Menikah
merupakan impian bagi setiap manusia. Baik itu yang berjenis kelamin laki-laki,
ataupun yang berkelamin perempuan. Namun itu juga dengan catatan, jika manusia
tersebut normal dan tidak terikat dengan peraturan (misalnya dalam akeyajina tertentu seseorang tidak diperbolehkan untuk menikah). Begitu juga dengan aku,
cowok ganteng yang selalu menggembar-gemborkan diri sebagai makhluk paling
keren se angkasa raya. (kalo aku menyebut se bumi, se dunia, bakalan ada yang
protes. Mending nyebut angkasa raya sajalah. Lebih aman untuk menjaga
eksistensi kegantengan diri pribadi).
Ya,
aku pun menginginkan untuk menikah, dan alhamdulillahnya, aku sudah melakukan
pernikahan pada tanggal 27 Maret 2015 kemarin. (mohon maaf ya bagi yang tidak
mendapatkan undangan, karena pernikahan ini diadakan di luar negeri, eh, luar
kota, jadi hanya yang dekat-dekat saja yang aku undang. Tapi kalo punya
cita-cita ingin “nyumbang” ato “ngamplop”, dengan tangan terbuka dan hati
gembira ria penuh keceriaan yang tertumpah ruah –halah- pasti akan aku
terima... ^^). Iya, menikah merupakan sesuatu yang sangat banget. (opo toh iki?
Maksudnya, sangat benget sesuatu, ato sesuatu banget?? Mbuhlah malah bingung!),
seperti juga yang aku alami ketika itu. Ketika menikah (Tentunya dengan istriku
tercinta Fevie Ariastana alias si Mpep –nama aslinya si Ve), aku juga harus
melalui berbagai prosesi.
Pasti
banyak yang mengira prosesinya tidak lancar karena melihat tampangku yang
belepotan dan gak meyakinkan ini kan? Anda salahhh! Untuk semua prosesi
pernikahan, Alhamdulillah berjalan lancar, dan bisa kami lalui dengan baik.
Semuanya bisa berjalan dengan maksimal dan memuaskan kecuali satu hal, yakni
prosesi poto-poto! Hiiihhhh, agak kurang puas aku. Kenapa? Bukan karena EO nya
yang menjadi masalah, tap wajahkuuuuuu!! Kenapa ketika dipoto, wajahku tidak
bisa berubah menjadi ganteeennnggg? Gak bisa menjadi lebih keren? Seganteng
Haruma Miura kek, Mahadirga Maranando Lasut Kek, ato kalo gak gitu mirip sama
Doni ADA Band ato siapa gitu. Kok ya pas tak liat-liat di album poto wajahku
Cuma itu-itu aja, gak berubah ganteng-gantengnya dikit ato gimana. Bikin sebel
aja deh. Jiiaaaahhhhhhhhh.... Gubrak!! (catatan : dimanapun anda berada, yang
namanya poto diri ya pasti wajahnya sama lah. Gak mungkin ketika dipoto anda
berwajah sama seperti saya, tapi ketika dijepret menghasilkan wajah seperti
Doni ADA Band. Secanggih-canggihnya kamera 360 saja masih gak bisa tuh merubah
penampakan anda menjadi berwajah seperti Haruma Miura, kecuali anda memang
mempunyai wajah yang mirip sama dia)
Oke,
kita lanjutkan. Sebagai seorang cowok yang sudah menikah dan menjadi suami dari
seorang wanita (gak mungkin kan aku punya istri seorang cowok juga. Emangnya
eluw pikir guwah cowok apapun? Haa? Sori ya, gini-gini guwah masih normal
keleeessss..), tentunya gak ada masalah jika mencoba memberikan sedikit
pengalaman dan nasehat bagi para pasangan yang hendak menikah. Berdasarkan
pengalaman, fase-fase pernikahan nantinya dibagi menjadi 3, yaitu, Pra-Nikah,
Me-Nikah, dan Pasca-Nikah. Dari ketiga tahap itu, tentunya mempunyai ciri-ciri
dan keigiatan yang tersendiri.
1.
Pra-Nikah
Tahap ini adalah tahap
menjelang pernikahan. Berisikan persiapan-persiapan menjelang pernikahan
dilakukan. Biasanya yang dilakukan pada tahap ini adalah proses Hunting
(berburu), seperti berburu Undangan, Berburu Bahan-bahan untuk pernikahan,
berburu seserahan, berburu angsul-angsul, berburu katering, dan juga tak lupa
berburu gedung atau tempat untuk menggelar acara pernikahan.
