Monday 16 September 2013

Calon Pemain Profesional = Best Momment



Cerita Sebelumnya ada disini....
Mungkin momen terbaik yang pernah aku jalani ketika bermain sebagai pefutsal (anggap aja futsall sama dengan sepakbola) adalah ketika bertanding mewakili jurusan di piala UKM Bidang Olah raga. Sebanyak 32 tim bertanding dengan sistem gugur. Kejuaraan intern kampus ini diadakan setahun sekali, dan momen terbaik terjadi pada tahun 2007. Ketika itu, setelah diadakan undian, pada fase awal tim kami berhadapan dengan Tim dari Fakultas Teknik, dari kelas Teknik Perangkat Lunak. (tahu gak pemain tim kami siapa aja?? Yups! Gak salah lagi. Pemainnya adalah para kampret yang tergabung dalam genk Andrea, yakni aku, Mael, Patria, Tukim, mbah Jan, ditambah dari kelas lain seperti Simon, Imam, dan Mael. *memang ada 2 Mael dalam tim kami, tapi Mael yang bukan anggota genk Andrea penampilannya jauh lebih ganteng dan lebih keren daripada Mael yang jadi anggota genk).


Pada pertandingan pertama itu, dengan pemain inti aku, Mael jelek, Patria, Simon, dan Mbah Jan, masuk ke lapangan pertandingan dengan sangat tidak meyakinkan. Kalo aja temen-temen pembaca pada waktu itu hadir, mungkin akan ngakak dan berguling-guling menahan tawa melihat penampilan kami yang sangat mementingkan gaya daripada skill bermain. Kami lebih mirip rombongan singa laut yang tengah menikmati pertunjukan yang dia lakukan. Bayangkan, ditengah sorak sorai penonton yang membahana, kami masih saja melakukan hal-hal gila yang membuat para audiens ingin segera membakar kami hidup-hidup. Ketika tim lawan sedang tegang dan serius mengamati kedatangan kami sebagai musuh tandingnya, kami malah sangat santai. Kami masuk lapangan dengan gerakan ber-dadah-dadah yang semakin membuat panonton menggila. Mail masuk pertama kali ke lapangan dengan gaya mantap melambai-lambaikan tangan, Tukim masuk lapangan dengan menebar senyuman, mbah Jan masuk dengan gaya seperti kiper profesional, yakni lari kekiri lari kekanan, dan yang terakhir masuk adalah aku bareng Patria. Aku hanya senyum-senyum membayangkan berada di stadion Gelora Bung Karno, sedangkan patria... hemmm... dia masuk sambil menebar cium-cium jauh ke seluruh sudut penonton sambil bilang “I love you too... i love you too.. i love you too... thak you... thank you..” (padahal gak ada satupun penonton yang bilang I love you pada kami. Apalagi pada patria. Benar-benar obsesi jadi artis). sembari bilang gitu, sun jauhnya melayang dari bibir ke arah penonton yang pastinya jijik jika beneran dapat sun jauhnya si Patria.
Tsania 11

