Tuesday, 18 August 2015

17 Agustus dan Karnaval

Setiap memasuki bulan agustus, semua warga negara (dan juga yang Cuma mengaku sebagai warga negara ) indonesia, pasti sibuk dengan kegiatan untuk menyambut kemerdekaan. Ini sangat wajar, karena memang sekarang hukumnya wajib bagi kita untuk ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilakukan untuk memperingati kemerdekaan. Gak peduli tua, muda, besar, kecil, kaya, miskin, semua membaur menjadi satu dalam kemeriahan peringatan itu.

Persiapan Karnaval
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Mulai lomba makan kerupuk, lomba balap karung, panjat pinang, sampai kegiatan yang sifatnya agak modern seperti “ndangdhutan” dan karnaval. Setiap warga negara juga berhak untuk ikut serta dalam kegiatan ini. Tidak ada pengecualian. Selain itu, setiap warga negara juga mempunyai hak untuk ikut kegiatan sesuai dengan yang dia bisa. Yang punya karung bisa ikut lomba balap karung, yang doyan makan kerupuk bisa ikut lomba makan kerupuk, yang hobi nyolongin mangga tetangga bisa ikutan lomba panjat pinang, yang hobi menyamar bisa ikutan karnaval dengan berdandan menjadi yang dia pengen, dan yang hobi ngintip bisa ikutan menjadi penonton saja dalam setiap lomba yang diadakan. –gak ada harapan sama sekali-
Sedari kecil aku juga sudah sangat berbakat dalam keaktifan mengikuti kegiatan menjelang Tujuhbelasan. Iya, di negaraku memang lebih terkenal istilah tujuhbelasan daripada 17 agustus. Temen-temen pembaca sudah tahu kan apa itu tujuhbelasan?? Jangan sampai kejadian konyol seperti ini berulang:
X : eh, ayo ikut tujuhbelasan yuk!
Y : ayok! Tapi ngomong-ngomong, tujuhbelasan itu hari apa ya??
X : itu, 17 agustus.
Y : iya, 17 Agustus itu tanggal berapa ya??
X : .....?????!!!!!XKXLJFJDEWDKM
Nah lho, parah kan?? Masak sebagai warga negara indonesia kita gak tahu 17 Agustus itu tanggal berapa?? Kalo gak tahu 17 agustus itu tanggal berapa, wajib dipiara dan dikandangin tuh orang. Masukkan dalam lemari kaca, dan beri tulisan gedhe-gedhe di kacanya dengan kata-kata “Manula”, -Manusia Langka-.
Sedari kecil, aku sudah terbiasa untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan tujuhbelasan. Yang paling sering sih sebagai peserta karnaval, dengan dandanan yang paling gak necis diantara temen-temen yang ikutan. Jika yang lain selalu berdandan dengan penuh keyakinan dalam setiap kegiatan karnaval, tidak demikian halnya dengan aku. Aku dandan menjadi sesuatu yang lumayan banget –lumayan buat digebukin-Yaitu, selalu sebagai atlit olah raga!! Sumpah, enak banget dandan sebagai atlit olah raga ini. Kita sama sekali gak perlu mengeluarkan modal. Karena, sewaktu SD dulu, untuk menjadi atlit olahraga dalam setiap kegiatan karnaval yang dilaksanakan, kita Cuma perlu menyiapkan kaos olah raga (yang dipakai sewaktu pelajaran olah raga), celana pendek (bisa celana olah raga, bisa juga celana sekolah yang berwarna merah atau putih), kaus kaki dan sepatu (keduanya juga dipakai setiap hari kalo lagi sekolah). Nah, selesai deh kita berdandan ala atlit olah raga. Kalo ingin lebih lengkap dikit, bisa bawa raket, bola, ato bed untuk bermain tenis meja itu. Dan Itupun juga hasil pinjeman dari sekolah..
Pakaian Adat, Selalu Dinanti para penonton..

Pakaian Adat 2..

Tentara Mataram

Namun konsekuensinya adalah, dengan dandanan yang sesederhana itu, jangan harap mata para penonton akan tertuju pada kita. Para penonton yang berjajar di pinggir jalan sepanjang jalur karnaval, pasti akan lebih tertarik untuk melihat para peserta yang berdandan dengan modal tinggi seperti mereka yang berdandan ala pakaian daerah, tentara, atau minimal berdandan yang beda dengan yang lainnya lah. Mereka akan berdecak kagum ketika rombongan peserta dengan pakaian adat daerah di indonesia (biasanya di tempatkan pada deretan paling depan dari rombongan karnaval). Mereka akan ternganga menikmati keindahan pakaian yang dikenakan oleh para peserta, sampai terkadang mereka berdecak kagum dibuatnya. Ketika semua rombongan yang bagus-bagus sudah lewat, dan tinggal rombongan yang menggunakan seragam atlit olah raga (biasanya ditempatkan dalam kelompok paling akhir), sebagian besar penonton hampir bisa dipastikan sudah pada bubar. Hanya tersisa sebagian penonton yang masih setia di pinggir jalan. Jangan menyimpulkan kalo mereka tetap disana karena ingin melihat rombongan kami, mereka tetap disana juga mungkin karena lagi shock melihat rombongan yang sangat biasa-biasa saja, sehingga saking shock nya, untuk bergerak saja mereka sudah malas.
Rombongan yang menjadi atlit olah raga, gimanapun menariknya tak akan mampu mengalahkan daya tarik dari mereka yang menggunakan pakaian adat yang bagus-bagus. Jangan harap para penonton akan menoleh pada kita. Kalopun mereka menoleh, pasti dengan gerakan yang tak akan selalu sama, yakni mengelus dada dan spontan mengucapkan “astaghfirullahhal adziiiimmm.... makhluk apa ini ya Allahh... kok ada ya makhluk hemaprodit seperti ini??!!!”.
Dandan Jadi Item -halah- selese kemah langsung gini...

