Thursday 30 July 2015

Akhirnya Nikah Juga... (Nasehat Untuk Pembaca Yang Hendak Menikah)

          

Menikah merupakan impian bagi setiap manusia. Baik itu yang berjenis kelamin laki-laki, ataupun yang berkelamin perempuan. Namun itu juga dengan catatan, jika manusia tersebut normal dan tidak terikat dengan peraturan (misalnya dalam akeyajina tertentu seseorang tidak diperbolehkan untuk menikah). Begitu juga dengan aku, cowok ganteng yang selalu menggembar-gemborkan diri sebagai makhluk paling keren se angkasa raya. (kalo aku menyebut se bumi, se dunia, bakalan ada yang protes. Mending nyebut angkasa raya sajalah. Lebih aman untuk menjaga eksistensi kegantengan diri pribadi).


          Ya, aku pun menginginkan untuk menikah, dan alhamdulillahnya, aku sudah melakukan pernikahan pada tanggal 27 Maret 2015 kemarin. (mohon maaf ya bagi yang tidak mendapatkan undangan, karena pernikahan ini diadakan di luar negeri, eh, luar kota, jadi hanya yang dekat-dekat saja yang aku undang. Tapi kalo punya cita-cita ingin “nyumbang” ato “ngamplop”, dengan tangan terbuka dan hati gembira ria penuh keceriaan yang tertumpah ruah –halah- pasti akan aku terima... ^^). Iya, menikah merupakan sesuatu yang sangat banget. (opo toh iki? Maksudnya, sangat benget sesuatu, ato sesuatu banget?? Mbuhlah malah bingung!), seperti juga yang aku alami ketika itu. Ketika menikah (Tentunya dengan istriku tercinta Fevie Ariastana alias si Mpep –nama aslinya si Ve), aku juga harus melalui berbagai prosesi.
          Pasti banyak yang mengira prosesinya tidak lancar karena melihat tampangku yang belepotan dan gak meyakinkan ini kan? Anda salahhh! Untuk semua prosesi pernikahan, Alhamdulillah berjalan lancar, dan bisa kami lalui dengan baik. Semuanya bisa berjalan dengan maksimal dan memuaskan kecuali satu hal, yakni prosesi poto-poto! Hiiihhhh, agak kurang puas aku. Kenapa? Bukan karena EO nya yang menjadi masalah, tap wajahkuuuuuu!! Kenapa ketika dipoto, wajahku tidak bisa berubah menjadi ganteeennnggg? Gak bisa menjadi lebih keren? Seganteng Haruma Miura kek, Mahadirga Maranando Lasut Kek, ato kalo gak gitu mirip sama Doni ADA Band ato siapa gitu. Kok ya pas tak liat-liat di album poto wajahku Cuma itu-itu aja, gak berubah ganteng-gantengnya dikit ato gimana. Bikin sebel aja deh. Jiiaaaahhhhhhhhh.... Gubrak!! (catatan : dimanapun anda berada, yang namanya poto diri ya pasti wajahnya sama lah. Gak mungkin ketika dipoto anda berwajah sama seperti saya, tapi ketika dijepret menghasilkan wajah seperti Doni ADA Band. Secanggih-canggihnya kamera 360 saja masih gak bisa tuh merubah penampakan anda menjadi berwajah seperti Haruma Miura, kecuali anda memang mempunyai wajah yang mirip sama dia)


          Oke, kita lanjutkan. Sebagai seorang cowok yang sudah menikah dan menjadi suami dari seorang wanita (gak mungkin kan aku punya istri seorang cowok juga. Emangnya eluw pikir guwah cowok apapun? Haa? Sori ya, gini-gini guwah masih normal keleeessss..), tentunya gak ada masalah jika mencoba memberikan sedikit pengalaman dan nasehat bagi para pasangan yang hendak menikah. Berdasarkan pengalaman, fase-fase pernikahan nantinya dibagi menjadi 3, yaitu, Pra-Nikah, Me-Nikah, dan Pasca-Nikah. Dari ketiga tahap itu, tentunya mempunyai ciri-ciri dan keigiatan yang tersendiri.
1.     Pra-Nikah
Tahap ini adalah tahap menjelang pernikahan. Berisikan persiapan-persiapan menjelang pernikahan dilakukan. Biasanya yang dilakukan pada tahap ini adalah proses Hunting (berburu), seperti berburu Undangan, Berburu Bahan-bahan untuk pernikahan, berburu seserahan, berburu angsul-angsul, berburu katering, dan juga tak lupa berburu gedung atau tempat untuk menggelar acara pernikahan.
Selanjutnya yang termasuk tahap Pra-Nikah ini adalah proses preparing (persiapan). proses ini gak kalah ribetnya dengan proses hunting diatas. Dalam tahap preparing ini kita juga harus benar-benar jeli dengan apa yang kita konsepkan. Contohnya adalah persiapan kostum, denah tempat resepsi, penataan ruangan, dst. Sedangkan kami? Alhamdulillah kami banyak dibantu oleh keluarga (terutama keluarga mempelai istri, kami mendapatkan katering yang handal, dan mendapatkan gedung yang keren <<<resepsi kami digelar di Gedung Kodim Tuban, keren kan, nikahan dikawal dan dijaga sama para TNI di sekitaran tempat nikahannya? Hahay, hayo pengen kaannnn??)



