Tak bisa
dipungkiri jika jiwa kepintaran dan kepandaianku memang sudah terpancar sejak
masih duduk di bangku sekolah. Tak hanya di bangku kuliah saja aku bisa
menunjukkan kepintaran yang aku miliki. Ketika aku masih bersekolah pun aku
telah mampu menunjukkan prestasiku dibidang akademik. Tak hanya di satu atau
dua mata pelajaran, namun di hampir semua mata pelajaran. Dan tak hanya di
pelajaran hafalan, di pelajaran eksak pun aku tak kalah dalam berprestasi.
Seperti ketika kelas 1 SMA dulu (nah lho, pasti kan udah pada tahu kalo aku
dulu sekolahnya di SMAN 1 Pamotan, yang terletak di Pamotan,Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah), aku yang lebih interest dengan pelajaran hafalan (seperti
Sejarah, Geografi, Sosiologi, Agama, dst) daripada pelajaran Hitung-hitungan, ternyata
bisa juga mendapatkan nilai tertinggi pada ulangan mata pelajaran
itung-itungan. Tak main-main, aku mendapatkan nilai tertinggi di mata pelajaran
yang menjadi momok mengerikan nomor 1 dikelasku. Yakni mata pelajaran fisika!! Ingin
tahu trik dan kisahnya?? Mari kita bongkar bersama-sama...
Hari itu,
ditengah terik mentari yang mulai menyengat, semangat kami dikelas I.2 tengah
mengalami kelunturan. Bukan karena mataharinya yang agak-agak panas, tapi
dikarenakan pada hari itu, kelas kami harus menjalani mimpi buruk yang bernama
pelajaran Fisika!! Terlebih bagi siswa yang lemah dalam itung-itungan seperti
aku dan Leles mimpi buruk itu kian menjadi (Leles adalah temen sebangkuku lho.
Yang pernah mendapat gamparan dari pak Eko. Guru yang mengampu mata pelajaran
Fisika),
Saat jeda
pelajaran, disaat pergantian jam, terlihat wajah-wajah pucat sudah mulai muncul
dan menghiasi kelas kami. Wiwid, yang duduk di deretan belakang terlihat sangat
ketakutan. Maklum lah, walau dia cewek, tapi terkadang dia terlihat lebih keren
dengan tingkahnya yang cowok. Dan leles, yang duduk disebelahku, terlihat
tengah sibuk berkomat-kamit merapalkan mantra yang aku sendiri gak tahu
bagaimana ucapan mantra itu. Demi mengobati rasa penasaranku, aku jawil-jawil
(colek-colek) dia dan bertanya tentang tingkah aneh yng barusan dia lakukan.
Bapak guru Fisika..... |
“Ngapain
Kamu Ndes??” (leles Terkenal dengan sebutan “Bondes”)
“Gak
Ngapa-ngapain Ngak. Cuma lagi berdoa aja”
“sejak
kapan kamu jadi rajin berdoa gitu??” *heran, sambil memicingkan mata.
“aku
emang rajin berdoa kaleee... kamu aja yang gak tau-an kalo aku rajin berdoa”
*berkilah.
“terus,
sejak kapan kamu mulai melakukan ritual berdoa dalam pergantian jam pelajaran
kayak gini??” *memandang sinis.
“sejak
hari ini... hehehehehe” *meringis.
“berdoa
apa emang??”
“ini,
berdoa biar Pelajaran Fisika kosong..”
“Hemmm??”
“emang kamu
gak mau kalo pelajaran fisika kosong???”
“Mau
sih... tapi...”
“kenapa???
Gak setuju?? Jadi kamu sekarang jadi antek-anteknya pak guru fisika?? Gitu??”
“bukan
gitu juga kali ndes... aku Cuma gak yakin aja dengan doamu itu..”
“Berarti
kamu gak percaya dengan Tuhan??”
“malah
sampai sana... bukan itu juga. Aku sih percaya sama tuhan ndes. Tapi aku yang
gak percaya itu sama wajahmu itu lho... apa mungkin wajah mesum kayak gitu
doanya bakalan dikabulin sama Tuhan??”