Pemberani... berani selpi sama pocong -jangan dikomen itemnya, baru selese kemah yaaa...

Mungkin satu-satunya cara bagi kelompok yang berdandan menjadi atlit olahraga untuk mendapatkan perhatian para penonton adalah dengan cara selalu tersenyum. Bukan hanya tersenyum, itu pun harus diikuti dengan gerakan-gerakan bernyanyi keras-keras, berteriak-teriak kayak orang kesambet, berguling-guling di jalanan, kemudian buka baju satu persatu, berjoget-joget kekiri dan kekanan dan tak lupa tunjuk-tunjukin tititnya seperti orang gila yang agak waras namun kembali gila lagi setelah kehabisan obat. –jangan ditiru, adegan berbahaya-
Yah, kadang memang kita merasakan dunia ini tak adil. Namun tidak semuanya benar lho. Para peserta karnaval yang memakai baju bagus-bagus, berjalan anggun, pelan-pelan, dan selalu menjadi pusat perhatian para penonton tak selamanya enak. Ada satu waktu ketika para peserta dengan dandanan yang sangat biasa plus gak modal mendapatkan manfaat dari dandanannya. Yakni ketika hari mendung, dan mendadak turun hujan. Mereka yang berdandan sebagai atlit olahraga pasti dengan cepat bisa mencari tempat untuk berteduh, karena mereka tinggal berlari. Bahkan jika perlu, langsung saja berlari pulang. Sedangkan untuk mereka yang berdandan pakaian adat tadi harus minta bantuan orang lain untuk sekedar bisa berjalan cepat. Merka harus mencincing, minta digendong, atau bahkan nangis dulu dan berguling-guling ditengah jalan biar ditolong oleh orang lain biar bisa berteduh. Allah memang maha adil. Disatu sisi Dia memberikan keindahan bagi setiap mata memandang, tapi keindahan itu diwaktu tertentu tak berguna bagi penyandangnya, dan disisi lain Dia memberikan sesuatu yang biasa pada yang lain sehingga tak mampu menarik minat bagi yang melihatnya, namun, sesuatu yang biasa itu sungguh sangat bermanfaat ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. (mantap sekali kata-kataku ya.. hampir nyaingi Bapak Mario Teguh...)
Jadi kesimpulannya adalah, ketika menurut kita, sesuatu tersebut adalah baik, belum tentu hal itu baik, ketika menurut kita itu biasa saja, belum tentu tak ada manfaatnya. Karena Tuhan menciptakan segala sesuatu secara seimbang. Hal-hal yang baik, pasti mempunyai kekurangan, dan sesuatu yang kurang mempunyai pesona, pasti memiliki kelebihan masing-masing..
Back to the topic, -keminggris gayane-. Mungkin dulu, duluuuuuu sekali ketika aku masih menjadi siswa dari sekolah dasarku, para guru begitu sesak dadanya ketika melihat dandanan kami yang dari tahun ke tahun selalu begitu-begitu saja. Tidak kompetitif dan tidak ada perubahan yang signifikan terhadap peserta lain dalam karnaval yang diadakan. Mungkin para guruku dulu menahan-nahan diri untuk tidak memulangkan kami lebih cepat dalam karnaval karena pakaian yang kami kenakan sangat diluar batas kewajaran nalar manusia normal. –pakaian olah raga yang sangat biasa-biasa saja. Bahkan kadang sudah lusuh karena sering dipakai dirumah padahal tidak sedang berolah raga. Maklum lah pakaian multifungsi dan multiguna, selain dipakai untuk pelajaran olah raga, kaos itu pun juga dipakai di rumah untuk bermain, tidur, belajar, dan segalanya. Terkadang malah dipakai buat mandi segala. Jadi wajar lah kalau sampai lusuh gitu-.

Namun sepertinya kesabaran guru-guruku dulu, terbalas dalam era modern ini. Tau gak, karena dulu aku suka memakai pakaian yang biasa aja dalam kegiatan karnaval, maka.... Tuhan membalasnya dengan jalan yang serupa! Anak-anak disekolah yang saat ini aku mengabdi, ternyata juga hobi mengikuti karnaval dengan pakaian seadanyaaaaa.... memang, hidup itu penuh dengan keadilan, apa yang tidak terbalaskan dahulu, mungkin akan terbalaskan saat ini atau nanti.. jadi, selamat hari kemerdekaan ke 70 tahun indonesiaku, terima kasih para pejuang, terima kasih untuk para veteran, dan terima kasih Tuhan yang maha kuasa atas segala rahmat yang telah diberikan dalam memerdekakan negara kami. Salam Olah raga!! –agak nyambung kalo ini.
Anak-anak sekolahku... malah lebih bebas.. hikssss

yang penting kacamata...

Mulung juga ternyata.. hadeeehhh...

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...