Selanjutnya yang termasuk
tahap Pra-Nikah ini adalah proses preparing (persiapan). proses ini gak kalah
ribetnya dengan proses hunting diatas. Dalam tahap preparing ini kita juga
harus benar-benar jeli dengan apa yang kita konsepkan. Contohnya adalah
persiapan kostum, denah tempat resepsi, penataan ruangan, dst. Sedangkan kami? Alhamdulillah
kami banyak dibantu oleh keluarga (terutama keluarga mempelai istri, kami
mendapatkan katering yang handal, dan mendapatkan gedung yang keren
<<<resepsi kami digelar di Gedung Kodim Tuban, keren kan, nikahan
dikawal dan dijaga sama para TNI di sekitaran tempat nikahannya? Hahay, hayo
pengen kaannnn??)
2.
Me-Nikah
Tahap ini jelas, merupakan
hari H nya dari prosesi yang kita jalankan. Mulai dari proses berangkat dari
rumah, proses ijab kabul, sungkeman, sampe proses penyelenggaraan resepsi
pernikahan juga. Kekuatan fisik disini sangat diperlukan, mengingat betapa
padatnya kegiatan yang harus dijalankan ketika proses persikahan ini. Tak lupa,
persiapkan mental juga untuk momen yang sangat penting dalam hidup ini.
3.
Pasca-Nikah
Setelah
melalui 2 tahap diatas, maka tahap ketiga ini yang harus dilalui. Ada yang
mengatakan, dalam suatu pernikahan, kehidupan setelah menikahlah yang paling
penting. Karena semuanya akan menjadi baru lagi, mulai dari awal lagi. Beda
dengan tahap sebelumnya yang relatif singkat, maka tahap setelah pernikahan
inilah yang yang harus dijalani sepanjang usia. Mereka yang menikah dituntut
untuk siap dalam segala hal. Siap untuk berbagi, siap untuk melihat keanehan
pasangan (ini nih yang seru, dulu ketika masa sebelum menikah kan biasanya
pasangan sering malu-malu kambing dan menunjukkan yang baik-baiknya saja, tapi
setelah menikah, beeuuuhhh.... semuanya akan terbongkar! Yang ngorok akan
ketahuan, yang suka kentut akan keliatan, yang suka ngupil juga akan semakin
jelas. Jadi persiapkanlah dirimu kawaaann!!). selain siap diatas, kita juga
dituntut untuk siap untuk gregetan (maaf ya dek bojo, sering membuatmu
gregetan.. piiisss V), siap untuk marah, siap untuk ngambek, dan siap untuk
semuuuuaaannnyyyaaa, termasuk siap secara mental dan ekonomi. <<<<
penting!
Oke itulah beberapa masukan dari
aku selaku orang keren disini yang juga sudah menikah, ketahuilah, bahwa
sesungguhnya pernikahan itu adalah menyatukan dua individu yang berbeda (beda
pandangan, beda pemikiran, hingga pastinya beda jenis kelamin), dan
sesungguhnya menikah bukan melulu menyatukan persepsi 2 individu yang memiliki
banyak kecocokan (apalagi kalo cocok jenis kelaminnya... lol ), akan lebih
indah jika perbedaan itu menjadi satu, sehingga hidup lebih berwarna dan terasa
seru.
Selain
hal-hal diatas, yang gak kalah penting untuk kalian para mempelai yang hendak
melakukan pernikahan adalah,..... JANGAN LUPA HAFALIN RUTE MENUJU RUMAH
PASANGAN KAMU!. Jangan sampe kejadian kayak aku terjadi pada kalian. Gara-gara gak
hafal rute menuju rumahnya bapak ibu mertua, 2 x rombongan kami kesasar!! Parah
baget kan?? Itu bukan hanya dalam 1 waktu, tapi dalam 2 momen yang sangat
penting dalam hidupku. Pas lamaran, dan pas pagi hari menjelang pernikahan
(Hari H brooooooooo). Sebabnya sih sama, gara-gara aku gak hafal sama rutenya
(dari kecil emang gak bisa hafalin jalan kok. Jadi jangan salahkan bunda
mengandung, tapi salahkanlah mereka yang membuat sarung... *loohhh, apa
hubungannya?)
Kejadian
pertama tentang “kesesatan” kami (bahasa indonesia dari “kesasaran” kami adalah
“kesesatan” kali ya?) terjadi ketika hendak melakukan proses lamaran. Kami ber
rombongan (hanya berisi bapak, pembicara dan sodara-sodara saja, tentunya sama
aku juga toh. Yang lamaran kan aku, masak aku gak ikutan?), awalnya biasa-biasa
saja. Tapi ketika memasuki kota, tiba-tiba bulek bertanya....
“iki
lewat ngendi ad?” *lewat mana ad?
“aku
lali eq bulek..” *aku lupa eq bulek
“hahahaha,
arep lamaran kok lali..” *hahaha, mau lamaran kok lupa... <<< suaranya
embah, menganggap aku bercanda kali yak?