“ah,
ngaco kamu ngak.. Lha eman kenapa coba??”
“lha aku
tadi juga habis lihat pak Eko lagi keluyuran disekitar kelas 3 kok.. jadi
kemungkinan buat kosong sangat kecil tauk. Malah mungkin ndak ada kesempatan
buat kosong deh jam pelajaran kali ini...”
Rumus Fisika.... |
Rumus Fisika... |
“ahhh...
percaya sajalah sama keajaiban Tuhan. Siapa tahu dengan doaku ini pak Eko jadi
mendadak sakit perut, mencret-mencret, terus dehidrasi, terus semaput
(pingsan), terus gak bisa ngajar kelas kita, terus jam pelajarannya jadi kosong
gitu....”
Aku manggut-manggut.
Memang sih, sangat mungkin hal itu terjadi. Apa sih yang gak bisa dilakukan
sama Tuhan?? Apa sulitnya Dia membuat pak Eko menjadi mencret-mencret??. Dan
karena aku merupakan teman yang baik dan benar, maka aku pun mengiyakan kata-kata
Leles. Aku menjadi pendukung dia untuk kosongnya mata pelajaran fisika di hari
ini (kalau perlu kosong terus juga gak apa-apa kok...). namun sekali lagi aku
benar dihari itu. Ternyata Tuhan tidak menghendaki doanya Leles yang berwajah
agak mesum itu terkabul. Karena tak sampai dua menit kemudian, pak Eko datang
kekelas kami dan memasang wajah yang lumayan keren dengan sorot mata yang
tajam. Tentu, kelas kami menjadi sangat sunyi dengan kedatangan beliau. Sama
seperti yang sebelumnya, dan sama seperti yang seharusnya...
“Pagi
anak-anak..” pak eko Membuka suara. Menyapa kami dengan senyuman mautnya.
“Pagi
Paaakkk...” seperti koor paduan suara yang anggotanya tengah dicekik lehernya,
kami menjawab dengan serempak.
“sekarang,
buka bukunya dan kerjakan soal-soal yang ada. Soal latihan dibuku paket...”
*kata-kata ini selalu dan selaaaaalllluuuuuuuuu saja keluar ketika pelajaran
fisika berlangsung. Entah itu setelah pemberian materi, atau bahkan sebelum
pemberian materi. Bahkan untuk PR pun juga beliau menggunakan kata-kata ini.
Tanpa
perlu diperintah untuk kedua kalinya, kami melaksanakan apa yang diperintahkan
oleh Pak Eko.
Hari itu,
kami dicekoki dengan soal-soal yang sama sekali tidak kami pahami. Terlebih aku
dan Leles. Arah dan tujuan soal, seringkali tak kami ketahui karena memang kami
jarang paham dengan pelajaran yang namanya fisika.
2 jam
pelajaran kami jalani seperti berada dalam sangkar, tanpa ada makanan yang
disediakan, tanpa ada minuman yang diberikan, tanpa ada gerakan yang bebas juga
dari kami. Hingga akhirnya, kami merasa lega dengan bunyi bel yang berdentang
nyaring. (aku menggunakan kata berdentang karena pada waktu itu bel sekolah
kami terbuat dari besi bekas pir/pegaa truk, dan cara menggunakannya harus
dengan dipukul memakai palu yang lumayan besar...).
Me Vs Fisika.... |
Yah,
waktu pelajaran fisika telah habis. Jadi, inilah kebebasan yang
sebenar-benarnya bagiku khususnya, dan bagi seluruh makhluk yang berlabel Siswa
di SMA Pamotan pada umumnya. Apa sih yang lebih membahagiakan daripda terlepas
dari pelajaran yang namanya fisika?? Untuk sesaat, kelas kami mampu menghirup
udara kebebasan yang selama kurang lebih 2 jam mata pelajaran ini direnggut
paksa oleh pak Eko. Namun, kebahagiaan itu hanya berlangsung sesaat. Ketika
hendak mengakhiri pertemuan hari itu, sebelum melangkah keluar, pak Eko memberi
pengumuman... penting.. dan pastinya tidak ingin didengarkan oleh siapapun..