Zlatan Izmailovic 8


Patria Choy Vichiz 7


Komposisi pemain yang diturunkan pada pertandingan pertama melawan Tim FT TPL waktu itu adalah Mbah Jan (Kiper – kostumnya tak bernomor), Mael Jelek (Belakang-nomor kostum 8, dimirip-miripin dengan nomor kostumnya Zlatan Ibrahimovic yang waktu itu bermain untuk Inter Milan), Simon (Belakang-nomor kostum 6), Aku (Tengah-Gelandangan-Playmaker dengan nomor kostum 11), dan Patria (penyerang dengan nomor kostum kebanggaan 7). Sebuah komposisi yang sangat tidak merupakan komposisi impian. Dan sebelum pertandingan dimulai, diadakan undian untuk memilih bola atau tempat. Dengan segera, meskipun teman-teman tidak menunjukku, aku langsung bergegas ke garis tengah dan bertindak sebagai kapten. Mumpung ada kesempatan, walo gak jadi kapten timnas Indonesia, jadi kapten tim futsal juga gak apa-apalah. Namanya juga sama-sama kapten. heee...
Pertandingan pun dimulai. Kami bermain sama-sama ngotot dan terjadi beberapa kali pelanggaran. Momen terbaikku akhirnya muncul juga. Mendapatkan bola dari sisi kanan, aku melepaskan tendangan keras ke arah gawang (musuh! Bukan gawangku sendiri!). bola melaju dengan keras. Mulutku komat-kamit berharap itu menjadi gol.. bola terus melaju.. menuju ke gawang.. dan.... tapppp!!! Bola ditepis oleh penjaga gawang. Penonton kecewa dan memberikan suara “ooooooooooowwwwwwwww” seperti di pertandingan beneran di tipi-tipi. Sial! Tendanganku hanya menghasilkan sepak pojok!! Mael Jelek segera ke sudut dan mengambil sepak pojok untuk tim kami. Seluruh pemain musuh turun bertahan. Mael mulai bersiap mengambil tendangan. Aku berusaha masuk ke tengah-tengah para pemain musuh. Dari isyarat yang diberikan, mael menandakan akan mengirimkan bola bawah. Dan Bug.. bola ditendang mendatar. Aku yang ada dalam kepungan para pemain musuh sudah putus asa. Yang aku lakukan hanya menjulurkan kaki kiriku dan memejamkan mata. Aku tak tak peduli apa yang akan terjadi nanti. Yang aku tahu, aku  bener-bener merem ketika mael mulai menendang bola ke kerumunan depan gawang musuh. Tiba-tiba... GOOOOLLLLLLL!!!!! Para penonton berteriak menandakan gol telah terjadi. Aku buka mata kiriku, kulihat memang bola tergeletak disudut gawang. Aku buka mata kananku biar lebih yakin. Iya, memang gol!! Tapi siapa yang mencetak gol?? Belum sempat keherananku hilang, punggungku ditepuk oleh teman-teman setim. “Bagus Kong!! Masuk!!”. Aku masih bengong dengan penuh rasa tak percaya. Aku yang masukin?? Aku lihat-lihat sekeliling. Terlihat teman-teman setimku gak ada yang merayakan gol itu. Berarti, kemungkinannya adalah, aku yang masukin! Setelah yakin kalo aku yang masukin bola ke gawang, dengan didahului bengong yang cukup lama, aku akhirnya berteriak.. “GGOOOOOLLLLLLLLLLLL!!!” dan berlari merayakan gol yang kucetak seperti para pemain yang sering aku lihat di tipi. Biar mereka yakin, kalo aku mencetak gol karena kerja keras dan skill ku, bukan karena keberuntungan. (mungkin Cuma aku satu-satunya orang didunia yang mencetak gol dengan cara merem dan Cuma menjulurkan kaki kiri di depan gawang musuh...). sementara itu penonton berteriak-teriak tak karuan. Tapi intinya adalah satu kalimat.. “Telat Kang Ngerayainnya...”







Setelah mencetak gol itu, permainan menjadi semakin keras dan brutal. Berkali-kali kami bergulingan, saling dorong, dan saling jegal. Sampai akhirnya, gak sampai 5 menit setelah mencetak gol pertama tadi, aku yang sedang membawa bola dari sisi kanan, mendapatkan sebuah injakan di kaki kiriku. Sebuah injakan yang aku gak tahu apakah disengaja ataukah tidak. Tapi efeknya sangat luar biasa. Aku harus minta diganti karena pergelangan kaki kiriku rasanya cekot-cekot dan cenit-cenit. Dengan agak pincang-pincang, aku keluar dari lapangan, digantikan oleh imam. Gak tahu dapat inspirasi darimana, sepeninggalku teman-teman malah main lebih kesetanan. Dengan lapangan tengah dipegang oleh imam (yang ternyata permainannya jauh lebih kreatif daripada caraku bermain), permainan kami jadi lebih hidup. Jika waktu aku bermain hanya menghasilkan 1 gol saja (itu pun dengan keberuntungan tingkat tinggi), maka selepas aku keluar lapangan, timku berhasil memasukkan 3 gol lagi. Meski dibalas 1 gol oleh tim FT TPL, namun kemenangan 4-1 tak tergoyahkan. Patria dengan kegilaannya berhasil memasukkan 2 gol, dan satunya lagi dicetak oleh imam dari spesialisasinya yakni tendangan jarak jauh. Yahhh!! Kita menang dipertandingan pertama dan berhak masuk ke 16 besar!! Begitu pertandingan selesai, aku dan anggota lain dari Genk Andrea segera berhamburan ke tengah lapangan. Kami berpelukan dan merayakan kemenangan kami..
Pertandingan kedua, kami berhadapan dengan tim dari kelas bahasa Indonesia. Masih dengan gaya yang sama, kami masuk lapangan. Kami sadar, kami semakin digila-gilain sama para penonton. Buktinya adalah ketika kami masuk lapangan, para penonton berteriak “Gila!! Gila!! Gila!!”. Itu kan buktinya para penonton sangat menggila-gilain kami. Dalam pertandingan itu, komposisi yang dimainkan masih sama. Yakni aku, Mael Jelek, Mbah Jan, Simon, dan Patria. Bertindak sebagai kapten yang ilegal dan tak dikehendaki adalah aku. Xixixi. Dalam pertandingan itu, karena masih belum bener-bener 100% sembuh, maka lagi-lagi aku gak bisa maen lebih dari 5 menit. Untuk kedua kalinya aku digantikan oleh Imam. Ketika aku keluar lapangan, kedudukan masih sama kuat, 0-0. Eh, begitu Imam masuk, permainan jadi berubah dan menjaringkan 2 gol lewat Imam dan Patria. Meski sempat disamakan menjadi 2-2, tapi pada adu tendangan penalti, tim kami akhirnya keluar sebagai juara. Kami berhak untuk maju ke babak 8 besar!! Sebuah prestasi yang membanggakan karena komposisi tim kami terdiri dari para pemain yang cenderung aneh..

