Monday 24 July 2017

Eksistensi Diri... Mereka Memang Ada...


Sudah sedari kecil sepertinya aku mempunyai penyakit susah tidur karena ketakutan akan sesuatu secara berlebihan. Jadi bagiku, suatu hal yang sangat menyenangkan atau bahkan cenderung suatu kemewahan jika aku bisa mendapati diriku bisa tidur dengan nyenyak. Karena selain susah tidur, saat tertidur pun seringkali aku terbangun dengan tiba-tiba tanpa alasan yang jelas. Beberapa tahun ini juga sepertinya begitu. Aku sering merasakan ngantuk, tapi ketika dipakai untuk rebahan, sangat sulit untuk memejamkan mata dan tertidur pulas. Apalagi saat awal-awal hendak tidur. Sangat sulit untuk bisa terlelap, malah bahkan saat mencoba tertidur aku terhentak dengan tiba-tiba dan terjaga kembali tanpa tahu apa penyebabnya. Aku masih ingat ketika kecil, semalaman aku gak bisa tidur gara-gara nonton acara tipi dan disana ada adegan seekor hantu yang muncul dari balik jendela. (aslinya hantu itu didefinisikan sebagai seekor, sebuah sebutir, sebiji atau sebatang ya). Alhasil, malam itu, aku kepikiran terus dan gak bisa tidur gara-gara mantengin jendela yang ada didinding utara kamarku. Takut jika embak-embak yang aku lihat di tipi tadi tiba-tiba muncul dan nyengir dijendela kamarku sembari melambai-lambaikan tangan layaknya seorang penumpang yang sedang mencoba memberhentikan sebuah bus. Mataku melotot semalaman dan Ketakutan tingkat tinggi malam itu tak terbendung sampai akhirnya aku baru bisa tertidur menjelang pagi. Alhasil, sulit mataku untuk terbangun di pagi harinya, dan bisa ditebak, berangkat sekolah pun menjadi terlambat.
Yang aku tahu, sedari kecil aku sudah mengalami ketakutan yang sangat berlebihan terhadap sesuatu. Iya, ketakutan kepada hantu seperti yang sudah aku ceritakan diatas! Paling tidak sudah 4 atau 5 kali aku harus berurusan dengan yang namanya hantu. Belum lagi yang gangguan-gangguan kecil ketika sedang melakukan kegiatan perkemahan. Mulai dari jubah-jubah yang berseliweran sekilas-sekilas, sampe fenomena eksisnya penghuni-penghuni lokasi perkemahan yang kami tempati. Dan tahu gak, yang menjadi fans beratku adalah Abang genderuwo (biasa aku panggil dengan nama bang wowo) yang seringkali dengan teganya dia gangguin anak kecil yang imut, manis, ganteng dan juga keren seperti aku. Setiap kali aku menceritakan pengalaman-pengalamanku tentang si Abang ini, seringkali istriku merasa ketakutan. Tapi, bukan aku namanya kalo lihat istriku ketakutan tentang cerita hantu, terus aku berhenti cerita. Kadang malah aku godain dek bojo dengan cerita-ceritaku ini. Hihihihihi... *pernah suatu kali, sebelum tidur, aku cerita tentang salah satu pengalamanku. Hasilnya, malah aku sendiri yang gak bisa tidur nyenyak. Tiap kali mau ke kamar mandi, dek Bojo bangunin aku dan suruh nganterin ke kamar mandi. Ibarat senjata makan tuan buatku ya... haha..

Aku bukanlah seorang yang dikaruniai indera ke enam oleh Sang Maha Kuasa, tapi, gak tau kenapa aku bisa begitu paranoid dan ketakutan ketika merasakan sesuatu yang aku sendiri gak tau wujudnya. Tiba-tiba saja jika ke suatu tempat aku merasakan hal-hal aneh dan membuat bulu kuduk merinding... (ini bulu kuduk, bukan bulu ketek lho ya...). gak peduli tempat itu rame, ato sepi, terkadang tiba-tiba saja suasana menjadi aneh dan perasaan menjadi gak enak. Mungkin saja disekitar sana ada petugas penagih hutang ya? Sampe perasaan gak enak gitu. Bukannn, bukannn... ini tentang perasaan yang gak tenang karena sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan.
