Mengenaskan.
Mungkin itulah yang bisa kita katakan ketika melihat perjalanan timnas u23 kita
yang berlaga di Sea Games 2015 Singapura ini. Penurunan prestasi yang sangat
mencolokdapat kita rasakan dicabang sepakbola yang selama ini selalu kering
prestasi di tingkat internasional. Jika dua kali pergelaran Sea Games kemarin (Sea
Games palembang-jakarta 2011 dan Sea Games Myanmar 2013), kita masih mampu
meraih medali perak, namun untuk Sea Games Singapura kali ini untuk merebut
medali perunggu pun kita kesulitan.
Tampil
dengan mengusung harapan dan juga beban yang tinggi (timnas kita dibebani untuk
bisa meraih medali emas pertama semenjak 1991 di cabang sepakbola), para pemain
tak mampu tampil lepas. Di laga perdana mereka ditekuk myanmar dengan skor
mencolok 2-4. Seperti kita tahu, Myanmar adalah lawan yang mereka singkirkan
pada Sea Games sebelumnya, namun di Sea Games kali ini, mereka berbalik
mengalahkan Indonesia. Di laga kedua, ketiga, dan ke empat (masing-masing
melawan Kamboja, Filipina dan tuan rumah Singapura), tim garuda muda tampil
impresif dan memenangkan laga dengan skor 6-1 (Kamboja), 2-0 (filipina), dan
1-0 (Singapura). Namun diatas kertas, ketiga lawan tersebut adalah tim yang
kekuatannya sepadan atau bahkan dibawah level timnas Indonesia. Ketika
berhadapan dengan thailand di semifinal, timnas Indonesia dilumat dengan skor
0-5, dan pada perebutan tempat ketiga, hanya dalam tempo 45 menit (babak
pertama), gawang Indonesia sudah harus kebobolan 4 gol tanpa balas. Dan derita
itu dilengkapi dengan tambahan 1 gol lagi di babak kedua, sehingga margin skor
antara Indonesia dan Vietnam menjadi 0-5. Sangat sulit untuk menerimanya...
Kita
tidak bisa menyalahkan pemain, namun, yang menjadi sorotan masyarakat adalah,
ini merupakan pertandingan terakhir yang bakal dijalani timnas sepakbola Indonesia
sebelum sanksi fifa dicabut. Sangat membuat luka bagi para pemain, dan juga
para pendukung timnas tentunya. Memang, perlu diadakan perombakan total di
tubuh PSSI. Karena masyarakat menginginkan prestasi, bukan hanya bertanding di tingkat
internasional, namun lebih sering kalah daripada menangnya. Belum lagi
kebijakan PSSI yang mengangkat Aji Santoso sebagai pelatih timnas kali ini.
Entah apa alasannya, namun masyarakat masih belum sepenuhnya rela jika timnas
u-19 sang garuda jaya dengan pelatih Indra Sjafri-nya, ditendang begitu saja
dan digantikan oleh sosok pelatih yang belum teruji kredibilitasnya. Maaf
bukannya menjelek-jelekkan Aji Santoso yang sudah bekerja begitu keras guna
mewujudkan impian emas Sea Games yang sudah begitu lama di idam-idamkan oleh
masyarakat Indonesia, namun, gaya main yang diperagakan oleh anak didik aji,
tidak seatraktif ketika timnas u19 garuda jaya dilatih oleh Indra Sjafri. Pola
main yang jelas,daya juang yang maksimal, dan yang tak kalah penting adalah,
pemilihan pemain yang pas bagi setiap posisi yang diinginkan oleh pelatih.
Coba
lihat gaya main timnas u23 sekarang. Tidak ada penguasaan lini tengah, tidak
ada tusukan dari sayap khas Maldini Pali dan tidak ada sprint pantang menyerah
layaknya Ilhamuddin. Di lini tengah, Zulfiandi, Paolo Oktavianus, dan Evan
Dimas Seakan kehilangan Peran seperti di timnas u19 dulu. Memang, di timnas u23
saat ini ada pemain-pemain yang sama dengan mereka yang bermain di u19, tapi
strategi yang diterapkan oleh pelatih, tentunya berbeda, dan banyak
ketidakjelasannya. Ini pula yang membuat Indonesia kehabisan ide ketika
berhadapan dengan lawan yang sepadan. Pola permainan Indonesia di Sea Games
kali ini belum memiliki kejelasan alur, tidak efektif, dan yang jelas sangat
tidak mencerminkan sepakbola Indonesia yang atraktif dengan umpan-umpan pendek
1-2 seperti yang diterapkan oleh anak asuh Indra Sjafri dulu.
Yap,
untuk saat ini, Indonesia memang tengah hancur di sepakbolanya. Namun siapa
tahu? Mungkin saja nanti akan ada perubahan dari pihak kementerian atau
pemerintahan untuk memperbaiki kinerja para pengurus PSSI agar lebih
memperhatikan prestasi daripada pelanggengan kekuasaan dan jabatan. Tulisan ini
hanyalah suara hati yang menginginkan sepakbola Indonesia maju, berprestasi,
dan membanggakan. Tidak ada kepentingan apapun dalam tulisan ini selain
bangkitnya sepakbola Indonesia. Kami rindu pelatih seperti Indra Sjafri, kami
rindu permainan sepakbola atraktif sepertimana diperagakan oleh timnas u-19,
dan tentunya kami masih menyimpan pertanyaan besar kepada PSSI, mengapa Indra
Sjafri diberhentikan dan mengapa Aji Santoso dipertahankan? Rombak PSSI!! Jauhkan
dari politik dan orang-orang yang tidak berkompeten!!
No comments:
Post a Comment