Friday, 24 January 2014

Mendapatkan Nilai Fisika Tertinggi



Tak bisa dipungkiri jika jiwa kepintaran dan kepandaianku memang sudah terpancar sejak masih duduk di bangku sekolah. Tak hanya di bangku kuliah saja aku bisa menunjukkan kepintaran yang aku miliki. Ketika aku masih bersekolah pun aku telah mampu menunjukkan prestasiku dibidang akademik. Tak hanya di satu atau dua mata pelajaran, namun di hampir semua mata pelajaran. Dan tak hanya di pelajaran hafalan, di pelajaran eksak pun aku tak kalah dalam berprestasi. Seperti ketika kelas 1 SMA dulu (nah lho, pasti kan udah pada tahu kalo aku dulu sekolahnya di SMAN 1 Pamotan, yang terletak di Pamotan,Kabupaten Rembang, Jawa Tengah), aku yang lebih interest dengan pelajaran hafalan (seperti Sejarah, Geografi, Sosiologi, Agama, dst) daripada pelajaran Hitung-hitungan, ternyata bisa juga mendapatkan nilai tertinggi pada ulangan mata pelajaran itung-itungan. Tak main-main, aku mendapatkan nilai tertinggi di mata pelajaran yang menjadi momok mengerikan nomor 1 dikelasku. Yakni mata pelajaran fisika!! Ingin tahu trik dan kisahnya?? Mari kita bongkar bersama-sama...
Hari itu, ditengah terik mentari yang mulai menyengat, semangat kami dikelas I.2 tengah mengalami kelunturan. Bukan karena mataharinya yang agak-agak panas, tapi dikarenakan pada hari itu, kelas kami harus menjalani mimpi buruk yang bernama pelajaran Fisika!! Terlebih bagi siswa yang lemah dalam itung-itungan seperti aku dan Leles mimpi buruk itu kian menjadi (Leles adalah temen sebangkuku lho. Yang pernah mendapat gamparan dari pak Eko. Guru yang mengampu mata pelajaran Fisika),
Saat jeda pelajaran, disaat pergantian jam, terlihat wajah-wajah pucat sudah mulai muncul dan menghiasi kelas kami. Wiwid, yang duduk di deretan belakang terlihat sangat ketakutan. Maklum lah, walau dia cewek, tapi terkadang dia terlihat lebih keren dengan tingkahnya yang cowok. Dan leles, yang duduk disebelahku, terlihat tengah sibuk berkomat-kamit merapalkan mantra yang aku sendiri gak tahu bagaimana ucapan mantra itu. Demi mengobati rasa penasaranku, aku jawil-jawil (colek-colek) dia dan bertanya tentang tingkah aneh yng barusan dia lakukan.

Bapak guru Fisika.....
“Ngapain Kamu Ndes??” (leles Terkenal dengan sebutan “Bondes”)
“Gak Ngapa-ngapain Ngak. Cuma lagi berdoa aja”
“sejak kapan kamu jadi rajin berdoa gitu??” *heran, sambil memicingkan mata.
“aku emang rajin berdoa kaleee... kamu aja yang gak tau-an kalo aku rajin berdoa” *berkilah.
“terus, sejak kapan kamu mulai melakukan ritual berdoa dalam pergantian jam pelajaran kayak gini??” *memandang sinis.
“sejak hari ini... hehehehehe” *meringis.
“berdoa apa emang??”
“ini, berdoa biar Pelajaran Fisika kosong..”
“Hemmm??”
“emang kamu gak mau kalo pelajaran fisika kosong???”
“Mau sih... tapi...”
“kenapa??? Gak setuju?? Jadi kamu sekarang jadi antek-anteknya pak guru fisika?? Gitu??”
“bukan gitu juga kali ndes... aku Cuma gak yakin aja dengan doamu itu..”
“Berarti kamu gak percaya dengan Tuhan??”
“malah sampai sana... bukan itu juga. Aku sih percaya sama tuhan ndes. Tapi aku yang gak percaya itu sama wajahmu itu lho... apa mungkin wajah mesum kayak gitu doanya bakalan dikabulin sama Tuhan??”
“ah, ngaco kamu ngak.. Lha eman kenapa coba??”
“lha aku tadi juga habis lihat pak Eko lagi keluyuran disekitar kelas 3 kok.. jadi kemungkinan buat kosong sangat kecil tauk. Malah mungkin ndak ada kesempatan buat kosong deh jam pelajaran kali ini...”
Rumus Fisika....

