Aku dari
dulu bercita-cita menjadi seorang pemain bola professional. Tepatnya bukan
cita-cita sih, tapi keinginan. Aku berkeinginan suatu saat nanti bisa menjadi
bagian dari Tim Nasional Indonesia, yang bisa mengenakan Kaos Timnas dan
mengibarkan panji-panji kebesaran dan menjadi kebanggaan dari bangsa Indonesia.
Setiap ada pertandingan internasional, aku akan selalu dipanggil pelatih
Timnas, dan bermain dengan menggunakan kaos dengan nomor punggung 11. Bermain
sebagai pengatur permainan, sebagai playmaker, bermain bagus, dan selalu
disukai oleh para supporter karena penampilan dan permainan yang aku tampilkan.
Namun
yang selalu aku ingat adalah keinginan tak selamanya sejalan dengan kenyataan.
Dari dulu selalu begitu. Banyak cita-citaku yang gak kesampaian. Entah itu karena
dilarang, ditolak, atau memang benar-benar karena salah dalam menentukan
cita-cita. Begitupun juga dengan keinginanku untuk menjadi bintang sepakbola.
Harus hilang ditengah jalan, dan pupus tak kesampaian.
Padahal
aslinya, jika dilihat secara kualitas, aku termasuk atlit yang menjanjikan lho.
Aku sempat masuk nominasi 7 atlit terunyu versi On The Spot di Tipi Pithu.
Mengalahkan Zlatan Izmailovic (Atlet Bokep), Patria Kristianto (Atlet PS),
Nurul Chachik Istiana (Atlet Dakon), Sylvia Okky Andriani (Atlet Gosip), SiskaTriwahyuningsih (Atlet Lempar Bola Dada), Mustakim Anggara Putra (Atlet Utik),
dan Fitri Rahmawati (Atlet Anggar). Namun karena penanganan dari tim pelatih
yang tak berkualitas, akhirnya membuatku tidak bisa berkembang.
Untuk
mewujudkan ambisiku untuk bisa masuk dalam skuad Timnas Indonesia, sejak kecil
aku sudah mulai berlatih sepakbola. Menginjak usia Remaja, yakni ketika aku
duduk di bangku SMP kelas 1, aku bergabung dengan klub lokal didaerahku. Setiap
dua kali dalam seminggu, aku berlatih bersama teman-teman, dan posisi yang
menjadi favoritku adalah pemain sayap kiri atau pemain tengah. Playmaker atau
gelandang gitu istilah kerennya. Selama latihan, aku dengan setia berteman
dengan yang namanya status sebagai pemain cadangan. Hu um. Aku Cuma menjadi
cadangan. Gak Cuma cadangan, resminya adalah cadangannya cadangan. Kalo bingung
dengan maksudku, begini nih ilustrasinya. Dalam tim kan ada pemain inti. Nah,
pelapis pemain inti ini disebut pemain cadangan, yang akan dimainkan jika pemain
intinya berhalangan. Nah, aku baru bisa main jika pemain inti berhalangan, dan
pemain cadangan juga berhalangan. Jadi tahu sendiri kan posisiku seperti apa??
Sayang banget ya kalo cowok keren seperti aku ini hanya menjadi spesialis
cadangannya si cadangan.
Meskipun begitu,
aku tercatat empat kali diikutsertakan dalam uji coba yang diadakan oleh klub. Yang
pertama adalah saat melawan kesebelasan dari daerah Kragan (salah satu
kecamatan di daerah Rembang, yang terletak disebelah utara kecamatan tempat aku
tinggal), yang kedua ketika kami bertandang ke Jatirogo (sebuah daerah
dikabupaten Tuban Jawa Timur), yang ketiga ketika kami bertandang ke daerah
Tambakboyo (di Tuban, Jawa Timur juga), dan yang terakhir adalah ketika kami
kembali bermain kandang. Nah, karena kali ini pokok pembahasannya adalah
tentang sepakbola, Sekarang kita bahas kualitasku sebagai pemain bola kelas
dunia dengan empat pertandingan yang aku jalani bersama klub ku. (jangan
percaya!!)
Pertandingan
pertama, aku tetap setia menjadi pemain cadangannya cadangan. Meskipun pada
waktu itu kami menang besar (8-0), tapi aku hanya bermain sekitar 3 menit di
akhir laga. (mengenaskan!!!). di pertandingan kedua, ketika kami di jatirogo,
pelatih memberikanku kesempatan untuk bermain juga. Tahu berapa durasi yang
diberikan?? Gak ada satu menit!! Bahkan aku gak sempat untuk mendapatkan bola.
