Tuesday, 3 September 2013

Cita-Citaku (Bagian Tiga) = Akhir Yang Tragis



 bagi yang belum membaca Seri Sebelumnya, silahkan membaca disini nih...
Untuk yang belum baca Bagian Pertama, silahkan datang disini ajah...
 
Jam 3 sore, aku kembali lagi kerumah embah. Seperti biasanya, ketika tiba disana aku berteriak-teriak seperti orang sarap yang baru saja kehilangan sandal bututnya.
“Pamaaaannnn....”
Tak ada sahutan.
“Pamaaaannnnnnnnn....!!!!” teriakku lebih keras lagi.
Masih tak ada sahutan apapun.
“Pamaaaaannnnn..............!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” kali ini jauh lebih keras lagi. Jika yang pertama dan kedua masih ada nada dasarnya, yakni di C kress dan C-bol, maka di teriakan ketiga sama sekali gak ada nada yang bisa menyamainya. Murni teriak-teriak khas orang gila yang mau disunat.
Cerianya Anak Kecil... (pict from Yunia Supratiwi)

Masih tetep gak ada jawaban. Aku penasaran, apakah gerangan yang terjadi sehingga rumah embah terlihat sepi tanpa ada tanda-tanda kehidupan. Memang, Embah gak ada dirumah, dan bisa kupastikan, embah pasti lagi ngegosip dirumah tetangga. Walaupun sudah uzur, tapi jiwa muda dari embahku tetap terjaga lho. Update sinetron selalu diikuti, dan juga berita-berita tentang selebritis pun gak kalah tahunya sama yang muda-muda.
Celingak-celinguk, tolah-toleh gak ada orang. Semua kamar terbuka, kecuali satu kamar.. kamarnya pamanku!!! Apa yang terjadi?? Apakah pamanku disekap dikamarnya sendiri?? Apakah pamanku diculik oleh orang yang gak punya tempat untuk menyekapnya sampai-sampai harus menggunakan kamar paman untuk menawannya?? Tanpa pikir panjang, aku langsung bertindak. Pintu kamar paman aku pukul-pukul, dan aku tendang-tendang sambil teriak-teriak memanggil paman.
Brak!! Brak!! Brak!!! Jedhug!! Jedhug!! Jedhug!!! Dog!! Dog!! Dog!! Aku membabi buta dalam memukul, menendang, dan mendobrak-dobrak pintu kamar paman.
Sampai akhirnya aksiku terhenti.....
Kriieeeettttt........
Suara pintu kamar pamanku dibuka, dan sesosok kepala melongok keluar melihat tingkahku. “ada apa heh?? Huuwwaaaaaahhhhhhh...” paman bertanya dengan uap-an yang lumayan panjang. Sepertinya dia kecapekan, dan tidur dikamarnya. Dengan keluarnya paman dari dalam kamar, maka ada 2 hal yang melegakanku.
1.     Hipotesisku tentang penculikan paman ternyata salah besar, dan besar salahnya, dan.
2.    Kesempatan bagiku terbuka lebar untuk bertanya tentang cita-cita apa yang terbaik untuk aku ketika besar nanti..
“heh! Ada apa??” ulang pamanku. “ganggu orang lagi bubuk aja..”. paman menggerutu, dan wajah sebal mulai nampak. Sebagai keponakan yang tahu kondisi, maka aku pun bertanya dengan singkat, padat dan jelas.
     “Cuma mau bertanya..”
     “apa???”
     “cita-cita yang bagus untukku apa ya??”
     “hem??? Hooooaaaaaammmmmmm!!” menjawab dengan tambahan menguap lagi.
     “apa??”
     “cita-cita paman.. untuk aku..”
     “hhooooaaaammmmm... kalo ditanya cita-cita, bilang aja ma gurumu... hooooaaaammmmmm.... bilang cita-citamu menjadi ibu rumah tangga ato hooooaaaammmmmmm.... Koordinator PKK....”
     “udah ah, aku mau tidur lagi..” paman berlalu dengan wajah manyun masih menghiasi raut mukanya. Tampaknya aku telah mengganggu waktu istirahatnya.
Jleb!!! Pintu kamar paman ditutup. Aku terpaku merenungkan jawaban yang diberikan oleh paman. Yaaa... 2 cita-cita sekaligus. Menjadi ibu rumah tangga, atau koordinator PKK. Pasti wali kelasku akan bangga denganku besok ketika aku memberitahukan cita-cita yang ingin aku capai nanti ketika dewasa.
Xixixixixixi