“besok,
kita akan mengadakan ulangan.. jadi, belajar buat besok..”
Hanya itu
kalimat yang diucaapkan oleh pak Eko, dan kami hanya bisa menerimanya dengan
pasrah sepasrah-pasrahnya...
“Kampreett...
malah besok ulangan.. gimana coba ndes??” aku menggerutu khas anak sekolah yang
selalu begitu ketika mengetahui ada jadwal ulangan.
“Hu um...
gimana coba?? Aku gak bisa blash ini ngaakkk”
“gara-gara
kamu berdoa yang jelek-jelek buat pak Eko, sekarang malah diganjar dengan
ulangan besok... huh” tiba-tiba aku menjadi dongkol dengan doa jelek yang
diucapkan oleh Leles tadi pagi. (catatan = jangan mendoakan yang buruk bagi
orang lain, karena nantinya doa itu akan kembali lagi kepada kita dengan
balasan yang buruk pula. NB. Aku menganggap ulangan fisika adalah sesuatu yang
buruk. xixixixixixi). Namun, karena sudah diputuskan, aku pun mempersiapkan
diri untuk menjalani ulangan besok. Hatiku bertekad untuk mendapatkan nilai
terbaik dikelas, dan mematok target minimal mendapatkan nilai 8 (dalam kurung,
ditulis dengan tulisan lebar-lebar, berbunyi DELAPAN!!)
Einstein.... |
Percobaan... |
Malam
harinya, aku dengan semangat yang membara, aku membuka buku fisika yang telah
aku catat semenjak pertama kali mengikuti sekolah di SMA ku tercinta. Dengan
niat yang bulat, dan hati yang tulus, aku membuka-buka halaman yang tertulisi
hasil goresan tanganku yang sangat tidak berbentuk. Dan dengan keteguhan hati,
alhamdulillah, pada malam itu, aku sama sekali gak bisa memahami arah tulisan
yang aku bikin sendiri!! Dengan kata lain, aku koma setengah mati, gak paham
sedikitpun dari materi yang ada kecuali rumus-rumus sederhana yang anak-anak
kecil yang bersekolah di SD pun bisa menghafalkannya. Akhirnya, setelah
berjuang tak lebih dari 30 menit, akupun menyerah. Aku pasrah dan telentang
tanpa daya dikasur kamarku yang menggoda buat aku tiduri. Tanpa aku sadari,
beberapa saat kemudian, akupun tak sadarkan diri...
Pagi
harinya, dengan tanpa daya aku bersiap berangkat ke sekolah. Aku yang semalam
sudah tidak sukses dalam belajar, tetap berniat untuk berangkat sekolah (karena
aku siswa yang baik, maka walaupun tak bisa memahami pelajaran, aku tetap masuk
ke sekolah). Tapi tentunya dengan harapan, semoga ulangan hari ini dibatalkan
dan berharap doanya Leles hari kemarin menjadi kenyataan. Satu hal yang harus
aku ralat adalah, target pencapaian nilaiku dalam ulangan fisika kali ini. Jika
kemarin aku menargetkan untuk dapat nilai 8, maka hari ini, dengan resmi target
tersebut aku ralat menjadi “nilai Ikhlas”. Artinya, berapapun nilai yang
diberikan oleh pak eko, akan aku terima dengan lapang dada dan tanpa protes.
(namanya juga minta-minta. xixixixi). Aku pesimis, hari ini akan mendapatkan
nilai 8 seperti targetku pada hari sebelumnya.