2.    Me-Nikah
Tahap ini jelas, merupakan hari H nya dari prosesi yang kita jalankan. Mulai dari proses berangkat dari rumah, proses ijab kabul, sungkeman, sampe proses penyelenggaraan resepsi pernikahan juga. Kekuatan fisik disini sangat diperlukan, mengingat betapa padatnya kegiatan yang harus dijalankan ketika proses persikahan ini. Tak lupa, persiapkan mental juga untuk momen yang sangat penting dalam hidup ini.
3.    Pasca-Nikah
Setelah melalui 2 tahap diatas, maka tahap ketiga ini yang harus dilalui. Ada yang mengatakan, dalam suatu pernikahan, kehidupan setelah menikahlah yang paling penting. Karena semuanya akan menjadi baru lagi, mulai dari awal lagi. Beda dengan tahap sebelumnya yang relatif singkat, maka tahap setelah pernikahan inilah yang yang harus dijalani sepanjang usia. Mereka yang menikah dituntut untuk siap dalam segala hal. Siap untuk berbagi, siap untuk melihat keanehan pasangan (ini nih yang seru, dulu ketika masa sebelum menikah kan biasanya pasangan sering malu-malu kambing dan menunjukkan yang baik-baiknya saja, tapi setelah menikah, beeuuuhhh.... semuanya akan terbongkar! Yang ngorok akan ketahuan, yang suka kentut akan keliatan, yang suka ngupil juga akan semakin jelas. Jadi persiapkanlah dirimu kawaaann!!). selain siap diatas, kita juga dituntut untuk siap untuk gregetan (maaf ya dek bojo, sering membuatmu gregetan.. piiisss V), siap untuk marah, siap untuk ngambek, dan siap untuk semuuuuaaannnyyyaaa, termasuk siap secara mental dan ekonomi. <<<< penting!




Oke itulah beberapa masukan dari aku selaku orang keren disini yang juga sudah menikah, ketahuilah, bahwa sesungguhnya pernikahan itu adalah menyatukan dua individu yang berbeda (beda pandangan, beda pemikiran, hingga pastinya beda jenis kelamin), dan sesungguhnya menikah bukan melulu menyatukan persepsi 2 individu yang memiliki banyak kecocokan (apalagi kalo cocok jenis kelaminnya... lol ), akan lebih indah jika perbedaan itu menjadi satu, sehingga hidup lebih berwarna dan terasa seru.



          Selain hal-hal diatas, yang gak kalah penting untuk kalian para mempelai yang hendak melakukan pernikahan adalah,..... JANGAN LUPA HAFALIN RUTE MENUJU RUMAH PASANGAN KAMU!. Jangan sampe kejadian kayak aku terjadi pada kalian. Gara-gara gak hafal rute menuju rumahnya bapak ibu mertua, 2 x rombongan kami kesasar!! Parah baget kan?? Itu bukan hanya dalam 1 waktu, tapi dalam 2 momen yang sangat penting dalam hidupku. Pas lamaran, dan pas pagi hari menjelang pernikahan (Hari H brooooooooo). Sebabnya sih sama, gara-gara aku gak hafal sama rutenya (dari kecil emang gak bisa hafalin jalan kok. Jadi jangan salahkan bunda mengandung, tapi salahkanlah mereka yang membuat sarung... *loohhh, apa hubungannya?)
          Kejadian pertama tentang “kesesatan” kami (bahasa indonesia dari “kesasaran” kami adalah “kesesatan” kali ya?) terjadi ketika hendak melakukan proses lamaran. Kami ber rombongan (hanya berisi bapak, pembicara dan sodara-sodara saja, tentunya sama aku juga toh. Yang lamaran kan aku, masak aku gak ikutan?), awalnya biasa-biasa saja. Tapi ketika memasuki kota, tiba-tiba bulek bertanya....
          “iki lewat ngendi ad?” *lewat mana ad?
          “aku lali eq bulek..” *aku lupa eq bulek
          “hahahaha, arep lamaran kok lali..” *hahaha, mau lamaran kok lupa... <<< suaranya embah, menganggap aku bercanda kali yak?
          “iki lewat ngendi dadine?” *lewat mana jadinya? <<<bulek bertanya lagi.
          “Lali Lek aku...” *lupa lek aku <<<jawabku dengan polos.
“Mosok lali?” *masak lupa?
“iya Bulek, seriusss lali aku dalane lewat ngendi” *iya bulek, serius lupa aku jalannya lewat mana.
Tiba-tiba mobil berhenti.
          “kayake kita kesasar ya ini??” Kata Pak Sopir.
Hening....
Suasana dalam mobil menjadi hening....
Sunyi...
Senyap....
Dan tiba-tiba kurasakan udara dalam mobil sewaan murah meriah itu menjadi panas dan bergemuruh dengan suara-suara seisi mobil gara-gara aku lupa rute rumah calon mertuaku...
          “emang aku becanda apa? Aku lupa beneran tauukkk” *batinku. Pada heboh kagak eluuuwww sekarang??? Hahahay, rasaaiiiinnnnnn...
          Hari itu, acara lamaran pun telat gara-gara kesasarnya rombongan kami. Namun akhirnya kami bisa sampai juga kerumah mertua. (itupun juga kami dipandu dan dijemput sama mas Adam <<<suaminya mbak Dian, mbaknya istri..)




