandingkan dengan Kane yang baru mengemas 3 gol. sepertinya akan semakin seru persaingan kedua pemain ini.

Sumber: armada11, UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2uXP7)

Maaf Pendukung Inggris, Tahun Ini Bukan The Three Lions Juaranya!

Inggris akhirnya memastikan diri merebut satu tiket ke babak 8 besar Piala Dunia 2018 Russia selepas pada pertandingan 16 besar kemarin mampu menghempaskan kekuatan Amerika Latin, Kolombia. Perlawanan alot kedua tim, membuahkan hasil yang sama kua 1-1 hingga akhir masa perpanjangan waktu. Dan, kunci kelolosan Inggris pun akhirnya harus ditentukan melalui adu tendangan penalti yang berkesudahan 4-3 untuk kemenangan The Three Lions (fifa.com 04/07/2018)

Gambar via fifatv
Meski mampu melaju ke babak 8 besar, namun untuk menjadi jawara, Inggris sepertinya masih memerlukan perjuangan yang berat. Meski selama ini berhasil menjadi superior atas lawan-lawannya (kecuali saat menghadapi Belgia), kekuatan lini per lini yang dimiliki oleh skuat Gareth Southgate ini tidaklah merata. Bisa dikatakan, dengan pola 3-5-2 yang dia usung, menitikberatkan pada kekuatan lini tengah dan lini serang timnya untuk membuat “fatamorgana” kekuatan lini belakang timnya. Dengan konsep pertahanan terbaik adalah menyerang yang dianut sang pelatih, Timnas Inggris pada gelaran Piala Dunia kali ini memang mengedepankan pola penyerangan menyeluruh untuk mengintimidasi lawan, sehingga tim-tim yang dihadapi, sebisa mungkin tidak melakukan ancaman kepada 3 pemain belakang yang ada.

Gambar via fifatv
Hal ini terbukti efektif untuk menciptakan peluang dan juga gol saat menghadapi tim-tim yang memiliki konsep penyerangan tak sekuat Inggris. Di fase grup contohnya, pada laga perdana, mereka mampu mengurung pertahanan Tunisia dan mengakhiri laga dengan skor 2-1, kemudian melawan Panama, mereka bahkan bisa menyerang sepanjang pertandingan, dan menghabisi lawannya dengan skor mencolok 6-1. Namun, ketika menghadapi Belgia yang juga memiliki konsep penyerangan stabil dengan pola dan pakem permainan 4-3-3 serta turunannya, Inggris harus bertekuk lutut dengan skor 1-0 (mirror.co.uk 28/06/2018). Dalam pertandingan tersebut, Belgia sejatinya memainkan sepakbola sederhana. Pertama, mereka hanya perlu untuk mematahkan penyerangan Inggris yang begitu bergelombang, kemudian, yang kedua, sebisa mungkin melewati hadangan lini tengah Inggris, untuk kemudian memberikan ancaman kepada para pemain belakang yang “dilindungi” lini tengah dan juga depannya.

Gambar via fifatv
Dalam laga melawan Kolombia pun Inggris memainkan pola yang sama. Mereka konstan menyerang sepanjang laga, untuk meminimalisir ancaman yang dibuat oleh para pemain Kolombia, dan hasilnya memang positif. Mereka mampu memaksa lawannya untuk berfokus pada pertahanannya sendiri, dan hanya sesekali melakukan serangan. Namun, jika Inggris tetap memainkan pola yang sama di babak-babak selanjutnya, tentu akan sangat riskan. Berkaca dari pengalaman kekalahan mereka atas Belgia yang memiliki konsep penyerangan yang kuat, tentu mereka patut was-was. Bagaimana tidak, 7 tim lainnya yang lolos ke babak 8 besar memiliki konsep penyerangan yang kuat, seperti Uruguay, Perancis, Belgia, hingga Brazil yang berpotensi menjadi lawannya di babak final nanti. Untuk 8 besar hingga semifinal, mungkin hanya Kroasia yang memiliki konsep penyerangan kuat. Sedangkan Swedia (lawan selanjutnya), dan Russia, bisa jadi bukan suatu ancaman yang berat bagi mereka. Jika mengandalkan skema yang ada saat ini, maka akan sangat mungkin, Inggris maksimal hanya akan mampu mencapai babak final (saya berharap mereka akan bertemu dengan Kroasia di babak semifinal, agar pola 3 bek mereka teruji kembali). Tapi, bola itu, bundar, who knows the future?

