Monday, 12 October 2015

Mengajar Adalah Sebuah Permainan Strategi

Selamat Datang Di Oktoberku
Selamat apapun para khalayak ramai. Sore ini pengen cerita-cerita gak penting lagi di blog yang juga gak penting ini. Tentang pekerjaan. Iya pekerjaan ini lho. Pekerjaan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan. Bukan mengeluh, karena itu bukanlah tipikalku yang suka mengeluh. Bukan sambat karena memang bukan tipikalku juga buat sambat, tapi ini hanya sekedar berbagi biar seluruh dunia pada tahu tentang hal ini. (Dunia aja gak tahu kalo aku punya blog kayak gini. Apalagi tahu tentang tulisanku ini? Abstrak banget kan?) asudalah... senulis-nulisnya sajalah...
Begini, waktu-waktu ini, aku kembali mendapatkan tugas baru yang sebenarnya bukan bener-bener baru. (Bingung? Gak usah! Aku juga bingung kok. Jadi biar aku aja yang bingung, situ gak usah pada bingung. Habis-habisin stok orang bingung aja). Setelah sekian lama berkutat dengan pekerjaan sebagai guru mata pelajaran Bahasa Inggris merangkap semuanya di sekolah (Mulai tukang parkir, tukang kebon, sampai tukang sampah semuanya aku yang rangkep), aku awal bulan kemarin mendapatkan tugas baru sebagai Wali Kelas. Iya, tau gak, aku dapat tugas baru sebagai wali kelas lagi, karena wali kelas sebelumnya pindah tugas / mutasi ke Daerah Kota sana, yang lebih dekat dengan kediaman beliau. Jadi, kelas yang beliau tinggalkan diserahkan ke aku. Meski sudah pernah merasakan pengalaman menjadi guru kelas beberapa waktu yang lalu, tapi sekarang terasa lebih istimewa. Karena praktis, ini akan menjadi pengalaman pertama yang bukan pertama untuk mendampingi kelas tinggi. (dulunya sih kelas rendah-rendah dan berhenti ditengah jalan karena difokuskan di pekerjaan lain yang dianggap lebih urgen –alasan saja. Cukup dibaca tak perlu dipahami).
Awalnya aku berfikir apakah aku mampu? Apakah aku sanggup? Apakah aku bisa? Mampukah aku tanpamu? –heleh, malah tekan ngendi-ngendi iki. Karena selama beberapa tahun ini, aku hanya disekolah beberapa jam saja dan sering keluar dari sekolah karena ada acara yang gak jelas meski itu masalah kedinasan –keluyuran tepatnya-. Kurasakan memang berat, mengendalikan sejumlah siswa yang memiliki karakter berbeda-beda. Tapi aku sadar, ini adalah sebuah tantangan. Ini adalah sebuah managerial challenge! Kita dituntut untuk bisa mengatur, mengolah, memasak, dan juga memainkan puzzle yang terdiri dari puluhan anak-anak dikelas untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yakni keberhasilan dalam mencapai standar kelulusan minimal. Bukankah itu merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan? Kita selayaknya bermain dalam sebuah permainan strategi yang sangat mengasyikkan, dimana kita menjadi pengatur, peracik, sosok yang bermain dibelakangnya. Sangat mengasyikkan bukan?
Ini menjadi sebuah tantangan yang mengasyikkan bagiku (dan harusnya juga bagi jutaan guru kelas diluaran sana). Kita bisa mengolah, menggodok, memainkan puzzle dengan strategi berbeda untuk mencapai sebuah kejayaan. Dan ini rasanya, sama seperti ketika aku bermain game Football Manager! Olahan strategi yang pas, taktik yang jitu, akan menghasilkan sebuah keberhasilan dan juga kegemilangan di kemudian hari! Dan sekali lagi, ketika berhadapan dengan para peserta didik dikelas, itu sama dengan yang aku rasakan ketika menainkan salah satu game favoritku, football manager! Pada tahu kan game itu? Kalo gak tahu dengan game football manager, baiknya aku katakan “selama ini kamu hidup  di planet mana berrohh??”. Game ini sudah sangat melegenda, mulai dari jaman championship manager yang pemainnya Cuma bulet-bulet, hingga bertransformasi menjadi Football Manager yang sudah 3D. Dan, sejak pertama kali memainkannya pada tahun 2008 (CD nya Championship Manager Boleh Dipinjemin dari Patria), hingga yang FM-2015 ini, dengan setia aku masih memainkannya. Sebuah kepuasan tersendiri jika kita bisa mengolah tim yang biasa saja menjadi tim yang disegani. Dan, dari dulu, satu-satunya tim yang aku latih adalah, Timnas Indonesia! Gak ada tim lain. Prestasi terbesarku adalah ketika pada FM-2012, aku bisa memenangkan AFF Cup Sebanyak 6 kali, sekali masuk semifinal Piala Asia dan sekali memenangkan Piala Asia, lolos Piala Dunia 2018, dan di Peringkat FIFA bisa menduduki peringkat tertinggi 40 an dunia dan menjadi ke dua di Asia setelah Iran. (waktu aku cerita sama dek bojo tentang persamaan antara ngajar kelas dengan game football manager, jawabannya cuma 1 "analogine kok anehhhhh"... hekhek, maaph dek bojo, memang dalam pikiranku yang cethek ini langsung kepikiran tentang dua hal ini. mengajar kelas = strategi = football manager. hekhekhek)
Dan kemarin, baru beberapa waktu kemarin berganti main di FM-2015, sudah bisa membawa timnas Indonesia menjuarai Piala AFF 2 kali, membawa Indonesia melaju ke Babak Final Kualifikasi Piala Dunia, meski harus menduduki Posisi Ke 4 karena kalah bersaing dengan Qatar, Korea Selatan, Oman, Dan China. Tapi setidaknya, sudah bisa mengalahkan tim favorit Australia dan Yaman. Dan hingga saat ini, dari Semula Indonesia Berperingkat FIFA 157, sekarang sudah bisa naik menjadi berperingkat 74 Dunia -meski akhirnya turun lagi-. Melihat keberhasilanku mengolah tim indonesia yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa seperti itu, satu pertanyaan besar dibenakku, mengapa pemerintah Indonesia ataupun PSSI tidak mengangkatku sebagai pekatih timnas mereka? Kurang apa lagi pembuktian yang harus aku lakukan? Tidakkah mereka melihat prestasiku sebagai pelatih yang sangat luar biadab ini? Jadi, pesan untuk petinggi organisasi PSSI ataupun Jajaran pengurus timnas, jika ingin prestasi timnas indonesia terangkat dan disegani dunia, segera hubungi saia. Hwahahahahahaahah
Pencapaian Sebagai Pelatih Timnas