Ketika aku masuk sebagai pemain pengganti (lagi-lagi diujung laga), tepat
ketika sampai di tengah lapangan, wasit meniupkan peluit panjang tanda
pertandingan telah berakhir. Meskipun kami waktu itu menang, tapi rasanya
sangat-sangat mengenaskan untuk hatiku. Bayangkan, aku baru masuk ke lapangan
ketika pertandingan tinggal akhirnya saja, dan tak sempat mendapatkan bola!!
Mengenaskan tingkat dua!!
Berbeda
dengan pertandingan pertama dan pertandingan kedua, pada pertandingan ketiga,
aku masih diikutsertakan dalam tim untuk bertanding. Dalam pertandingan yang
berlangsung dengan keras itu (teman-teman se tim ku banyak mendapatkan
luka-luka dan cedera setelah bertanding), nasibku malah lebih mengenaskan
daripada sebelumnya. Jika pada sebelumnya aku masih diberi kesempatan untuk
menginjkakkan kaki dilapangan tempat pertandingan berlangsung, untuk
pertadingan yang ketiga ini, aku sama sekali tidak dimainkan. Jadi, hanya
melakukan pemanasan, dan setelah itu menunggu, menunggu, menunggu, dan menunggu
sampai pertandingan berakhir!! Sangat sangat sangat sangat Sangat mengenaskan!!
Dalam
pertandingan ke empat, yang dilakukan di lapangan sepakbola kesebelasan kami,
entah setan mana yang merasuki pelatih waktu itu, dia tiba-tiba memberikanku
kesempatan untuk bermain lebih lama. Aku dipasang sebagai starting eleven (11
pemain yang dimainkan sejak awal), dan diberikan kepercayaan penuh sebagai
pemain sayap kiri. Disinilah kualitasku diuji. Aku bermain dengan hati seperti
yang diajarkan oleh Tsubasa Ozora dalam pilem Captain Tsubasa. Aku bermain
bagaikan Tsubasa yang tak terkalahkan. Terbang, menggiring bola, meliuk-liuk,
menendang, mengumpan, berteriak-teriak, berguling-guling, menari-nari, dan sarap!!
Bukaaannn!! Aku bermain seperti orang lain maen bola kok. Dan kualitasku
terbukti, meski bukan sebagai penyerang, tapi aku berhasil memasukkan satu gol
ke jaring gawang musuh untuk kemenangan 3-1 tim ku. Peringatan bagi pelatih,
selain keren, aku juga punya kualitas!! Jadi, jangan cadangkan aku lagi!!
Kebersamaanku
dengan kesebelasan didesaku berakhir ketika aku masuk SMA. Selama kurang lebih
3 tahun, aku bergabung dengan tim desaku. (coba bayangkan, betapa
mengenaskannya statistik yang aku miliki. Bergabung selama 3 tahun, di ikutkan
pertandingan sebanyak 4x, dengan 2x dimainkan tak lebih dari 3 menit, 1 kali
tidak dimainkan, dan hanya 1x dimainkan sebagai starter, dengan 1 gol yang
tercipta. Hitung-hitungan kasarnya adalah, jika 1 tahun 365 hari, maka 3 tahun
berarti 1.095 hari. Jika dibagi 4x ikut pertandingan, maka rata-rata angka yang
aku dapatkan adalah, 273,75- dua ratus tujuh puluh tiga koma tujuh puluh lima-
hari untuk 1x ikut pertandingan!! Coba bandingkan dengan teman-teman yang lain.
Mereka rata-rata bermain 3x dalam sebulan, sedangkan aku?? 4x dalam 3 tahun!!
Sebuah statistik yang sangat tidak membanggakan sama sekali.. hiks-hiks).
Kesimpulannya, jika dibuat semacam profil seperti pemain-pemain yang biasa
tampil di tipi, statistik bermainku sebagai pemain klub lokal desaku adalah sebagai berikut jadine:
Nama : M. Fuad Shulkhan Tsania
Posisi : Playmaker, Gelandang
Serang, sayap kiri
Kebangsaan : Indonesia
Nomor
Punggung : 11 (kalo belum dipakai oleh
pemain lain)
Bermain : 4 kali
Gol : 1
Catatan : 4 x main dalam 3 tahun dan 2x
main tak lebih dari 5 menit, dan spesialis cadangannya cadangan.
No comments:
Post a Comment