Sudah sedari kecil sepertinya aku
mempunyai penyakit susah tidur karena ketakutan akan sesuatu secara berlebihan.
Jadi bagiku, suatu hal yang sangat menyenangkan atau bahkan cenderung suatu
kemewahan jika aku bisa mendapati diriku bisa tidur dengan nyenyak. Karena
selain susah tidur, saat tertidur pun seringkali aku terbangun dengan tiba-tiba
tanpa alasan yang jelas. Beberapa tahun ini juga sepertinya begitu. Aku sering
merasakan ngantuk, tapi ketika dipakai untuk rebahan, sangat sulit untuk
memejamkan mata dan tertidur pulas. Apalagi saat awal-awal hendak tidur. Sangat
sulit untuk bisa terlelap, malah bahkan saat mencoba tertidur aku terhentak
dengan tiba-tiba dan terjaga kembali tanpa tahu apa penyebabnya. Aku masih
ingat ketika kecil, semalaman aku gak bisa tidur gara-gara nonton acara tipi
dan disana ada adegan seekor hantu yang muncul dari balik jendela. (aslinya
hantu itu didefinisikan sebagai seekor, sebuah sebutir, sebiji atau sebatang
ya). Alhasil, malam itu, aku kepikiran terus dan gak bisa tidur gara-gara
mantengin jendela yang ada didinding utara kamarku. Takut jika embak-embak yang
aku lihat di tipi tadi tiba-tiba muncul dan nyengir dijendela kamarku sembari
melambai-lambaikan tangan layaknya seorang penumpang yang sedang mencoba
memberhentikan sebuah bus. Mataku melotot semalaman dan Ketakutan tingkat
tinggi malam itu tak terbendung sampai akhirnya aku baru bisa tertidur
menjelang pagi. Alhasil, sulit mataku untuk terbangun di pagi harinya, dan bisa
ditebak, berangkat sekolah pun menjadi terlambat.
Yang aku tahu, sedari kecil aku sudah
mengalami ketakutan yang sangat berlebihan terhadap sesuatu. Iya, ketakutan
kepada hantu seperti yang sudah aku ceritakan diatas! Paling tidak sudah 4 atau
5 kali aku harus berurusan dengan yang namanya hantu. Belum lagi yang
gangguan-gangguan kecil ketika sedang melakukan kegiatan perkemahan. Mulai dari
jubah-jubah yang berseliweran sekilas-sekilas, sampe fenomena eksisnya
penghuni-penghuni lokasi perkemahan yang kami tempati. Dan tahu gak, yang
menjadi fans beratku adalah Abang genderuwo (biasa aku panggil dengan nama bang
wowo) yang seringkali dengan teganya dia gangguin anak kecil yang imut, manis,
ganteng dan juga keren seperti aku. Setiap kali aku menceritakan
pengalaman-pengalamanku tentang si Abang ini, seringkali istriku merasa
ketakutan. Tapi, bukan aku namanya kalo lihat istriku ketakutan tentang cerita
hantu, terus aku berhenti cerita. Kadang malah aku godain dek bojo dengan
cerita-ceritaku ini. Hihihihihi... *pernah suatu kali, sebelum tidur, aku
cerita tentang salah satu pengalamanku. Hasilnya, malah aku sendiri yang gak
bisa tidur nyenyak. Tiap kali mau ke kamar mandi, dek Bojo bangunin aku dan
suruh nganterin ke kamar mandi. Ibarat senjata makan tuan buatku ya... haha..
Aku bukanlah seorang yang
dikaruniai indera ke enam oleh Sang Maha Kuasa, tapi, gak tau kenapa aku bisa
begitu paranoid dan ketakutan ketika merasakan sesuatu yang aku sendiri gak tau
wujudnya. Tiba-tiba saja jika ke suatu tempat aku merasakan hal-hal aneh dan
membuat bulu kuduk merinding... (ini bulu kuduk, bukan bulu ketek lho ya...).
gak peduli tempat itu rame, ato sepi, terkadang tiba-tiba saja suasana menjadi
aneh dan perasaan menjadi gak enak. Mungkin saja disekitar sana ada petugas
penagih hutang ya? Sampe perasaan gak enak gitu. Bukannn, bukannn... ini
tentang perasaan yang gak tenang karena sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan.
