Selamat Datang Di Oktoberku |
Selamat
apapun para khalayak ramai. Sore ini pengen cerita-cerita gak penting lagi di
blog yang juga gak penting ini. Tentang pekerjaan. Iya pekerjaan ini lho.
Pekerjaan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan. Bukan mengeluh, karena itu
bukanlah tipikalku yang suka mengeluh. Bukan sambat karena memang bukan
tipikalku juga buat sambat, tapi ini hanya sekedar berbagi biar seluruh dunia
pada tahu tentang hal ini. (Dunia aja gak tahu kalo aku punya blog kayak gini.
Apalagi tahu tentang tulisanku ini? Abstrak banget kan?) asudalah...
senulis-nulisnya sajalah...
Begini,
waktu-waktu ini, aku kembali mendapatkan tugas baru yang sebenarnya bukan
bener-bener baru. (Bingung? Gak usah! Aku juga bingung kok. Jadi biar aku aja
yang bingung, situ gak usah pada bingung. Habis-habisin stok orang bingung aja).
Setelah sekian lama berkutat dengan pekerjaan sebagai guru mata pelajaran
Bahasa Inggris merangkap semuanya di sekolah (Mulai tukang parkir, tukang
kebon, sampai tukang sampah semuanya aku yang rangkep), aku awal bulan kemarin
mendapatkan tugas baru sebagai Wali Kelas. Iya, tau gak, aku dapat tugas baru
sebagai wali kelas lagi, karena wali kelas sebelumnya pindah tugas / mutasi ke
Daerah Kota sana, yang lebih dekat dengan kediaman beliau. Jadi, kelas yang
beliau tinggalkan diserahkan ke aku. Meski sudah pernah merasakan pengalaman
menjadi guru kelas beberapa waktu yang lalu, tapi sekarang terasa lebih
istimewa. Karena praktis, ini akan menjadi pengalaman pertama yang bukan
pertama untuk mendampingi kelas tinggi. (dulunya sih kelas rendah-rendah dan
berhenti ditengah jalan karena difokuskan di pekerjaan lain yang dianggap lebih
urgen –alasan saja. Cukup dibaca tak perlu dipahami).
Awalnya
aku berfikir apakah aku mampu? Apakah aku sanggup? Apakah aku bisa? Mampukah aku
tanpamu? –heleh, malah tekan ngendi-ngendi iki. Karena selama beberapa tahun
ini, aku hanya disekolah beberapa jam saja dan sering keluar dari sekolah
karena ada acara yang gak jelas meski itu masalah kedinasan –keluyuran tepatnya-.
Kurasakan memang berat, mengendalikan sejumlah siswa yang memiliki karakter
berbeda-beda. Tapi aku sadar, ini adalah sebuah tantangan. Ini adalah sebuah
managerial challenge! Kita dituntut untuk bisa mengatur, mengolah, memasak, dan
juga memainkan puzzle yang terdiri dari puluhan anak-anak dikelas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, yakni keberhasilan dalam mencapai standar
kelulusan minimal. Bukankah itu merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan?
Kita selayaknya bermain dalam sebuah permainan strategi yang sangat
mengasyikkan, dimana kita menjadi pengatur, peracik, sosok yang bermain
dibelakangnya. Sangat mengasyikkan bukan?
Ini
menjadi sebuah tantangan yang mengasyikkan bagiku (dan harusnya juga bagi
jutaan guru kelas diluaran sana). Kita bisa mengolah, menggodok, memainkan
puzzle dengan strategi berbeda untuk mencapai sebuah kejayaan. Dan ini rasanya,
sama seperti ketika aku bermain game Football Manager! Olahan strategi yang
pas, taktik yang jitu, akan menghasilkan sebuah keberhasilan dan juga
kegemilangan di kemudian hari! Dan sekali lagi, ketika berhadapan dengan para
peserta didik dikelas, itu sama dengan yang aku rasakan ketika menainkan salah
satu game favoritku, football manager! Pada tahu kan game itu? Kalo gak tahu
dengan game football manager, baiknya aku katakan “selama ini kamu hidup di planet mana berrohh??”. Game ini sudah
sangat melegenda, mulai dari jaman championship manager yang pemainnya Cuma
bulet-bulet, hingga bertransformasi menjadi Football Manager yang sudah 3D.