Mungkin pengalaman yang paling menyebalkan buatku (dan mungkin juga paling menyeramkan) adalah ketika aku dan sahabatku yang bernama Ris pindah dari kos yang lama buat ngontrak rumah bareng teman-teman yang lain. Seingatku kami saat itu ber 7. ada Erix, Slamet, Aryo, Imam, Amin, Ris dan aku. Dan masih aku ingat juga ketika itu adalah malam jumat dan bertepatan dengan bulan Ramadhan. Setelah dirasa selesai dalam membereskan kosan lama, aku, Ris dan Aryo bergegas untuk boyongan ke kontrakan yang baru. Disana teman-teman yang lain juga baru saja tiba dan segera beberes karena hari yang mulai beranjak senja agar tidak telat dalam berbuka puasa.
Kontrakan yang kami tempati tidaklah terlalu besar. Hanya ada 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dapur (tepatnya ruang kosong yang kami fungsikan untuk dapur) dan juga ruang depan yang seringkali kami gunakan untuk tidur secara berjamaah. Mebelair? Jelas saja kosong. Tipi? Kosong juga. Pertama kali tiba disana, keadaan kontrakan kami sangat kotor. Karena menurut yang empunya, sudah lebih dari 5 tahun bangunan yang kami kontrak itu hanya digunakan sebagai gudang. Jadi sangat wajar jika keadaan tidak terurus dan sangat berdebu. Meski begitu, kami (tentunya gak termasuk aku) berusaha keras untuk “melayakkan” bangunan tersebut agar bisa ditempati oleh makhluk yang bernama manusia.
Benar saja, kami belum selesai membersihkan seluruh ruangan ketika adzan maghrib berkumandang. Dengan hidangan seadanya, kami melakukan buka puasa pertama di kontrakan itu. Skip, selesai berbuka, kami sholat maghrib dan dilanjutkan kembali dengan acara bersih-bersih yang belum selesai itu. Kegiatan itu kami lakukan hingga kurang lebih pukul sembilan malam. Jangan tanya kami sholat tarawih atau gak pada malam itu. Ya jelas saja gak tarawih laaahhh... (*jangan ditiru)
Selepas bersih-bersih diri, kami bercengkerama di ruang depan. Tanpa tipi, tanpa hiburan dan tanpa apapun selain kami. Satu jam, dua jam, satu persatu dari kami terlelap mengarungi mimpi yang semoga saja gak ada yang indah. Sedangkan aku, sama seperti kebiasaan yang sudah-sudah, aku gak bisa tidur jika berada di suasana baru atau merasakan perasaan yang aneh. Aku terus terjaga hingga beberapa lama sembari berharap semoga saja semuanya baik-baik saja dan gak ada abang wowo yang tiba-tiba nongol. Jika saja bang wowo sampe nongol saat itu, mungkin bakalan kami gebukin rame-rame. Itung-itung sebagai balas dendam karena selama ini sudah sering ngagetin aku dalam beberapa kesempatan.
Abang Wowo
Aku lihat jam di layar HP bututku sudah menunjukkan jam sebelas lebih sekian menit. Tapi mataku seolah ada yang mengganjal untuk tak terpejam. Sementara teman-temanku sudah saling berpacu dalam tidurnya meninggalkan suara dengkur yang salaing bersahutan seperti orkestra kurang modal. Aku pandangi wajah temanku satu persatu, lalu kupandangi pula posisi mereka tertidur. Fix, mereka seperti ikan pindang! Jejer sana jejer sini. Gak ada bedanya sama ikan pindang di dalam kuali yang sering dijual oleh embah-embah bertato naga indosiar di pasar.
Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Seuasana semakin sepi dan aktifitas mengaji/tadarrus yang dilakukan setiap malam bulan Ramadhan bun sudah beberapa jam tadi berakhir. Meski suasana semakin sepi, namun  mataku sama sekali tak mau terpejam. Perasaanku semakin tak menentu apalagi perlahan namun pasti, hasrat ingin pipis mulai muncul menggodaku untuk ke kamar mandi.