Rumus Fisika...
“ahhh... percaya sajalah sama keajaiban Tuhan. Siapa tahu dengan doaku ini pak Eko jadi mendadak sakit perut, mencret-mencret, terus dehidrasi, terus semaput (pingsan), terus gak bisa ngajar kelas kita, terus jam pelajarannya jadi kosong gitu....”
Aku manggut-manggut. Memang sih, sangat mungkin hal itu terjadi. Apa sih yang gak bisa dilakukan sama Tuhan?? Apa sulitnya Dia membuat pak Eko menjadi mencret-mencret??. Dan karena aku merupakan teman yang baik dan benar, maka aku pun mengiyakan kata-kata Leles. Aku menjadi pendukung dia untuk kosongnya mata pelajaran fisika di hari ini (kalau perlu kosong terus juga gak apa-apa kok...). namun sekali lagi aku benar dihari itu. Ternyata Tuhan tidak menghendaki doanya Leles yang berwajah agak mesum itu terkabul. Karena tak sampai dua menit kemudian, pak Eko datang kekelas kami dan memasang wajah yang lumayan keren dengan sorot mata yang tajam. Tentu, kelas kami menjadi sangat sunyi dengan kedatangan beliau. Sama seperti yang sebelumnya, dan sama seperti yang seharusnya...
“Pagi anak-anak..” pak eko Membuka suara. Menyapa kami dengan senyuman mautnya.
“Pagi Paaakkk...” seperti koor paduan suara yang anggotanya tengah dicekik lehernya, kami menjawab dengan serempak.
“sekarang, buka bukunya dan kerjakan soal-soal yang ada. Soal latihan dibuku paket...” *kata-kata ini selalu dan selaaaaalllluuuuuuuuu saja keluar ketika pelajaran fisika berlangsung. Entah itu setelah pemberian materi, atau bahkan sebelum pemberian materi. Bahkan untuk PR pun juga beliau menggunakan kata-kata ini.
Tanpa perlu diperintah untuk kedua kalinya, kami melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Pak Eko.
Hari itu, kami dicekoki dengan soal-soal yang sama sekali tidak kami pahami. Terlebih aku dan Leles. Arah dan tujuan soal, seringkali tak kami ketahui karena memang kami jarang paham dengan pelajaran yang namanya fisika.
2 jam pelajaran kami jalani seperti berada dalam sangkar, tanpa ada makanan yang disediakan, tanpa ada minuman yang diberikan, tanpa ada gerakan yang bebas juga dari kami. Hingga akhirnya, kami merasa lega dengan bunyi bel yang berdentang nyaring. (aku menggunakan kata berdentang karena pada waktu itu bel sekolah kami terbuat dari besi bekas pir/pegaa truk, dan cara menggunakannya harus dengan dipukul memakai palu yang lumayan besar...).
Me Vs Fisika....
Yah, waktu pelajaran fisika telah habis. Jadi, inilah kebebasan yang sebenar-benarnya bagiku khususnya, dan bagi seluruh makhluk yang berlabel Siswa di SMA Pamotan pada umumnya. Apa sih yang lebih membahagiakan daripda terlepas dari pelajaran yang namanya fisika?? Untuk sesaat, kelas kami mampu menghirup udara kebebasan yang selama kurang lebih 2 jam mata pelajaran ini direnggut paksa oleh pak Eko. Namun, kebahagiaan itu hanya berlangsung sesaat. Ketika hendak mengakhiri pertemuan hari itu, sebelum melangkah keluar, pak Eko memberi pengumuman... penting.. dan pastinya tidak ingin didengarkan oleh siapapun..
“besok, kita akan mengadakan ulangan.. jadi, belajar buat besok..”
Hanya itu kalimat yang diucaapkan oleh pak Eko, dan kami hanya bisa menerimanya dengan pasrah sepasrah-pasrahnya...
“Kampreett... malah besok ulangan.. gimana coba ndes??” aku menggerutu khas anak sekolah yang selalu begitu ketika mengetahui ada jadwal ulangan.
“Hu um... gimana coba?? Aku gak bisa blash ini ngaakkk”
“gara-gara kamu berdoa yang jelek-jelek buat pak Eko, sekarang malah diganjar dengan ulangan besok... huh” tiba-tiba aku menjadi dongkol dengan doa jelek yang diucapkan oleh Leles tadi pagi. (catatan = jangan mendoakan yang buruk bagi orang lain, karena nantinya doa itu akan kembali lagi kepada kita dengan balasan yang buruk pula. NB. Aku menganggap ulangan fisika adalah sesuatu yang buruk. xixixixixixi). Namun, karena sudah diputuskan, aku pun mempersiapkan diri untuk menjalani ulangan besok. Hatiku bertekad untuk mendapatkan nilai terbaik dikelas, dan mematok target minimal mendapatkan nilai 8 (dalam kurung, ditulis dengan tulisan lebar-lebar, berbunyi DELAPAN!!)
Einstein....