Dan, sejak pertama kali memainkannya pada tahun 2008 (CD nya Championship
Manager Boleh Dipinjemin dari Patria), hingga yang FM-2015 ini, dengan setia
aku masih memainkannya. Sebuah kepuasan tersendiri jika kita bisa mengolah tim
yang biasa saja menjadi tim yang disegani. Dan, dari dulu, satu-satunya tim
yang aku latih adalah, Timnas Indonesia! Gak ada tim lain. Prestasi terbesarku
adalah ketika pada FM-2012, aku bisa memenangkan AFF Cup Sebanyak 6 kali, sekali
masuk semifinal Piala Asia dan sekali memenangkan Piala Asia, lolos Piala Dunia
2018, dan di Peringkat FIFA bisa menduduki peringkat tertinggi 40 an dunia dan
menjadi ke dua di Asia setelah Iran. (waktu aku cerita sama dek bojo tentang persamaan antara ngajar kelas dengan game football manager, jawabannya cuma 1 "analogine kok anehhhhh"... hekhek, maaph dek bojo, memang dalam pikiranku yang cethek ini langsung kepikiran tentang dua hal ini. mengajar kelas = strategi = football manager. hekhekhek)
Dan
kemarin, baru beberapa waktu kemarin berganti main di FM-2015, sudah bisa
membawa timnas Indonesia menjuarai Piala AFF 2 kali, membawa Indonesia melaju
ke Babak Final Kualifikasi Piala Dunia, meski harus menduduki Posisi Ke 4
karena kalah bersaing dengan Qatar, Korea Selatan, Oman, Dan China. Tapi
setidaknya, sudah bisa mengalahkan tim favorit Australia dan Yaman. Dan hingga
saat ini, dari Semula Indonesia Berperingkat FIFA 157, sekarang sudah bisa naik
menjadi berperingkat 74 Dunia -meski akhirnya turun lagi-. Melihat keberhasilanku mengolah tim indonesia
yang biasa-biasa saja menjadi luar biasa seperti itu, satu pertanyaan besar
dibenakku, mengapa pemerintah Indonesia ataupun PSSI tidak mengangkatku sebagai
pekatih timnas mereka? Kurang apa lagi pembuktian yang harus aku lakukan? Tidakkah
mereka melihat prestasiku sebagai pelatih yang sangat luar biadab ini? Jadi,
pesan untuk petinggi organisasi PSSI ataupun Jajaran pengurus timnas, jika
ingin prestasi timnas indonesia terangkat dan disegani dunia, segera hubungi
saia. Hwahahahahahaahah
Pencapaian Sebagai Pelatih Timnas |
Trophy dan Graph Rangking Timnas |
Skip,
kembali ke pembahasan masalah guru kelas. Memang menjadi seorang pendidik
adalah sebuah tugas yang berat. Namun jika kita mampu memahaminya sebagai
sebuah tantangan yang menyenangkan selayaknya kita bermain permainan yang menjadi
kegemaran kita, maka hal itu tidak akan terasa berat lagi. Ini yang beneran aku
rasakan.
Mengajar
merupakan sebuah permainan, permainan strategi tepatnya. Kita dituntut untuk
bisa menghasilkan keluaran / output yang berkualitas, dengan strategi jitu yang
kita terapkan. Jika metode, cara, ataupun strategi yang kita pergunakan tidak menemukan
hasil yang bagus dan bahkan cenderung sudah usang, kita harus menemukan taktik
dan strategi terbaru untuk diracik dan diterapkan pada anak asuh kita. Kita dituntut untuk membuat dan menerapkan
strategi agar anak didik kita tidak bosan, mempunyai kedekatan dengan guru
(hoooeeee, ini tahun berapa? Sudah gak jaman lagi kalo ada siswa yang gak
mempunyai kedekatan dengan gurunya. Apalagi kalo ada siswa yang ketakutan
banget kalo sama gurunya. Beeeehhhh... itu ajaran tahun berapa? Siswa harus
dekat dengan guru, tapi tetao mempunyai rasa hormat pada guru, jadiiii...
proses belajar mengajar akan lebih terasa menyenangkan. Jika siswa sudah merasa
nyaman dan menyenangkan sewaktu proses belajar mengajar, dan strategi
penyampaian guru juga sudah sesuai –sekali lagi, taktik dan strategi yang tepat
sangat diperlukan-, maka prestasi siswa akan terjamin peningkatannya..)
Yups,
bagi para guru, berjuanglah demi masa depan siswa dan juga masa depen negara
ini. Kita anggap saja ini adalah sebuah permainan yang membutuhkan pemecahan
permasalahan, sebuah tantangan bagi kita, dan sebuah game. Game strategi! Jika kita
menganggap otu sebagai suatu yang menyenangkan, maka, kita tidak akan merasa
keberatan atau terbebani dengan yang diamanatkan pada kita.
Oke
para penggemar, sekian dulu. Hati-hati dijalan dan hati-hati dalam menyeberang
jalan... thathaaaaaaaaa...
No comments:
Post a Comment