Kamar mandi dikontrakan kami berada di bagian belakang. Tepatnya diujung bangunan paling belakang. Sedangkan aku saat itu ada di ruang depan, dan untuk kesana harus melewati lorong kecil yang terlihat semakin mencekam dengan cahaya lampu bohlam yang sudah redup. Njiirrr..... aku benar-benar tak berani melakukannya! Oh Tuhaaannnn... tolong akuuuu! Hidupkanlah (eh, bangunkanlah!) salah satu temanku dan buatlah dia ingin pipis jugaaaa!. Namun harapanku tidak terkabul. Hingga beberapa saat kemudian, tak ada temanku yang terbangun dan tampaknya rasa lelah yang menghinggapi mereka mengalahkan segalanya.
Penderitaanku tak berakhir disitu. Tengah malam (entah kurang entah lebih, bodo amat) aku mendapat sambutan selamat datang dari para penghuni sebelum kami. Ctek.. zeengggggggg....... tiba-tiba saja pompa air (lak gak reti yo iku lho sanyo) menyala. Ctek... selang beberapa waktu kemudian pompa air itu mati kembali. Aku yang dari awal sudah ketakutan semakin ketakutan lagi dengan kejadian barusan. Aku yakinkan diri, memastikan apakah aku masih terjaga ataukah sudah tertidur dan barusan hanya mimpi. Sayang sekali, ternyata aku masih terjaga! Berarti apa yang aku alami benar-benar nyata! Selang beberapa waktu kemudian, kejadian itu berulang lagi. Ctek.... zeeennnggggrrrrr.... pompa air di kamar mandi menyala sendiri, disusul kemudian mati lagi dengan sendirinya. Aku lihat teman-temanku tampaknya tak ada satupun yang terbangun atau terganggu karena kejadian ini. Mereka masih saja tertidur dengan pulasnya tanpa mengerti bagaimana keadaanku saat itu. Aku, sedang dalam penderitaan kawan-kawaaaannn! Pliiissssss.... bangunlah salah satu dari kaliaannnn! Aku yang sedang ketakutan ditambah lagi harus menahan rasa pipis, hanya bisa meringkuk berpura-pura tertidur (tepatnya memaksakan diri untuk tidur) sembari berharap kejadian ini akan segera berakhir. Dan kurang ajarnya mereka, aku kebagian tempat untuk meringkuk di bagian paling pinggir yang berhadapan langsung dengan lorong yang tembus dengan kamar mandi! Seumpama makhluk itu membuka pintu yang menghubungkan antara kamar mandi dan lorong itu, tentulah dia langsung bisa melihatku yang tengah berjuang untuk tetap keren dalam situasi yang mereka ciptakan itu.
Akan tetapi sayangnya doaku tidak terkabul. Teman-teman tak ada satupun yang terbangun dan juga... mati-hidupnya pompa air itu berlangsung hingga menjelang tarkhim!. Coba bayangkan, 3 jam lebih aku harus menahan rasa takut yang amat sangat seperti itu.. lalu kenapa aku tak coba saja untuk kekamar mandi dan setidaknya “ngintipin” si pembuat ulah? Boro-boro ngintipin. denger suara pompa air hidup mati sendiri aja jantung udah mau brenti berdetak. Kalo nekat ngintipin bisa-bisa ini jantung brenti mendadak dan temen-temen sekontrakan bisa-bisa menemukan aku tergeletak tanpa nafas. Kan gak lucu? Ada cowok keren yang tergeletak tak berdaya karena takut dengan hantu. Bisa ditertawakan seluruh kampus nanti. Bagaimanapun, gengsi haruslah paling tinggi tempatnya dan lebih penting daripada keselamatan jiwa. Hwahwahwa. Lagian juga itu setan ngapain juga keluar dan gangguin aku di bulan puasa? Katanya setan-setan dikurung kalo bulan puasa? Lha ini kok ya masih ada yang berkeliaran? Bodo amat dah. Aku sudah 2 kali mendapati ada setan yang gangguin aku saat bulan puasa. Yang pertama ketika masih SMP kelas 3, di malam hari setelah terawih. Dan siapa lagi setannya kalo bukan Bang Wowo yang selalu buntutin aku dengan setianya.
