Monday, 16 September 2013

Calon Pemain Sepakbola Nasional = Awal Karier Yang Aneh...



Aku dari dulu bercita-cita menjadi seorang pemain bola professional. Tepatnya bukan cita-cita sih, tapi keinginan. Aku berkeinginan suatu saat nanti bisa menjadi bagian dari Tim Nasional Indonesia, yang bisa mengenakan Kaos Timnas dan mengibarkan panji-panji kebesaran dan menjadi kebanggaan dari bangsa Indonesia. Setiap ada pertandingan internasional, aku akan selalu dipanggil pelatih Timnas, dan bermain dengan menggunakan kaos dengan nomor punggung 11. Bermain sebagai pengatur permainan, sebagai playmaker, bermain bagus, dan selalu disukai oleh para supporter karena penampilan dan permainan yang aku tampilkan.
Namun yang selalu aku ingat adalah keinginan tak selamanya sejalan dengan kenyataan. Dari dulu selalu begitu. Banyak cita-citaku yang gak kesampaian. Entah itu karena dilarang, ditolak, atau memang benar-benar karena salah dalam menentukan cita-cita. Begitupun juga dengan keinginanku untuk menjadi bintang sepakbola. Harus hilang ditengah jalan, dan pupus tak kesampaian.
Padahal aslinya, jika dilihat secara kualitas, aku termasuk atlit yang menjanjikan lho. Aku sempat masuk nominasi 7 atlit terunyu versi On The Spot di Tipi Pithu. Mengalahkan Zlatan Izmailovic (Atlet Bokep), Patria Kristianto (Atlet PS), Nurul Chachik Istiana (Atlet Dakon), Sylvia Okky Andriani (Atlet Gosip), SiskaTriwahyuningsih (Atlet Lempar Bola Dada), Mustakim Anggara Putra (Atlet Utik), dan Fitri Rahmawati (Atlet Anggar). Namun karena penanganan dari tim pelatih yang tak berkualitas, akhirnya membuatku tidak bisa berkembang.
Untuk mewujudkan ambisiku untuk bisa masuk dalam skuad Timnas Indonesia, sejak kecil aku sudah mulai berlatih sepakbola. Menginjak usia Remaja, yakni ketika aku duduk di bangku SMP kelas 1, aku bergabung dengan klub lokal didaerahku. Setiap dua kali dalam seminggu, aku berlatih bersama teman-teman, dan posisi yang menjadi favoritku adalah pemain sayap kiri atau pemain tengah. Playmaker atau gelandang gitu istilah kerennya. Selama latihan, aku dengan setia berteman dengan yang namanya status sebagai pemain cadangan. Hu um. Aku Cuma menjadi cadangan. Gak Cuma cadangan, resminya adalah cadangannya cadangan. Kalo bingung dengan maksudku, begini nih ilustrasinya. Dalam tim kan ada pemain inti. Nah, pelapis pemain inti ini disebut pemain cadangan, yang akan dimainkan jika pemain intinya berhalangan. Nah, aku baru bisa main jika pemain inti berhalangan, dan pemain cadangan juga berhalangan. Jadi tahu sendiri kan posisiku seperti apa?? Sayang banget ya kalo cowok keren seperti aku ini hanya menjadi spesialis cadangannya si cadangan.
Meskipun begitu, aku tercatat empat kali diikutsertakan dalam uji coba yang diadakan oleh klub. Yang pertama adalah saat melawan kesebelasan dari daerah Kragan (salah satu kecamatan di daerah Rembang, yang terletak disebelah utara kecamatan tempat aku tinggal), yang kedua ketika kami bertandang ke Jatirogo (sebuah daerah dikabupaten Tuban Jawa Timur), yang ketiga ketika kami bertandang ke daerah Tambakboyo (di Tuban, Jawa Timur juga), dan yang terakhir adalah ketika kami kembali bermain kandang. Nah, karena kali ini pokok pembahasannya adalah tentang sepakbola, Sekarang kita bahas kualitasku sebagai pemain bola kelas dunia dengan empat pertandingan yang aku jalani bersama klub ku. (jangan percaya!!)