Sumber: armada11, UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2uSrK)

Nasionalisme Ala Anak Muda Indonesia Di Timnas U-19, Dapat Kita Pelajari Dari Putera Papua Ini

Todd Rivaldo Ferre, kembali menunjukkan kapasitasnya sebagai pemain muda potensial yang dimiliki oleh Indonesia pada malam hari ini. Bermain penuh pada babak kedua, pemain asal Persipura Jayapura ini menjadi salah satu aktor penentu kemenangan Timnas Indoensia U-19 atas lawan yang mereka hadapi, Timnas Filipina U-19. Terus berlari sepanjang babak dia dimainkan, akhirnya dirinya menuai hasil positif, selepas mampu mencetak gol keempat sekaligus gol penutup yang menyudahi perlawanan The Young Azkals dengan skor 4-1. (bola.liputan6.com 05/07/2018)

Gambar via sport.detik.com
Malam ini, saya tak hanya mendapati seorang Todd Rivaldo menyajikan permainan yang menarik, namun saya juga mendapati sisi lain yang ditunjukkan oleh pemain asal Indonesia Timur ini, yakni nasionalisme. Iya, malam ini, Todd menunjukkan jika pemain asal Indonesia Timur, yang banyak kalangan meragukan kesetiaan mereka kepada negara ini (tentunya hal ini buntut dari dunia politik dan pertahanan keamanan yang seringkali diterima masyarakat, sehingga ada juga kalangan yang menjudge saudara-saudara kita di timur, “tak senasionalis” dari daerah lain. Namun, disini saya tidak ingin membahas politik atau apapun itu), ternyata menunjukkan satu hal berharga kepada kita semua, dia sepenuh hati, dan juga raga dalam membela kehormatan negeri ini.

GAmbar via jawapos.com
Iya, Todd Rivaldo sejatinya bisa saja tidak melanjutkan pertandingan selepas mendapatkan cedera pada tangannya selepas terjatuh saat melakukan akselerasi pada pertengahan babak kedua. sempat beberapa lama tergeletak dilapangan, mengerang kesakitan sembari menunggu bantuan dari tim medis, ternyata Todd masih ingin melanjutkan permainan hingga menit terakhir. Terlebih, pada saat itu, Timnas U-19 telah melakukan pergantian pemain dengan memasukkan Saddil Ramdani, Syahrian Abimanyu, dan juga dirinya. Jadi, sebisa mungkin, dia tak ingin berhenti bermain karena nantinya timnas hanya akan bermain dengan 10 perseonel saja. apalagi dalam situasi tertinggal 0-1 atas lawan yang menerapkan pertahanan grendel dan mengedepankan serangan balik.

Gambar via bolatimes.com
Dia pun menuai kerja kerasnya selama bertanding. Pada akhirnya, dia mampu mencetak gol keempat timnas dan menutup laga dengan kemenangan telah 4-1 bagi Timnas Indonesia. dan bagi saya, malam ini Todd bukan hanya menunjukkan skillnya saja saat bermain, namun dia juga menunjukkan, betapa anak Timur juga tak bisa diragukan nasionalisme mereka dalam membela panji-panji kebesaran negeri ini. selamat Todd Rivaldo Ferre, selamat untuk Timnas U-19! Jangan terlena, masih ada laga-laga berat yang menanti!

Sumber: armada11, UC WE MEdia (http://tz.ucweb.com/7_2xZzK)


Biarkan Filipina Bermain-main 80 Menit, 10 Menit Terakhir, Kita Buat Mereka Menangis.

Timnas Indonesia U-19 berhasil kembali meraup hasil maksimal dalam laga ketiga Piala AFF U-19 kala bersua Filipina. 3 poin kembali mereka koleksi selepas mampu membungkam The Young Azkals dengan skor telak 4-1. Sebuah kemenangan dramatis yang diraih dengan susah payah dan juga penuh perjuangan karena Filipina bermain diluar dugaan semua kalangan, yang diprediksi akan menjadi tim yang mudah untuk ditaklukkan. (tribunnews.com 05/07/2018)

Gambar via bolasport.com
Dalam pertandingan ini, para pendukung Timnas Indonesia harus menahan nafas berkali-kali karena bermacam peluang yang dihasilkan, baik itu melalui serangan sayap, serangan tengah, terobosan ataupun tendangan jarak jauh, tak ada satupun yang mampu menjebol gawang lawan hingga menit ke 80. Tentu saja detak jantung para pendukung menjadi tak menentu sepanjang 80 menit laga berjalan. Bagaimana tidak, hingga 10 menit menjelang berakhirnya pertandingan, Timnas Indonesia U-19 masih dalam posisi tertinggal 0-1 selepas tendangan bebas Filipina, mampu menjebol jala gawang Riyandi.

Gambar via goal.com
Namun, semua berubah dalam 10 menit terakhir pertandingan. Gol pertama Saddil Ramdani yang dicetak pada menit ke 81 dengan lesakan jarak jauh membelakangi gawang, menjadi pengubah jalannya laga. Berturut-turut, dalam tempo kurang dari 10 menit, para pemain Indonesia mampu menggelontorkan tiga gol tambahan melalui Firza Andika, Saddil Ramdani (iya, pemain Persela Lamongan ini menjadi pemain yang mencetak brace pada laga kali ini), dan ditutup oleh pemain bintang Persipura Jayapura, Todd Rivaldo Ferre, hingga mengubah hasil akhir menjadi 4-1. (indosiar.com 05/07/2018)

GAmbar via bola.com
80 menit, biarkan Filipina berkreasi dan berharap hasil akhir menjadi milik mereka, namun 10 menit terakhir, kita rebut kemenangan yang telah ada didepan mereka, dan berikan hasil akhir yang tak memihak bagi mereka. Selamat Garuda Nusantara! Jangan terlena dengan kemenangan ini. dua laga berat masih tersisa untuk dijalani!