“iki
lewat ngendi dadine?” *lewat mana jadinya? <<<bulek bertanya lagi.
“Lali
Lek aku...” *lupa lek aku <<<jawabku dengan polos.
“Mosok lali?” *masak lupa?
“iya Bulek, seriusss lali aku
dalane lewat ngendi” *iya bulek, serius lupa aku jalannya lewat mana.
Tiba-tiba mobil berhenti.
“kayake
kita kesasar ya ini??” Kata Pak Sopir.
Hening....
Suasana dalam mobil menjadi
hening....
Sunyi...
Senyap....
Dan tiba-tiba kurasakan udara dalam mobil sewaan
murah meriah itu menjadi panas dan bergemuruh dengan suara-suara seisi mobil
gara-gara aku lupa rute rumah calon mertuaku...
“emang
aku becanda apa? Aku lupa beneran tauukkk” *batinku. Pada heboh kagak eluuuwww
sekarang??? Hahahay, rasaaiiiinnnnnn...
Hari
itu, acara lamaran pun telat gara-gara kesasarnya rombongan kami. Namun
akhirnya kami bisa sampai juga kerumah mertua. (itupun juga kami dipandu dan
dijemput sama mas Adam <<<suaminya mbak Dian, mbaknya istri..)
Kejadian
kedua malah lebih menegangkan lagi, tepat di hari akad nikah, yang
diselenggarakan pukul 8 pagi, mobil pak Juri dan Bu Munfaatun (terima kasih
yang setinggi-tingginya untuk pak Juri dan Bu Munfaatun untuk semua fasilitas,
semua bantuan, dan semua hal yang anda berdua berikan untuk kelancaran
pernikahan kami... matur suwun pak, bu..), mengalami kesesatan lagi.
Penyebabnya? Pastilah tahu. Lagi-lagi aku lupa rute mana yang harus ditempuh untuk
sampai ke rumahnya mertua! Gila gak aku? Di hari sepenting tiu, malah membuat
rombonganku tersesat tak tentu arah! Jam sudah menunjukkan pukul 07.50, berarti
10 Menit lagi akad nikah dimulai! Dan aku? Masih tersesat....
Akhirnya
dengan seingat-ingatku, mobil yang dikendalikan pak Juri menerobos gang-gang
kecil di daerah Tuban, sampai akhirnya, di kejauhan, aku melihat seonggok oase
pelepas dahaga yang berwujud “Risweni” (Riswan dan Eni). *perlu diketahui,
ketika aku menikah, aku ingin riswan, sahabatku menyaksikan akad nikahku, dan
juga menjadi bagian dari prosesi pernikahan yang aku jalani. Bukan kenapa, tapi
dia sudah seperti keluarga bagi kami. Ketika ibuku wafat dengan sangat
tiba-tiba, dia tanpa memperdulikan pekerjaan yang menjadi bebannya langsung
meluncur kerumah, menempuh jarak berkilometer untuk memberikan penghormatan
terakhir, menginap dirumah, dan menangis terisak didepan jenazahnya ibu. Dari
itulah bapak kemudian berpesan, ketika nanti kita diberikan kebahagiaan, Riswan
harus ikut merasakan kebahagiaan itu.
Kembali
ke cerita, oase itu adalah Riswan dan Eny yang sudah menunggu di jalan masuk
menuju rumah mertua. Dan itu berarti, kami hampir sampai! Segera saja aku
beritahukan pak juri untuk membawa kami kesana, dan alhamdulillah, kesesatan
kami akhirnya berakhir. Pasti para pembaca mengira, kami sampai disana tepat
waktu kayak di pilem-pilem. Gitu kan? Salahhh... ini bukan pilem brooohhhhh,
ini kenyataan. Kami sampai ke tempat akad nikah jam 08. 15 an... jadi telaattt.
Tapi untungnya pak Naibnya gak ilang, jadi segera prosesi akad nikah
dilaksanakan, dan ketika terdengar kata “saaaaaahhh”, legalah hatiku
merasakannya. Alhamdulillah... 27 Maret 2015, pukul 08. Lebih mboh piro,
akhirnya aku resmi menjadi suami dari seorang wanita bernama Fevi
Ariastana..... *senyum-senyum.
Nb. Terima Kasih Untuk semua
keluarga besar Bapak Ibu Mertua di Tuban.
Bapak dan almarhumah ibu di surga, keluarga Pak
lek, Bu lek, Pak Dhe, Bu Dhe, dan semua teman-teman yang sudah membantu kami
dalam mempersiapkan juga melaksanakan pernikahan ini. Bagi yang belum menikah,
persiapkan diri sebaik-baiknya... bravo Timnas PSSI! <<gak nyambung.
No comments:
Post a Comment