Trophy dan Graph Rangking Timnas

Skip, kembali ke pembahasan masalah guru kelas. Memang menjadi seorang pendidik adalah sebuah tugas yang berat. Namun jika kita mampu memahaminya sebagai sebuah tantangan yang menyenangkan selayaknya kita bermain permainan yang menjadi kegemaran kita, maka hal itu tidak akan terasa berat lagi. Ini yang beneran aku rasakan.
Mengajar merupakan sebuah permainan, permainan strategi tepatnya. Kita dituntut untuk bisa menghasilkan keluaran / output yang berkualitas, dengan strategi jitu yang kita terapkan. Jika metode, cara, ataupun strategi yang kita pergunakan tidak menemukan hasil yang bagus dan bahkan cenderung sudah usang, kita harus menemukan taktik dan strategi terbaru untuk diracik dan diterapkan pada anak asuh kita.  Kita dituntut untuk membuat dan menerapkan strategi agar anak didik kita tidak bosan, mempunyai kedekatan dengan guru (hoooeeee, ini tahun berapa? Sudah gak jaman lagi kalo ada siswa yang gak mempunyai kedekatan dengan gurunya. Apalagi kalo ada siswa yang ketakutan banget kalo sama gurunya. Beeeehhhh... itu ajaran tahun berapa? Siswa harus dekat dengan guru, tapi tetao mempunyai rasa hormat pada guru, jadiiii... proses belajar mengajar akan lebih terasa menyenangkan. Jika siswa sudah merasa nyaman dan menyenangkan sewaktu proses belajar mengajar, dan strategi penyampaian guru juga sudah sesuai –sekali lagi, taktik dan strategi yang tepat sangat diperlukan-, maka prestasi siswa akan terjamin peningkatannya..)
Yups, bagi para guru, berjuanglah demi masa depan siswa dan juga masa depen negara ini. Kita anggap saja ini adalah sebuah permainan yang membutuhkan pemecahan permasalahan, sebuah tantangan bagi kita, dan sebuah game. Game strategi! Jika kita menganggap otu sebagai suatu yang menyenangkan, maka, kita tidak akan merasa keberatan atau terbebani dengan yang diamanatkan pada kita.

Oke para penggemar, sekian dulu. Hati-hati dijalan dan hati-hati dalam menyeberang jalan... thathaaaaaaaaa...

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...