Percobaan...
Malam harinya, aku dengan semangat yang membara, aku membuka buku fisika yang telah aku catat semenjak pertama kali mengikuti sekolah di SMA ku tercinta. Dengan niat yang bulat, dan hati yang tulus, aku membuka-buka halaman yang tertulisi hasil goresan tanganku yang sangat tidak berbentuk. Dan dengan keteguhan hati, alhamdulillah, pada malam itu, aku sama sekali gak bisa memahami arah tulisan yang aku bikin sendiri!! Dengan kata lain, aku koma setengah mati, gak paham sedikitpun dari materi yang ada kecuali rumus-rumus sederhana yang anak-anak kecil yang bersekolah di SD pun bisa menghafalkannya. Akhirnya, setelah berjuang tak lebih dari 30 menit, akupun menyerah. Aku pasrah dan telentang tanpa daya dikasur kamarku yang menggoda buat aku tiduri. Tanpa aku sadari, beberapa saat kemudian, akupun tak sadarkan diri...
Pagi harinya, dengan tanpa daya aku bersiap berangkat ke sekolah. Aku yang semalam sudah tidak sukses dalam belajar, tetap berniat untuk berangkat sekolah (karena aku siswa yang baik, maka walaupun tak bisa memahami pelajaran, aku tetap masuk ke sekolah). Tapi tentunya dengan harapan, semoga ulangan hari ini dibatalkan dan berharap doanya Leles hari kemarin menjadi kenyataan. Satu hal yang harus aku ralat adalah, target pencapaian nilaiku dalam ulangan fisika kali ini. Jika kemarin aku menargetkan untuk dapat nilai 8, maka hari ini, dengan resmi target tersebut aku ralat menjadi “nilai Ikhlas”. Artinya, berapapun nilai yang diberikan oleh pak eko, akan aku terima dengan lapang dada dan tanpa protes. (namanya juga minta-minta. xixixixi). Aku pesimis, hari ini akan mendapatkan nilai 8 seperti targetku pada hari sebelumnya.
Akibat Salah Perhitungan...
Sesampai disekolah, aku melihat wajah-wajah garang teman-teman sekelas ternyata hilang dan berganti dengan kemuraman yang amat sangat. Aku bisa mendapati wajah tegang yang tertancap di tiap raut muka teman-teman sekelas. Bisa aku pastikan, mereka seperti itu karena pada hari ini, pada  jam pelajaran pertama, kita sudah harus berhadapan dengan pak Eko, yang mengusung program kerja menyebalkan yang diberi label, ulangan fisika. Yups, hari ini akan menjadi hari yang sangat menyebalkan bagi kelas kami pada umumnya, dan tentu saja buat aku pada khususnya.
Dan setelah bel masuk berbunyi, tak ada tanda-tanda doanya Leles terkabul. Aku yang berharap-harap cemas, harus menelan kekecewaan karena ternyata pada hari itu, pak Eko tidak mengalami gejala-gejala mencret atau diare yang harus membuat beliau tidak masuk kelas serta menunda atau bahkan membatalkan ulangan. Beliau datang ke kelas kami, dan segera mengadakan ulangan seperti yang sudah beliau umumkan kemarin.