4 Andrea...

Chacik Mbot, Mael Mbot, Fitri Mbot...

Pertandingan selanjutnya adalah pertandingan di babak 8 besar. Tim yang kami hadapi waktu itu adalah tim kuat yang merupakan perwakilan dari anak-anak ekonomi. Berbeda dengan yang sebelumnya, pada saat itu, pemain yang diturunkan tidaklah sama dengan pertandingan sebelumnya. Demi efektifitas permainan, pada pertandingan ketiga tersebut, pemain yang diturunkan adalah Mael Jelek, Imam, aku, Tukim, dan Mael Ganteng. Patria yang pada dua pertandingan sebelumnya menggila, tidak bisa hadir tepat waktu karena harus menyelesaikan urusan utang piutangnya dulu. Patria harus ngumpet dulu karena sudah diuber-uber sama penagih hutang gara-gara gak bisa ngelunasin utangnya sesuai dengan tanggal yang telah ditetapkan. Bertindak sebagai kapten, masih tetep seorang pemain ganteng bernomor punggung 11 yang pada kostum tandingnya tertulis nama “Tsania”. Permainan pun dimulai. Entah kesurupan jin penunggu daerah mana, kami bermain sangat buruk pada pertandingan ketiga ini. Aku menduga, mbah jan yang bertindak sebagai kiper pasti telah disuap dengan sebungkus nasi rames ditambah tempe sambel yang dibeli di mbak-mbak penjual nasi didepan kampus yang sering jadi langganan kami ngutang. Mainnya sangat jelek. Tiap ada yang nendang bola ke arahnya, pasti masuk. Kiper macam apa dia?? Gayanya aja sok-sokan jadi kiper profesional. Dikasih bola lambung masuk, dikasih bola datar masuk, dikasih bola menyusur tanah, juga masuk. Kiper macam apa dia itu?? Alhasil, diakhir kisah, dalam pertandingan  ketiga di babak 8 besar itu, kami harus pulang dengan skor tipis, 8-2!!! Benar-benar tipis!! (Tipis dengkulmu!!)
Semenjak kekalahan yang terjadi pada tahun 2007 itu, aku sebagai kapten yang baik (meski para anggota tim gak pada rela aku yang jadi kapten timnya) memutuskan untuk memikirkan kembali cita-citaku untuk menjadi pemain sepakbola timnas. Demi terlihat seperti kapten yang bertanggungjawab, aku memutuskan juga untuk tidak lagi bermain sepakbola ataupun futsal. Sisi baiknya dari peristiwa pembantaian tim kami 8-2 oleh tim anak-anak ekonomi yang akhirnya menjadi juara itu adalah, aku sepenuhnya sadar, aku gak bisa menjadi pemain timnas Indonesia. Selain kualitas yang gak mumpuni, juga karena pasti nanti akan mempermalukan nama bangsa dan negara jika pemain yang bertanding kualitasnya seperti aku. Bisa-bisa menpora akan malu kalo berkunjung ke negara lain gara-gara sering kalah gedhe.
Pengalaman terakhirku ketika bermain sepakbola adalah ketika memperkuat tim Guru di Hari jadi PGRI tahun 2012 kemarin. Terhitung, sejak 2007, aku baru main bola lagi untuk pertama kali setelah 5 tahun vakum. Tau gak, di pertandingan itu, aku jadi starter lho. Aku main sejak awal. Tapi, seperti biasanya juga yang aku alami dulu-dulu, baru 5 menit bermain, sudah ngos-ngosan dan digantikan oleh pemain lain. Memang, nasib tak bisa membohongi. Jika sudah berteman dengan yang namanya bangku cadangan, maka harus baik-baik sama bangku cadangan...ah, ngomong apa sih ini. Kesimpulannya adalah, aku gagal menjadi pemain Timnas Sepakbola Indonesia, dan Indonesia beruntung aku gak jadi pemain Timnasnya. Gitu aja kok mbulet.. udah ah, capek. Mending ngetik-ngetik yang lainnya lagi aja. Untuk sepakbola, cukup sampai disini. Thathaaaaaaa........ salam olah raga!!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...