Mungkin pengalaman yang paling
menyebalkan buatku (dan mungkin juga paling menyeramkan) adalah ketika aku dan
sahabatku yang bernama Ris pindah dari kos yang lama buat ngontrak rumah bareng
teman-teman yang lain. Seingatku kami saat itu ber 7. ada Erix, Slamet, Aryo,
Imam, Amin, Ris dan aku. Dan masih aku ingat juga ketika itu adalah malam jumat
dan bertepatan dengan bulan Ramadhan. Setelah dirasa selesai dalam membereskan
kosan lama, aku, Ris dan Aryo bergegas untuk boyongan ke kontrakan yang baru. Disana
teman-teman yang lain juga baru saja tiba dan segera beberes karena hari yang
mulai beranjak senja agar tidak telat dalam berbuka puasa.
Kontrakan yang kami tempati
tidaklah terlalu besar. Hanya ada 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur (tepatnya
ruang kosong yang kami fungsikan untuk dapur) dan juga ruang depan yang
seringkali kami gunakan untuk tidur secara berjamaah. Mebelair? Jelas saja
kosong. Tipi? Kosong juga. Pertama kali tiba disana, keadaan kontrakan kami
sangat kotor. Karena menurut yang empunya, sudah lebih dari 5 tahun bangunan
yang kami kontrak itu hanya digunakan sebagai gudang. Jadi sangat wajar jika
keadaan tidak terurus dan sangat berdebu. Meski begitu, kami (tentunya gak
termasuk aku) berusaha keras untuk “melayakkan” bangunan tersebut agar bisa
ditempati oleh makhluk yang bernama manusia.
Benar saja, kami belum selesai
membersihkan seluruh ruangan ketika adzan maghrib berkumandang. Dengan hidangan
seadanya, kami melakukan buka puasa pertama di kontrakan itu. Skip, selesai
berbuka, kami sholat maghrib dan dilanjutkan kembali dengan acara bersih-bersih
yang belum selesai itu. Kegiatan itu kami lakukan hingga kurang lebih pukul
sembilan malam. Jangan tanya kami sholat tarawih atau gak pada malam itu. Ya jelas
saja gak tarawih laaahhh... (*jangan ditiru)
Selepas bersih-bersih diri, kami
bercengkerama di ruang depan. Tanpa tipi, tanpa hiburan dan tanpa apapun selain
kami. Satu jam, dua jam, satu persatu dari kami terlelap mengarungi mimpi yang
semoga saja gak ada yang indah. Sedangkan aku, sama seperti kebiasaan yang
sudah-sudah, aku gak bisa tidur jika berada di suasana baru atau merasakan
perasaan yang aneh. Aku terus terjaga hingga beberapa lama sembari berharap
semoga saja semuanya baik-baik saja dan gak ada abang wowo yang tiba-tiba
nongol. Jika saja bang wowo sampe nongol saat itu, mungkin bakalan kami gebukin
rame-rame. Itung-itung sebagai balas dendam karena selama ini sudah sering
ngagetin aku dalam beberapa kesempatan.
Abang Wowo |
Aku lihat jam di layar HP bututku
sudah menunjukkan jam sebelas lebih sekian menit. Tapi mataku seolah ada yang
mengganjal untuk tak terpejam. Sementara teman-temanku sudah saling berpacu
dalam tidurnya meninggalkan suara dengkur yang salaing bersahutan seperti
orkestra kurang modal. Aku pandangi wajah temanku satu persatu, lalu kupandangi
pula posisi mereka tertidur. Fix, mereka seperti ikan pindang! Jejer sana jejer
sini. Gak ada bedanya sama ikan pindang di dalam kuali yang sering dijual oleh embah-embah
bertato naga indosiar di pasar.
Waktu sudah menunjukkan hampir
tengah malam. Seuasana semakin sepi dan aktifitas mengaji/tadarrus yang
dilakukan setiap malam bulan Ramadhan bun sudah beberapa jam tadi berakhir. Meski
suasana semakin sepi, namun mataku sama
sekali tak mau terpejam. Perasaanku semakin tak menentu apalagi perlahan namun
pasti, hasrat ingin pipis mulai muncul menggodaku untuk ke kamar mandi.
Kamar mandi dikontrakan kami
berada di bagian belakang. Tepatnya diujung bangunan paling belakang. Sedangkan
aku saat itu ada di ruang depan, dan untuk kesana harus melewati lorong kecil
yang terlihat semakin mencekam dengan cahaya lampu bohlam yang sudah redup.