               Keesokan harinya, tampaknya kelas sudah tak sabar lagi untuk mendengar jawabanku tentang cita-cita. Merasa paling pintar sendiri, aku dengan yakin menantikan pertanyaan dari wali kelasku. Untuk beberapa saat, aku menahan diri untuk tidak menarik perhatian kalo aku ingin sekali ditanyai tentang cita-citaku. Sampai akhirnya, waktu yang aku tunggu pun tiba. Aku ditanyai oleh wali kelasku. Yaa, akhirnya aku ditanyai oleh wali kelasku yang berkenaan dengan cita-cita.
               ‘’gimana fuad?? Sudah mendapatkan cita-cita yang sesuai untukmu??”
               “sudah bu!” aku jawab dengan jawaban yang singkat, padat, jelas, plus mantap.
               “apa coba??”
             “nanti, jika aku besar, aku pengen menjadi ibu rumah tangga sekaligus koordinator PKK!!”
               “Ha!!!!???” pekik tertahan dari wali kelasku membuat aku sedikit ragu dengan cita-cita yang dianjurkan oleh pamanku kemarin.
               “darimana kamu dapat cita-cita itu??”
               “dari paman bu..”
               “bener pamanmu bilang kayak gitu??”
Aku semakin merasa ragu dengan cita-cita yang dipilihkan paman untukku.
               “pengen jadi ibu rumah tangga??”
Aku hanya mengangguk kecil.
               “dan koordinator PKK??”
Aku Cuma bisa meringis. Tampaknya, aku salah lagi dalam mengucapkan cita-citaku..
Untuk menghindarkan diriku dari tindakan tuduhan yang pasti akan semakin membuatku kehilangan gender dan kehormatanku sebagai cowok, aku pun menceritakan semuanya. Tentang paman, tentang cita-cita darinya, dan semuanya.
               Mendengar ceritaku, wali kelasku tak bisa menahan tawa yang semula ditahan dengan sekuat tenaga. Dan setelah tawanya mereda, diterangkannya padaku..
               “ibu rumah tangga itu untuk cewek.. untuk ibu-ibu yang kerjaane dirumah, mengurusi rumah...”
Ibu Rumah Tangga....

Karena aku termasuk anak yang relatif pintar, maka aku pun segera mengambil kesimpulan, siapa itu yang dimaksud dengan ibu rumah tangga. Dengan keterangan yang diperoleh dari wali kelasku, aku menyimpulkan, ibu rumah tangga adalah ibu-ibu pengangguran yang kerjaannya menggosip dirumah tetangga sambil kadang-kadang petan (mencari kutu rambut).
               “sedangkan koordinator PKK, atau PKK, itu kumpulan ibu-ibu yang sering melakukan kegiatan bersama-sama...”
               Aku gak mendengarkan keterangan wali kelasku sampai selesai, karena dipikiranku yang sudah sangat bingung dengan yang namanya PKK terus-terusan berfikir, tentang apa itu PKK. Berbekal keterangan yang gak lengkap dari wali kelas, aku menyimpulkan dengan seksama bahwa PKK adalah kelompok ibu-ibu ato wanita yang sering melakukan kegiatan bersama-sama. Dan, demi mendengar hal itu, aku menjadi ingat dengan para ibu yang sering bareng-bareng pindahan tempat kegiatan. Jadi, gak mungkin salah lagi, pasti PKK adalah singkatan dari Perempuan Kesana Kemari!!. Benar-benar super sekali pemikiranku sebagai orang yang cenderung pintar...
               “........ jadi, cita-cita yang kamu sebutkan tadi, itu juga untuk para wanita.. dan sekali lagi, kamu gak bisa bercita-cita untuk menjadi ibu rumah tangga atau koordinator PKK, karena kamu laki-laki.. paham??”
               “iiiyyyyyaaaaaaaaaa”. Aku tergagap sambil mengucapkan kata iya. Hanya itu jalanku untuk selamat dari pertanyaan yang mungkin saja akan dilontarkan gara-gara aku salah dalam menentukan cita-citaku (lagi), eh, ralat, bukan cita-citaku, tapi cita-cita pamanku mungkin. Kan bukan aku yang nentuin dan memilihkan dua cita-cita itu.. hari itu hatiku benar-benar hancur. Bukan karena apa-apa, tapi karena aku dikibuli sama pamanku!!
              *catatan : sangat berbahaya jika anda bertanya disaat waktu yang tidak tepat. Seperti yang aku alami, ketika bertanya saat pamanku sedang mengantuk berat. Jawaban yang diberikan terkadang menjerumuskan dan terkadang tidak bisa dipercaya. Jika anda membutuhkan bukti, maka akulah bukti hidupnya.
Ciyusssss????

               Semenjak kejadian itu, aku semakin selektif dalam menentukan cita-cita apa yang palin tepat untuk aku capai. Banyak cita-cita yang menurutku bagus, datang silih berganti, namun semuanya tidak diperbolehkan untuk aku jadikan sebagai target pencapaian. Hal yang masih aku ingat adalah selepas terlarangnya aku untuk menjadi seorang polwan, wanita karier, ibu rumah tangga, dan koordinator PKK, cita-cita lain yang pernah datang kepadaku adalah keinginanku untuk menjadi seorang pramugari, wartawati, dharma wanita, dan lainnya lupa. Bahkan karena sekarang ini lagi musim dengan girl band, aku sempat berkeinginan untuk menjadi anggota dari AKB48 atau minimal menjadi anggota dari JKT48. Sampai akhirnya, aku menemukan jika jiwaku ternyata ingin menjadi seorang pendidik. Jadi, aku pun mengejar tujuanku itu hingga sekarang. Dan alhamdulillah, ketika aku mengutarakan cita-citaku sebagai seorang guru, semua pihak yang dulu selalu menentang cita-cita yang ingin aku capai, berbalik menjadi pendukung dan penyemangat.. yah, siapa tahu?? Sekarang menjadi guru, nanti muncul lagi cita-citaku untuk menjadi seorang peragawati atau wartawati.... yah... siapa tahu??
Cita-Cita Terselubung... menjadi anggota AKB48...

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...