Akibat Salah Perhitungan... |
Dan
setelah bel masuk berbunyi, tak ada tanda-tanda doanya Leles terkabul. Aku yang
berharap-harap cemas, harus menelan kekecewaan karena ternyata pada hari itu,
pak Eko tidak mengalami gejala-gejala mencret atau diare yang harus membuat
beliau tidak masuk kelas serta menunda atau bahkan membatalkan ulangan. Beliau
datang ke kelas kami, dan segera mengadakan ulangan seperti yang sudah beliau
umumkan kemarin.
Selama
ulangan berlangsung, kelas kami ibarat kelas yang mati. Hampir tak terdengar
suara yang biasanya membuat kelas kami gaduh. Tak ada teriak-teriakan khas anak
hutan, tak ada lagi jeritan-jeritan khas makhluk tengah malam, dan tak ada
loncat-loncatan khas penjahat yang kabur dari tahanan. Kami semua terdiam,
fokus dengan kertas ulangan yang ada didepan kami. Fokus karena bisa dipastikan
kami sedang bingung dengan tulisan aneh yang tertera dikertas ulangan itu.
Dalam kelas yang penuh dengan kengerian itu, yang terdengar hanyalah suara desah
nafas, dan suara batuk bagi yang sedang mengidap penyakit batuk. Sedangakan
kentutnya leles, yang seringkali merajai kelas kami, untuk saat itu, sama
sekali tak terdengar...
Yang Tengah Itu Pak guru Fisika Itu... |
Aku,
kembali harus bertemu dengan tulisan yang sama sekali tak aku ketahui bagaimana
caranya menemukan pemecahannya. Namun, karena aku dasarnya adalah siswa yang
cerdas, maka, aku dengan sangat seksama mengerjakan soal yang diberikan.
Tentunya, dengan ilmu pengawuran tingkat tinggi yang merupakan anugerah
terbesar dari tuhan Semesta alam. Tanpa terasa, jam ulangan pun berakhir
seiring dengan dentang bel yang mengusik gendang telinga kami.
“Hasil ulangan
akan bapak bagikan di pertemuan selanjutnya.. selamat pagi..” *pak Eko menutup
pertemuan hari itu.
Fiuuuhhhh....
akhirnya selesai juga hambatan dan rintangan kali ini... tinggal menunggu hasil
ulangan dipertemuan berikutnya..
Pertemuan
selanjutnya... dengan pelajaran fisika dan eko yang seringkali berharap
kosong...
“anak-anak,
seperti janji saya sebelumnya, hari ini, nilai ulangan kalian bapak bagikan..”
“iya
paaakkkk...” kami menjawab dengan ogah-ogahan.
“baik,
kita mulai saja.. perlu diketahui, pada ulangan kali ini, nilai tertinggi
didapat oleh Fuad!!”
“hooreeeeee!!!”
entah apa maksud dari teman-teman sekelas, ketika namaku disebut, mereka
langsung berteriak seperti itu. Sedangkan aku, masih terperangah, tak tahu dan
tak percaya dengan yang diucapkan oleh pak Eko barusan. Apakah keajaiban telah
mendatangiku?? Apakah malaikat datang untuk merubah hasil kerjaanku sehingga
menjadi betul semua?? Aku tak tahu...
“bagi
yang mendapatkan nilai dibawah KKM, maka harus mengikuti remidial!!!” *Pak eko
mulai bergelora. Teman-eman bergidik ngeri, sedangkan aku, agak sedikit tenang
karena sudah mendapatkan pengumuman menjadi siswa dengan perolehan nilai
tertinggi, meski belum tahu berapakah nilai itu..
Nilai
ulangan mulai dibagikan... pak Eko memanggil nama-nama kami satu persatu untuk
menerima kertas ujian..
“Achmadi...”
“Adi
Muhadi...”
“Anita
Mariyani...”
...........
“Leles
Nasirin...”
“Muhammad
Hasan Ali...”
..........
Karena aku memperoleh
nilai tertinggi, maka namaku mendapatkan jatah untuk disebutkan paling akhir...
Aku tanyakan teman-teman yang sudah mendapatkan nilai
ujiannya..
“ssstt, dapat berapa??”
