Monday 21 March 2016

Aku Calon Bintang Besar yang Gak Jadi Bintang... (Chapter 1 : Niat)


Selamat berhari ini para pembaca yang budiman. Bagaimanakah kabar anda semua? Baik-baik sajakah? Ataukah kurang baik? Ataukah tiga perempat baik? Atau mungkin setengah baik? Atau sepersekian baiknya? *maaf, ngelantur. Sebenernya lagi gak pengen ngelantur, tapi memang dasarnya selalu ngelantur kalo nulis ya jadinya ngelantur. Mohon maaf buat yang tidak berkenan, mohon maafkan aku, dan jika masih ada yang belum berkenan memaafkan, mohon dilampiaskan saja pada tetangga atau temen-temenku yang tidak tahu apa-apa.. *ndeehhh?? Maksudte piye iki?
Begini, aku sengaja bikin poetingan ini karena selama beberapa waktu kepikiran terus tentang salah satu bakatku yang sudah lama terpendam. Jika dulu pembaca disini aku cekokin dengan kisah hebatku ketika bermain sepakbola (Hingga pembaca disini mual-mual dan ada beberapa yang muntah-muntah... :berbusa: ), kali ini aku akan membuka sisi lainku yang memang sangat penuh dengan potensi. Masih bingung? Bentar-bentar, aku jabarin sedikit pokok permasalahannya..
Sejatinya, aku yang dikenal di dunia persilatan sebagai salah satu musuh dragon ball ini.... *skip... gak jadi! Ngaco nih orang nulisnya...
Sebenerya... *ini nih yang mulai bener hawa-hawanya... sebenernya, aku yang dulu bukanlah yang sekarang.... *skip lagi! Malah tambah ngaco nih orang.. ente niat nulis cerita kagak sih kong? *teriak Mael, musuh utama dalam mitologi hercules dan tugas yang tak terselesaikan.. apa perlu aku bakar menyan dulu biar kamu gak ngaco kayak gini? *teriak tukim yang sebenernya adalah monster Sukomon..
Skip...
Kosong....
Yap kita mulai lagi, gak usah deh kita bahas si Mael dan tukim yang sebenernya merupakan makhluk absurd (tepatnya astral) yang seringkali muncul dalam cerita-ceritaku dulu...
Temen-temenku yang sekarang tahunya aku hanyalah seorang blogger kelas teri yang tidak bisa apa-apa dan belum mampu menghasilkan apa-apa. Sebagian kecil juga tahu jika aku dulunya adalah pemain sepakbola yang selalu gagal dan tidak pernah diajak berlatih tanding melawan tim manapun (bahkan termasuk melawan tim para wanita, waria atau anak kecil sekalipun, atau malah yang parah, tim ecek-ecek juga aku gak diajak main) meski selalu menjadi orang pertama yang hadir dalam latihan... nah, mungkin saat ini mungkin adalah waktu yang paling tepat untuk membuka rahasiaku yang dulu. Dimana aku memang selalu menjadi anak yang diciptakan Tuhan dengan penuh bakat dan multitalenta...
Aku bersyukur docoptakan Tuhan sebgai makhluk yang penuh dengan potensi, dan lengkap dengan segala talenta. Termasuk... potensiku untuk bermain band.. *gila lu broo? Situ bisa maen Band? Bukannya situ alergi kalo ketemu sama senar gitar gara-gara pernah terjerat di leher? Ini band beneran kan? Bukan band anak-anak? Atau band kasidahan yang anggotanya ibu-ibu pengajian? Ini pasti band sejenis marawis kan?
Stop! Stoooppppp!!! Kalian jangan menjudge aku dengan hal-hal aneh seperti itu kenapa sih? Sebelum kalian tahu dengan kejadian yang sebenarnya!
Skip...
Lanjut lagi ya ceritanya. Abaikan mereka yang selalu saja meremehkan kemampuanku seperti itu...
Iya, seperti telah aku cerutakan secara sekilas di atas tadi, bahwa sebenernya aku juga mempunyai talenta sebagai seorang seniman. Tepatnya sebagai seorang pemain band. Dan pasti kalian (yang suka menghina aku) pada gak yakin kan kalo aku dulu juga mempunyai band? Haha, kalian akan terpesona dengan ceritaku kali ini!
Alkisah -heleh- cerita ini diawali ketika aku masih duduk di bangku SMP. SMP 1 tepatnya.. SMP 1 di tempatku.. disana, sebagai seorang anak dengan intelligensi yang luar biasa (menurut klaim diri sendiri), aku, selain sekolah dengan rajin, juga mulai ikut-ikutan ekstrakurikuler. Berhubung saat itu aku juga sudah mengikuti kegiatan sepak bola di sekitar tempat tinggalku, maka di sekolah aku pun mengikuti ekstrakurikuler yang berhubungan dengan seni. Maka, perencanaan pun mulai aku lakukan...

Misi Pertama... mengikuti seleksi Regu Paduan Suara.

Misi ini sepertinya akan berjalan dengan lancar. Secara sedari lahir, aku memang sudah dikaruniai bakat yang luar biasa dalam olah vokal. Jadi, aku yakin pasti akan lolos dalam seleksi paduan suara ini...
          Hari yang ditunggu pun tiba. Kami untuk pertama kalinya deseleksi secara general dan menyeluruh untuk dicari suara-suara yang pas. Note : ini pas, bukan pals. So, aku yang sudah sering nyanyi dikamar mandi pun dengan pede menyanyikan lagu indonesia raya. Biar gak bingung, para pembaca coba bayangkan, dua ratusan anak dijajarkan di aula, dengan 10 Saf, dan diminta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama sama. Sedangkan tim Juri, mereka tidak duduk, melainkan berjalan berputar mengeluarkan anak yang dinilai suaranya tidak memenuhi standar minimal untuk masuk dalam tim paduan suara sekolah kami.
          Terlihat, sudah beberapa anak dibarisan depan yang didekati sama tim juri dan dikeluarkan dari barisan. Ahaaa, selamat! Anda belum berhasil masuk dalam tim paduan suara sekolah ini! Suara pas-pasan aja kok mau bergaya ikutan tim paduan suara? Hahay, rasain kau! *kataku, tapi dalam hati... ya iyalah dalam hati.. kan posisi lagi menyanyi brooo!
          Kembali aku berkonsentrasi demi mendapatkan slot tempat dalam tim padus. Tim juri semakin beringas. Menggila dengan kesemena-mena-annya dan kesewenang-wenangannya dalam mengeluarkan anak-anak dengan potensi pas-pasan. Untung saja aku ada dibaris yang paling belakang, jadi masih bisa memasang strategi untuk mengeluarkan suara terindahku ketika jurinya mendekat..

Apakah yang terjadi selanjutnya? Bersambung dulu ya....

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...