          Kejadian kedua malah lebih menegangkan lagi, tepat di hari akad nikah, yang diselenggarakan pukul 8 pagi, mobil pak Juri dan Bu Munfaatun (terima kasih yang setinggi-tingginya untuk pak Juri dan Bu Munfaatun untuk semua fasilitas, semua bantuan, dan semua hal yang anda berdua berikan untuk kelancaran pernikahan kami... matur suwun pak, bu..), mengalami kesesatan lagi. Penyebabnya? Pastilah tahu. Lagi-lagi aku lupa rute mana yang harus ditempuh untuk sampai ke rumahnya mertua! Gila gak aku? Di hari sepenting tiu, malah membuat rombonganku tersesat tak tentu arah! Jam sudah menunjukkan pukul 07.50, berarti 10 Menit lagi akad nikah dimulai! Dan aku? Masih tersesat....
          Akhirnya dengan seingat-ingatku, mobil yang dikendalikan pak Juri menerobos gang-gang kecil di daerah Tuban, sampai akhirnya, di kejauhan, aku melihat seonggok oase pelepas dahaga yang berwujud “Risweni” (Riswan dan Eni). *perlu diketahui, ketika aku menikah, aku ingin riswan, sahabatku menyaksikan akad nikahku, dan juga menjadi bagian dari prosesi pernikahan yang aku jalani. Bukan kenapa, tapi dia sudah seperti keluarga bagi kami. Ketika ibuku wafat dengan sangat tiba-tiba, dia tanpa memperdulikan pekerjaan yang menjadi bebannya langsung meluncur kerumah, menempuh jarak berkilometer untuk memberikan penghormatan terakhir, menginap dirumah, dan menangis terisak didepan jenazahnya ibu. Dari itulah bapak kemudian berpesan, ketika nanti kita diberikan kebahagiaan, Riswan harus ikut merasakan kebahagiaan itu.
          Kembali ke cerita, oase itu adalah Riswan dan Eny yang sudah menunggu di jalan masuk menuju rumah mertua. Dan itu berarti, kami hampir sampai! Segera saja aku beritahukan pak juri untuk membawa kami kesana, dan alhamdulillah, kesesatan kami akhirnya berakhir. Pasti para pembaca mengira, kami sampai disana tepat waktu kayak di pilem-pilem. Gitu kan? Salahhh... ini bukan pilem brooohhhhh, ini kenyataan. Kami sampai ke tempat akad nikah jam 08. 15 an... jadi telaattt. Tapi untungnya pak Naibnya gak ilang, jadi segera prosesi akad nikah dilaksanakan, dan ketika terdengar kata “saaaaaahhh”, legalah hatiku merasakannya. Alhamdulillah... 27 Maret 2015, pukul 08. Lebih mboh piro, akhirnya aku resmi menjadi suami dari seorang wanita bernama Fevi Ariastana..... *senyum-senyum.

Nb. Terima Kasih Untuk semua keluarga besar Bapak Ibu Mertua di Tuban.
Bapak dan almarhumah ibu di surga, keluarga Pak lek, Bu lek, Pak Dhe, Bu Dhe, dan semua teman-teman yang sudah membantu kami dalam mempersiapkan juga melaksanakan pernikahan ini. Bagi yang belum menikah, persiapkan diri sebaik-baiknya... bravo Timnas PSSI! <<gak nyambung.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...