Selama ulangan berlangsung, kelas kami ibarat kelas yang mati. Hampir tak terdengar suara yang biasanya membuat kelas kami gaduh. Tak ada teriak-teriakan khas anak hutan, tak ada lagi jeritan-jeritan khas makhluk tengah malam, dan tak ada loncat-loncatan khas penjahat yang kabur dari tahanan. Kami semua terdiam, fokus dengan kertas ulangan yang ada didepan kami. Fokus karena bisa dipastikan kami sedang bingung dengan tulisan aneh yang tertera dikertas ulangan itu. Dalam kelas yang penuh dengan kengerian itu, yang terdengar hanyalah suara desah nafas, dan suara batuk bagi yang sedang mengidap penyakit batuk. Sedangakan kentutnya leles, yang seringkali merajai kelas kami, untuk saat itu, sama sekali tak terdengar...
Yang Tengah Itu Pak guru Fisika Itu...
Aku, kembali harus bertemu dengan tulisan yang sama sekali tak aku ketahui bagaimana caranya menemukan pemecahannya. Namun, karena aku dasarnya adalah siswa yang cerdas, maka, aku dengan sangat seksama mengerjakan soal yang diberikan. Tentunya, dengan ilmu pengawuran tingkat tinggi yang merupakan anugerah terbesar dari tuhan Semesta alam. Tanpa terasa, jam ulangan pun berakhir seiring dengan dentang bel yang mengusik gendang telinga kami.
“Hasil ulangan akan bapak bagikan di pertemuan selanjutnya.. selamat pagi..” *pak Eko menutup pertemuan hari itu.
Fiuuuhhhh.... akhirnya selesai juga hambatan dan rintangan kali ini... tinggal menunggu hasil ulangan dipertemuan berikutnya..
Pertemuan selanjutnya... dengan pelajaran fisika dan eko yang seringkali berharap kosong...
“anak-anak, seperti janji saya sebelumnya, hari ini, nilai ulangan kalian bapak bagikan..”
“iya paaakkkk...” kami menjawab dengan ogah-ogahan.
“baik, kita mulai saja.. perlu diketahui, pada ulangan kali ini, nilai tertinggi didapat oleh Fuad!!”
“hooreeeeee!!!” entah apa maksud dari teman-teman sekelas, ketika namaku disebut, mereka langsung berteriak seperti itu. Sedangkan aku, masih terperangah, tak tahu dan tak percaya dengan yang diucapkan oleh pak Eko barusan. Apakah keajaiban telah mendatangiku?? Apakah malaikat datang untuk merubah hasil kerjaanku sehingga menjadi betul semua?? Aku tak tahu...
“bagi yang mendapatkan nilai dibawah KKM, maka harus mengikuti remidial!!!” *Pak eko mulai bergelora. Teman-eman bergidik ngeri, sedangkan aku, agak sedikit tenang karena sudah mendapatkan pengumuman menjadi siswa dengan perolehan nilai tertinggi, meski belum tahu berapakah nilai itu..
Nilai ulangan mulai dibagikan... pak Eko memanggil nama-nama kami satu persatu untuk menerima kertas ujian..
“Achmadi...”
“Adi Muhadi...”
“Anita Mariyani...”
...........
“Leles Nasirin...”
“Muhammad Hasan Ali...”
..........
Karena aku memperoleh nilai tertinggi, maka namaku mendapatkan jatah untuk disebutkan paling akhir...
          Aku tanyakan teman-teman yang sudah mendapatkan nilai ujiannya..
          “ssstt, dapat berapa??”
          “1,75” *achmadi
          “0,75” *adi Muhadi
          “1,25” *Leles
          “2,25” *Anita Mariyani
          “2,25” *Hasan
Mendapat jawaban teman-temanku yang mendapatkan nilai mengenaskan itu, Aku berharap-harap cemas....
Aku deg-degan...
Aku nervous....
Aku hampir pingsan....
Aku koma..
Ah, lebay!!
“yang terakhir.. Fuad!!” panggil Pak Eko..