Njiirrr..... aku benar-benar tak berani melakukannya! Oh Tuhaaannnn... tolong
akuuuu! Hidupkanlah (eh, bangunkanlah!) salah satu temanku dan buatlah dia
ingin pipis jugaaaa!. Namun harapanku tidak terkabul. Hingga beberapa saat
kemudian, tak ada temanku yang terbangun dan tampaknya rasa lelah yang
menghinggapi mereka mengalahkan segalanya.
Penderitaanku tak berakhir
disitu. Tengah malam (entah kurang entah lebih, bodo amat) aku mendapat
sambutan selamat datang dari para penghuni sebelum kami. Ctek.. zeengggggggg.......
tiba-tiba saja pompa air (lak gak reti yo iku lho sanyo) menyala. Ctek...
selang beberapa waktu kemudian pompa air itu mati kembali. Aku yang dari awal
sudah ketakutan semakin ketakutan lagi dengan kejadian barusan. Aku yakinkan
diri, memastikan apakah aku masih terjaga ataukah sudah tertidur dan barusan
hanya mimpi. Sayang sekali, ternyata aku masih terjaga! Berarti apa yang aku
alami benar-benar nyata! Selang beberapa waktu kemudian, kejadian itu berulang
lagi. Ctek.... zeeennnggggrrrrr.... pompa air di kamar mandi menyala sendiri,
disusul kemudian mati lagi dengan sendirinya. Aku lihat teman-temanku tampaknya
tak ada satupun yang terbangun atau terganggu karena kejadian ini. Mereka masih
saja tertidur dengan pulasnya tanpa mengerti bagaimana keadaanku saat itu. Aku,
sedang dalam penderitaan kawan-kawaaaannn! Pliiissssss.... bangunlah salah satu
dari kaliaannnn! Aku yang sedang ketakutan ditambah lagi harus menahan rasa
pipis, hanya bisa meringkuk berpura-pura tertidur (tepatnya memaksakan diri
untuk tidur) sembari berharap kejadian ini akan segera berakhir. Dan kurang
ajarnya mereka, aku kebagian tempat untuk meringkuk di bagian paling pinggir
yang berhadapan langsung dengan lorong yang tembus dengan kamar mandi! Seumpama
makhluk itu membuka pintu yang menghubungkan antara kamar mandi dan lorong itu,
tentulah dia langsung bisa melihatku yang tengah berjuang untuk tetap keren
dalam situasi yang mereka ciptakan itu.
Akan tetapi sayangnya doaku tidak
terkabul. Teman-teman tak ada satupun yang terbangun dan juga... mati-hidupnya
pompa air itu berlangsung hingga menjelang tarkhim!. Coba bayangkan, 3 jam
lebih aku harus menahan rasa takut yang amat sangat seperti itu.. lalu kenapa
aku tak coba saja untuk kekamar mandi dan setidaknya “ngintipin” si pembuat
ulah? Boro-boro ngintipin. denger suara pompa air hidup mati sendiri aja
jantung udah mau brenti berdetak. Kalo nekat ngintipin bisa-bisa ini jantung
brenti mendadak dan temen-temen sekontrakan bisa-bisa menemukan aku tergeletak
tanpa nafas. Kan gak lucu? Ada cowok keren yang tergeletak tak berdaya karena takut
dengan hantu. Bisa ditertawakan seluruh kampus nanti. Bagaimanapun, gengsi
haruslah paling tinggi tempatnya dan lebih penting daripada keselamatan jiwa. Hwahwahwa.
Lagian juga itu setan ngapain juga keluar dan gangguin aku di bulan puasa? Katanya
setan-setan dikurung kalo bulan puasa? Lha ini kok ya masih ada yang
berkeliaran? Bodo amat dah. Aku sudah 2 kali mendapati ada setan yang gangguin
aku saat bulan puasa. Yang pertama ketika masih SMP kelas 3, di malam hari
setelah terawih. Dan siapa lagi setannya kalo bukan Bang Wowo yang selalu
buntutin aku dengan setianya.