Pertandingan pertama, aku tetap setia menjadi pemain cadangannya cadangan. Meskipun pada waktu itu kami menang besar (8-0), tapi aku hanya bermain sekitar 3 menit di akhir laga. (mengenaskan!!!). di pertandingan kedua, ketika kami di jatirogo, pelatih memberikanku kesempatan untuk bermain juga. Tahu berapa durasi yang diberikan?? Gak ada satu menit!! Bahkan aku gak sempat untuk mendapatkan bola. Ketika aku masuk sebagai pemain pengganti (lagi-lagi diujung laga), tepat ketika sampai di tengah lapangan, wasit meniupkan peluit panjang tanda pertandingan telah berakhir. Meskipun kami waktu itu menang, tapi rasanya sangat-sangat mengenaskan untuk hatiku. Bayangkan, aku baru masuk ke lapangan ketika pertandingan tinggal akhirnya saja, dan tak sempat mendapatkan bola!! Mengenaskan tingkat dua!!
Berbeda dengan pertandingan pertama dan pertandingan kedua, pada pertandingan ketiga, aku masih diikutsertakan dalam tim untuk bertanding. Dalam pertandingan yang berlangsung dengan keras itu (teman-teman se tim ku banyak mendapatkan luka-luka dan cedera setelah bertanding), nasibku malah lebih mengenaskan daripada sebelumnya. Jika pada sebelumnya aku masih diberi kesempatan untuk menginjkakkan kaki dilapangan tempat pertandingan berlangsung, untuk pertadingan yang ketiga ini, aku sama sekali tidak dimainkan. Jadi, hanya melakukan pemanasan, dan setelah itu menunggu, menunggu, menunggu, dan menunggu sampai pertandingan berakhir!! Sangat sangat sangat sangat Sangat mengenaskan!!
Dalam pertandingan ke empat, yang dilakukan di lapangan sepakbola kesebelasan kami, entah setan mana yang merasuki pelatih waktu itu, dia tiba-tiba memberikanku kesempatan untuk bermain lebih lama. Aku dipasang sebagai starting eleven (11 pemain yang dimainkan sejak awal), dan diberikan kepercayaan penuh sebagai pemain sayap kiri. Disinilah kualitasku diuji. Aku bermain dengan hati seperti yang diajarkan oleh Tsubasa Ozora dalam pilem Captain Tsubasa. Aku bermain bagaikan Tsubasa yang tak terkalahkan. Terbang, menggiring bola, meliuk-liuk, menendang, mengumpan, berteriak-teriak, berguling-guling, menari-nari, dan sarap!! Bukaaannn!! Aku bermain seperti orang lain maen bola kok. Dan kualitasku terbukti, meski bukan sebagai penyerang, tapi aku berhasil memasukkan satu gol ke jaring gawang musuh untuk kemenangan 3-1 tim ku. Peringatan bagi pelatih, selain keren, aku juga punya kualitas!! Jadi, jangan cadangkan aku lagi!!
Kebersamaanku dengan kesebelasan didesaku berakhir ketika aku masuk SMA. Selama kurang lebih 3 tahun, aku bergabung dengan tim desaku. (coba bayangkan, betapa mengenaskannya statistik yang aku miliki. Bergabung selama 3 tahun, di ikutkan pertandingan sebanyak 4x, dengan 2x dimainkan tak lebih dari 3 menit, 1 kali tidak dimainkan, dan hanya 1x dimainkan sebagai starter, dengan 1 gol yang tercipta. Hitung-hitungan kasarnya adalah, jika 1 tahun 365 hari, maka 3 tahun berarti 1.095 hari. Jika dibagi 4x ikut pertandingan, maka rata-rata angka yang aku dapatkan adalah, 273,75- dua ratus tujuh puluh tiga koma tujuh puluh lima- hari untuk 1x ikut pertandingan!! Coba bandingkan dengan teman-teman yang lain. Mereka rata-rata bermain 3x dalam sebulan, sedangkan aku?? 4x dalam 3 tahun!! Sebuah statistik yang sangat tidak membanggakan sama sekali.. hiks-hiks). Kesimpulannya, jika dibuat semacam profil seperti pemain-pemain yang biasa tampil di tipi, statistik bermainku sebagai pemain klub lokal desaku  adalah sebagai berikut jadine:
 
Nama                     : M. Fuad Shulkhan Tsania
Posisi                    : Playmaker, Gelandang Serang, sayap kiri
Kebangsaan            : Indonesia
Nomor Punggung     : 11 (kalo belum dipakai oleh pemain lain)
Bermain                 : 4 kali
Gol                        : 1
Catatan                 : 4 x main dalam 3 tahun dan 2x main tak lebih dari 5 menit, dan spesialis cadangannya cadangan.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...