Fisika Itu Asyikk...
“Yeeeeeeeeeeee!!! Nilai tertinggi ni yeee... dapet bagus ni yeee... juara ni yeee...” teriak teman-teman berceloteh ketika namaku disebut. Aku dengan penuh percaya diri melangkahkan kaki kemeja guru. Tak tahu kenapa kertas ulanganku dilipat oleh pak Eko, sehingga nilaiku tak terlihat.
          “Belajar yang rajin ya.. dibuka kalo sudah duduk..” *pesan Pak Eko.
          “Inggih Pak..” *Iya Pak.
Aku melangkah kembali ke bangkuku yang tepat berada didepan meja guru. Namun sebelum sampai tempat duduk, pak eko membari pengumuman lagi.
          “menyambung pengumuman sebelumnya, yang mendapatkan nilai dibawah 7, dibawah KKM, harus mengikuti remidiall!! Berarti, semua siswa dikelas ini WAJIB mengikuti remidial!!”
          Duaaarrr!!! Seperti tersambar petir yang dayanya tidak terlalu tinggi, sehingga hanya menghasilkan gelombang kejut, aku terhenyak.
          “lho?? Katane fuad dapat nilai tertinggi Pak??” *Wiwid, yang kadang-kadang berani dalam keadaan memaksa, bertanya.
          “iya, dia memang dapat nilai tertinggi. Tanya aja pada orangnya!!” *pak Eko sewot karena ada yang bertanya (mungkin)
Fisika....
          “Fuad, dapat berapa kamu?? Buka nilaimu!” *Komando Pak Eko.
Dengan gemetar aku membuka kertas ulanganku. Dengan pelan, aku mulai menyibak angka yang tertera disana. Paling belakang adalah angka “5”, kemudian dilanjut dengan koma didepannya. Aku buka sedikit-demi sedikit, dan dengan nyata bin jelas, ada bebek bersarang di kertasku. Ternyata angka didepan koma itu adalah 2!!! Jadi, dengan kata lain, aku mendapatkan nilai 2,5!! Huuuwwwaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!
          Ketika aku tunjukkan nilai itu ke seluruh teman-teman sekelas, terdengar suara tawa yang meledak-ledak. Ada yang sampai guling-guling, ada yang sampai terpipis-pipis, dan ada yang sampai pegang-pegang perut teman sebangkunya.. Ternyata nilai tertinggi dikelas kami pada waktu itu adalah, 2,5!!! Pppaaaaarrrrrraaaaaahhhhhh!!!! Aku yang semula merasa sedikit bangga, tiba-tiba merasakan kedinginan... karena meski hari itu cuaca sangat panas, namun bagiku, hujan turun membasahi tubuhku yang sedang telanjang setengah dada... ammpuuuunnnn! coba, temen-teman pembaca bayangkan, betapa parahnya kelas kami terhadap pelajaran fisika. Nilai tertingginya saja cuma 2,5... mengenaskan...

2 comments:

  1. Numpang Lewat. :D
    Ga' sengaja mampir kemari setelah dikau menulis kometar di salah satu blog (tubancity.com) yang telah lama tak kumanage karena keterbatasan waktu.

    Artikelnya cukup menarik. :)

    Selamat atas nilai tertingginya. :D

    ReplyDelete
  2. hahahaha... iya bang rifai.... dulu kan kita sekampus.. sama-sama di biora, tapi aku mengundurkan diri karena ada konflik dengan bapak pembina... hihihihii... lama tak jumpa... makasih untu ucapan selamatnya.. blognya tubancity juga bagus ituw... lumayan buat kangen-kangenan ma daerah tuban...

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...