Sumber: armada11, UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2xRXF)

Yes! Timnas Indonesia U-23 Tergabung Di Grup Mudah Asian Games 2018 Mendatang!

Bersyukur, itulah yang saya rasakan ketika mengetahui hasil pembagian grup ajang Asian Games 2018 cabang sepakbola. Bagaimana tidak, Timnas U-23 asuhan Luis Milla, bisa dikatakan tergabung dalam grup yang relatif mudah dalam gelaran kali ini. bertindak sebagai tuan rumah, Timnas Indonesia U-23 otomatis masuk ke dalam unggulan pertama, dan otomatis pula menjadi penghuni grup A.

Gambar via pssi.org
Dalam lansiran dari laman resmi federasi, pssi.org (05/07/2018), Indonesia U-23 tergabung dengan tim-tim sekelas Hong Kong, Laos dan juga China Taipei. Ketiga tim tersebut diatas kertas masih berada dibawah permainan Hansamu Yama Pranata dan kawan-kawan, dan dalam sejarah pertemuan dengan mereka, Indonesia masih lebih superior dibandingkan dengan 3 calon lawannya tersebut. namun, tentu saja hal itu tidak bisa dijadikan tolok ukur, apalagi sampai meremehkan lawan yang bakal mereka hadapi.

Lalu, akan sejauh mana perjalanan Indonesia di ajang Asian Games 2018 yang dihelat dirumah sendiri tahun ini? apakah mampu memenuhi target masuk babak semifinal, atau kurang bahkan lebih? Semoga saja bisa lebih, karena dalam gelaran terakhir lalu di Asian games 2014 Incheon Korea Selatan, mereka mampu bermain hingga babak kedua alias 16 besar. Bermain dirumah sendiri, tentu prestasinya harus lebih baik lagi dong!
Pemilik hak cipta: armada11

Gambar via sport.detik.com
Sumber : armada11, UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2xeNF)

Kekuatan Warganet Indonesia, Mampu Paksa Indosiar Buka Acakan Siaran Langsung Timnas U-19

Sepertinya hal itulah yang terjadi saat ini. para pendukung timnas Indonesia dan pecinta sepakbola nasional akhirnya bisa merasakan kegembiraan selepas laga Indonesia U-19 melawan Filipina U-19 akhirnya bisa tayang secara free to air di Indosiar. Hal ini tak lepas dari sikap indosiar, yang pada akhirnya mampu “luluh” selepas mendapatkan protes bertubi-tubi dari para pendukung Timnas karena mengacak laga yang dijalani oleh Timnas U-19 di ajang AFF U-19 tahun ini.

Gambar via vidio.com
Iya, dalam dua laga pertama yang dijalani oleh Timnas U-19, yakni pada laga pembuka melawan Laos U-19 dan juga melawan Singapura U-19, kekecewaan mendalam harus dialami oleh para pendukung timnas yang mengandalkan antena parabola sebagai penerima sinyal siaran langsung mereka. Indosiar yang menjadi pemegang hak siar dalam turnamen ini, melakukan pengacakan pada dua laga tersebut, sehingga layar televisi yang memakai parabola, menjadi gelap selama jalannya pertandingan. (isatelit.com 03/07/2018)

Gambar via sport.detik.com
Hal tersebut memantik reaksi para warganet Indonesia untuk melakukan protes di akun-akun resmi Indosiar. Instagram indosiar (@indosiar), twitter indosiar (@indosiarID) hingga facebook dan juga akun remsi mereka lainnya, menjadi sasaran “serangan” dan protes para warganet yang kecewa dengan pengacakan itu. Hingga pada akhirnya, pihak indosiar pun luluh juga dengan apa yang diungkapkan oleh para warganet tersebut. dan dengan kebesaran hati mereka, akhirnya pada laga ketiga timnas Indonesia U-19 ini (melawan Filipina U-19), akhirnya siaran langsungnya dapat dinikmati oleh mereka yang pada dua laga awal mengalami pengacakan pada siaran yang diterima. Ah, untungnya saja indosiar mau berbesar hati dalam mendengarkan aspirasi masyarakat luas yang ingin mendukung timnas beraksi. Dan, hal ini semakin membuktikan, jika warganet Indonesia, memiliki kekuatan yang potensial untuk melawan siapapun!
Gambar via bolasport.com


Sumber : armada11 UC WE Media (http://tz.ucweb.com/7_2xMjh)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...