Menjelang tarkhim, fenomena
nyala-mati-nyala-mati si pompa air berakhir sudah. Dan satu demi satu
teman-temanku yang tadi tertidur mulai bangun. Ketika mendapati aku meringkuk dengan
kondisi mengenaskan -halah- maksudnya meringkuk seperti sedang tertidur, mereka
pun membangunkanku untuk bersama-sama mencari menu sahur di daerah sekitar
kontrakan. Dengan semangat berapi-api aku iya-kan ajakan itu. Lah? Daripada jadi
menu sahur makhluk-makhluk tak kasat mata di kontrakan kami, mending aku keluar
dulu aja mencari keramaian. Nanti kalo tu makhluk masih aja gangguin, biar
digebukin rame-rame sama warga setempat. Dan kalo hal itu terjadi, aku akan
berada di barisan paling depan buat melampiaskan dendam kesumat yang sudah
mencapai ubun-ubun ini!
Dan malam pertamaku di kontrakan
itu pun berakhir dengan penuh kesan karena sambutan hangat dan ulah para
penghuni kontrakan sebelum kami. Aku tak menceritakan kejadian itu kepada
siapapun, bahkan kepada Ris sekalipun. Sebuah malam pertama yang akan selalu
aku ingat sampai kapanpun. Dimana aku harus merasakan ketakutan yang... ah
sudahlah... dan harus menahan pipis untuk waktu yang lama (aku akhirnya pipis
di masjid deket tempat ibu-ibu penjual menu sahur. Karena akan lebih berbahaya
bagi kredibilitas kekerenanku jika aku pipis di kamar mandi kontrakan. Gak lucu
kan jika aku pipis dikontrakan lalu tiba-tiba aku menghilang diculik oleh
makhluk tak kasat mata itu?). apa kata dunia jika seorang cowok keren menjadi
korban penculikan dengan terdakwa makhluk astral tak kasat mata? Mau kemana
juga teman-temanku harus melaporkan kejadian tersebut? Dukun? *mikir.....
Pasti pada mikir kan, siapa
pelaku pencetat-cetet saklar pompa air alias sanyo malam itu? Nah, ini
jawabannya. Jawaban ini aku dapat beberapa hari setelah kejadian. Sudah aku
sebutkan diatas jika salah satu teman kontrakanku bernama Amien (nama kerennya
Amien Chan, tapi nama aslinya Supramin alias Suparmin). Ini anak seringkali jiwanya
kosong dan tersusupi oleh makhluk-makhluk astral yang mampir untuk mencoba
tubuhnya. (dengan kata lain, ni anak sering banget kesurupan. Mulai dari pagi,
siang, sore, malem, bahkan tengah malam sekalipun. Bahkan dia kesurupannya
aneh-aneh terus. Mulai dari kesurupan kakek-kakek, nenek-nenek, anak-anak,
bahkan sempat pula kesurupan hantu bencong yang dulunya sering mangkal di
pantai Boom Tuban sana. Gak keren banget kan? Lebih gak keren lagi ketika dia kesurupan
di Pantai Sowan. Cuma gara-gara apa coba? Cuma gara-gara waktu kegiatan PMI, dia
nginjek batang kering dari salah satu pohon di pantai Sowan sana. Kayaknya itu
hanyalah alesan yang dibuat oleh penunggu daerah sana untuk ngerjain si Amin
ini deh... lagian juga setan penyurupnya kok ya bikin alesan gak masuk akal
banget gitu.. kayak alesan yang di -ada-ada-in..). meski begitu, Amin ini
diberikan kelebihan oleh Sang maha Pencipta berupa penglihatan mata batin yang
kadang bisa terbuka dan tertutup sekehendaknya. (bahkan kadang gak dia
hendaki). Menurut si Amin ini, kontrakan kami dihuni oleh 3 makhluk yang -menurutnya
baik hati karena sering ngajak dia ngbrol dan memperlihatkan diri padanya-. Mereka
adalah seorang nenek tua dan 2 orang cucunya yang masih usia dibawah 10 tahun. Mereka
seringkali bermain di ruang depan kontrakan kami. Bahkan ketika tidur di malam
pertama pun Amin tahu jika si nenek ada disana dan mengawasi kami yang sedang
tertidur (kecuali aku). Lalu siapa yang mainin saklar pompa air saat itu? Itu adalah
cucu si nenek yang memang dengan sengaja berbuat seperti itu untuk
memberitahukan kepada kami bahwa kami tidaklah sendiri di rumah itu....
Nenek.... |
No comments:
Post a Comment