Menjelang tarkhim, fenomena nyala-mati-nyala-mati si pompa air berakhir sudah. Dan satu demi satu teman-temanku yang tadi tertidur mulai bangun. Ketika mendapati aku meringkuk dengan kondisi mengenaskan -halah- maksudnya meringkuk seperti sedang tertidur, mereka pun membangunkanku untuk bersama-sama mencari menu sahur di daerah sekitar kontrakan. Dengan semangat berapi-api aku iya-kan ajakan itu. Lah? Daripada jadi menu sahur makhluk-makhluk tak kasat mata di kontrakan kami, mending aku keluar dulu aja mencari keramaian. Nanti kalo tu makhluk masih aja gangguin, biar digebukin rame-rame sama warga setempat. Dan kalo hal itu terjadi, aku akan berada di barisan paling depan buat melampiaskan dendam kesumat yang sudah mencapai ubun-ubun ini!
Dan malam pertamaku di kontrakan itu pun berakhir dengan penuh kesan karena sambutan hangat dan ulah para penghuni kontrakan sebelum kami. Aku tak menceritakan kejadian itu kepada siapapun, bahkan kepada Ris sekalipun. Sebuah malam pertama yang akan selalu aku ingat sampai kapanpun. Dimana aku harus merasakan ketakutan yang... ah sudahlah... dan harus menahan pipis untuk waktu yang lama (aku akhirnya pipis di masjid deket tempat ibu-ibu penjual menu sahur. Karena akan lebih berbahaya bagi kredibilitas kekerenanku jika aku pipis di kamar mandi kontrakan. Gak lucu kan jika aku pipis dikontrakan lalu tiba-tiba aku menghilang diculik oleh makhluk tak kasat mata itu?). apa kata dunia jika seorang cowok keren menjadi korban penculikan dengan terdakwa makhluk astral tak kasat mata? Mau kemana juga teman-temanku harus melaporkan kejadian tersebut? Dukun? *mikir.....

Pasti pada mikir kan, siapa pelaku pencetat-cetet saklar pompa air alias sanyo malam itu? Nah, ini jawabannya. Jawaban ini aku dapat beberapa hari setelah kejadian. Sudah aku sebutkan diatas jika salah satu teman kontrakanku bernama Amien (nama kerennya Amien Chan, tapi nama aslinya Supramin alias Suparmin). Ini anak seringkali jiwanya kosong dan tersusupi oleh makhluk-makhluk astral yang mampir untuk mencoba tubuhnya. (dengan kata lain, ni anak sering banget kesurupan. Mulai dari pagi, siang, sore, malem, bahkan tengah malam sekalipun. Bahkan dia kesurupannya aneh-aneh terus. Mulai dari kesurupan kakek-kakek, nenek-nenek, anak-anak, bahkan sempat pula kesurupan hantu bencong yang dulunya sering mangkal di pantai Boom Tuban sana. Gak keren banget kan? Lebih gak keren lagi ketika dia kesurupan di Pantai Sowan. Cuma gara-gara apa coba? Cuma gara-gara waktu kegiatan PMI, dia nginjek batang kering dari salah satu pohon di pantai Sowan sana. Kayaknya itu hanyalah alesan yang dibuat oleh penunggu daerah sana untuk ngerjain si Amin ini deh... lagian juga setan penyurupnya kok ya bikin alesan gak masuk akal banget gitu.. kayak alesan yang di -ada-ada-in..). meski begitu, Amin ini diberikan kelebihan oleh Sang maha Pencipta berupa penglihatan mata batin yang kadang bisa terbuka dan tertutup sekehendaknya. (bahkan kadang gak dia hendaki). Menurut si Amin ini, kontrakan kami dihuni oleh 3 makhluk yang -menurutnya baik hati karena sering ngajak dia ngbrol dan memperlihatkan diri padanya-. Mereka adalah seorang nenek tua dan 2 orang cucunya yang masih usia dibawah 10 tahun. Mereka seringkali bermain di ruang depan kontrakan kami. Bahkan ketika tidur di malam pertama pun Amin tahu jika si nenek ada disana dan mengawasi kami yang sedang tertidur (kecuali aku). Lalu siapa yang mainin saklar pompa air saat itu? Itu adalah cucu si nenek yang memang dengan sengaja berbuat seperti itu untuk memberitahukan kepada kami bahwa kami tidaklah sendiri di rumah itu....
Nenek....

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...