“1,75” *achmadi
“0,75” *adi Muhadi
“1,25” *Leles
“2,25” *Anita Mariyani
“2,25” *Hasan
Mendapat jawaban
teman-temanku yang mendapatkan nilai mengenaskan itu, Aku berharap-harap
cemas....
Aku deg-degan...
Aku nervous....
Aku hampir pingsan....
Aku koma..
Ah, lebay!!
“Yeeeeeeeeeeee!!! Nilai
tertinggi ni yeee... dapet bagus ni yeee... juara ni yeee...” teriak
teman-teman berceloteh ketika namaku disebut. Aku dengan penuh percaya diri melangkahkan
kaki kemeja guru. Tak tahu kenapa kertas ulanganku dilipat oleh pak Eko,
sehingga nilaiku tak terlihat.
“Belajar yang rajin ya.. dibuka kalo sudah duduk..” *pesan
Pak Eko.
“Inggih Pak..” *Iya Pak.
Aku melangkah kembali ke
bangkuku yang tepat berada didepan meja guru. Namun sebelum sampai tempat
duduk, pak eko membari pengumuman lagi.
“menyambung pengumuman sebelumnya, yang mendapatkan nilai
dibawah 7, dibawah KKM, harus mengikuti remidiall!! Berarti, semua siswa
dikelas ini WAJIB mengikuti remidial!!”
Duaaarrr!!! Seperti tersambar petir yang dayanya tidak terlalu
tinggi, sehingga hanya menghasilkan gelombang kejut, aku terhenyak.
“lho?? Katane fuad dapat nilai tertinggi Pak??” *Wiwid,
yang kadang-kadang berani dalam keadaan memaksa, bertanya.
“iya, dia memang dapat nilai tertinggi. Tanya aja pada
orangnya!!” *pak Eko sewot karena ada yang bertanya (mungkin)
Fisika.... |
“Fuad, dapat berapa kamu?? Buka nilaimu!” *Komando Pak Eko.
Dengan gemetar aku membuka
kertas ulanganku. Dengan pelan, aku mulai menyibak angka yang tertera disana.
Paling belakang adalah angka “5”, kemudian dilanjut dengan koma didepannya. Aku
buka sedikit-demi sedikit, dan dengan nyata bin jelas, ada bebek bersarang di
kertasku. Ternyata angka didepan koma itu adalah 2!!! Jadi, dengan kata lain,
aku mendapatkan nilai 2,5!! Huuuwwwaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!
Ketika aku tunjukkan nilai itu ke seluruh teman-teman
sekelas, terdengar suara tawa yang meledak-ledak. Ada yang sampai
guling-guling, ada yang sampai terpipis-pipis, dan ada yang sampai
pegang-pegang perut teman sebangkunya.. Ternyata nilai tertinggi dikelas kami pada waktu
itu adalah, 2,5!!! Pppaaaaarrrrrraaaaaahhhhhh!!!! Aku yang semula merasa
sedikit bangga, tiba-tiba merasakan kedinginan... karena meski hari itu cuaca
sangat panas, namun bagiku, hujan turun membasahi tubuhku yang sedang telanjang
setengah dada... ammpuuuunnnn! coba, temen-teman pembaca bayangkan, betapa parahnya kelas kami terhadap pelajaran fisika. Nilai tertingginya saja cuma 2,5... mengenaskan...
Numpang Lewat. :D
ReplyDeleteGa' sengaja mampir kemari setelah dikau menulis kometar di salah satu blog (tubancity.com) yang telah lama tak kumanage karena keterbatasan waktu.
Artikelnya cukup menarik. :)
Selamat atas nilai tertingginya. :D
hahahaha... iya bang rifai.... dulu kan kita sekampus.. sama-sama di biora, tapi aku mengundurkan diri karena ada konflik dengan bapak pembina... hihihihii... lama tak jumpa... makasih untu ucapan selamatnya.. blognya tubancity juga bagus ituw... lumayan buat kangen-kangenan ma daerah tuban...
ReplyDelete