Cerita Sebelumnya ada disini....
Mungkin
momen terbaik yang pernah aku jalani ketika bermain sebagai pefutsal (anggap
aja futsall sama dengan sepakbola) adalah ketika bertanding mewakili jurusan di
piala UKM Bidang Olah raga. Sebanyak 32 tim bertanding dengan sistem gugur. Kejuaraan
intern kampus ini diadakan setahun sekali, dan momen terbaik terjadi pada tahun
2007. Ketika itu, setelah diadakan undian, pada fase awal tim kami berhadapan
dengan Tim dari Fakultas Teknik, dari kelas Teknik Perangkat Lunak. (tahu gak
pemain tim kami siapa aja?? Yups! Gak salah lagi. Pemainnya adalah para kampret
yang tergabung dalam genk Andrea, yakni aku, Mael, Patria, Tukim, mbah Jan,
ditambah dari kelas lain seperti Simon, Imam, dan Mael. *memang ada 2 Mael
dalam tim kami, tapi Mael yang bukan anggota genk Andrea penampilannya jauh
lebih ganteng dan lebih keren daripada Mael yang jadi anggota genk).
Pada
pertandingan pertama itu, dengan pemain inti aku, Mael jelek, Patria, Simon,
dan Mbah Jan, masuk ke lapangan pertandingan dengan sangat tidak meyakinkan.
Kalo aja temen-temen pembaca pada waktu itu hadir, mungkin akan ngakak dan
berguling-guling menahan tawa melihat penampilan kami yang sangat mementingkan
gaya daripada skill bermain. Kami lebih mirip rombongan singa laut yang tengah
menikmati pertunjukan yang dia lakukan. Bayangkan, ditengah sorak sorai
penonton yang membahana, kami masih saja melakukan hal-hal gila yang membuat
para audiens ingin segera membakar kami hidup-hidup. Ketika tim lawan sedang
tegang dan serius mengamati kedatangan kami sebagai musuh tandingnya, kami
malah sangat santai. Kami masuk lapangan dengan gerakan ber-dadah-dadah yang
semakin membuat panonton menggila. Mail masuk pertama kali ke lapangan dengan gaya
mantap melambai-lambaikan tangan, Tukim masuk lapangan dengan menebar senyuman,
mbah Jan masuk dengan gaya seperti kiper profesional, yakni lari kekiri lari
kekanan, dan yang terakhir masuk adalah aku bareng Patria. Aku hanya
senyum-senyum membayangkan berada di stadion Gelora Bung Karno, sedangkan
patria... hemmm... dia masuk sambil menebar cium-cium jauh ke seluruh sudut
penonton sambil bilang “I love you too... i love you too.. i love you too...
thak you... thank you..” (padahal gak ada satupun penonton yang bilang I love
you pada kami. Apalagi pada patria. Benar-benar obsesi jadi artis). sembari
bilang gitu, sun jauhnya melayang dari bibir ke arah penonton yang pastinya
jijik jika beneran dapat sun jauhnya si Patria.
Tsania 11 |
Zlatan Izmailovic 8 |
Patria Choy Vichiz 7 |
Komposisi
pemain yang diturunkan pada pertandingan pertama melawan Tim FT TPL waktu itu
adalah Mbah Jan (Kiper – kostumnya tak bernomor), Mael Jelek (Belakang-nomor
kostum 8, dimirip-miripin dengan nomor kostumnya Zlatan Ibrahimovic yang waktu
itu bermain untuk Inter Milan), Simon (Belakang-nomor kostum 6), Aku
(Tengah-Gelandangan-Playmaker dengan nomor kostum 11), dan Patria (penyerang
dengan nomor kostum kebanggaan 7). Sebuah komposisi yang sangat tidak merupakan
komposisi impian. Dan sebelum pertandingan dimulai, diadakan undian untuk memilih
bola atau tempat. Dengan segera, meskipun teman-teman tidak menunjukku, aku
langsung bergegas ke garis tengah dan bertindak sebagai kapten. Mumpung ada
kesempatan, walo gak jadi kapten timnas Indonesia, jadi kapten tim futsal juga
gak apa-apalah. Namanya juga sama-sama kapten. heee...
Pertandingan
pun dimulai. Kami bermain sama-sama ngotot dan terjadi beberapa kali
pelanggaran. Momen terbaikku akhirnya muncul juga. Mendapatkan bola dari sisi
kanan, aku melepaskan tendangan keras ke arah gawang (musuh! Bukan gawangku
sendiri!). bola melaju dengan keras. Mulutku komat-kamit berharap itu menjadi
gol.. bola terus melaju.. menuju ke gawang.. dan.... tapppp!!! Bola ditepis
oleh penjaga gawang. Penonton kecewa dan memberikan suara
“ooooooooooowwwwwwwww” seperti di pertandingan beneran di tipi-tipi. Sial!
Tendanganku hanya menghasilkan sepak pojok!! Mael Jelek segera ke sudut dan
mengambil sepak pojok untuk tim kami. Seluruh pemain musuh turun bertahan. Mael
mulai bersiap mengambil tendangan. Aku berusaha masuk ke tengah-tengah para
pemain musuh. Dari isyarat yang diberikan, mael menandakan akan mengirimkan
bola bawah. Dan Bug.. bola ditendang mendatar. Aku yang ada dalam kepungan para
pemain musuh sudah putus asa. Yang aku lakukan hanya menjulurkan kaki kiriku
dan memejamkan mata. Aku tak tak peduli apa yang akan terjadi nanti. Yang aku
tahu, aku bener-bener merem ketika mael
mulai menendang bola ke kerumunan depan gawang musuh. Tiba-tiba...
GOOOOLLLLLLL!!!!! Para penonton berteriak menandakan gol telah terjadi. Aku
buka mata kiriku, kulihat memang bola tergeletak disudut gawang. Aku buka mata
kananku biar lebih yakin. Iya, memang gol!! Tapi siapa yang mencetak gol??
Belum sempat keherananku hilang, punggungku ditepuk oleh teman-teman setim.
“Bagus Kong!! Masuk!!”. Aku masih bengong dengan penuh rasa tak percaya. Aku
yang masukin?? Aku lihat-lihat sekeliling. Terlihat teman-teman setimku gak ada
yang merayakan gol itu. Berarti, kemungkinannya adalah, aku yang masukin! Setelah
yakin kalo aku yang masukin bola ke gawang, dengan didahului bengong yang cukup
lama, aku akhirnya berteriak.. “GGOOOOOLLLLLLLLLLLL!!!” dan berlari merayakan
gol yang kucetak seperti para pemain yang sering aku lihat di tipi. Biar mereka
yakin, kalo aku mencetak gol karena kerja keras dan skill ku, bukan karena
keberuntungan. (mungkin Cuma aku satu-satunya orang didunia yang mencetak gol
dengan cara merem dan Cuma menjulurkan kaki kiri di depan gawang musuh...).
sementara itu penonton berteriak-teriak tak karuan. Tapi intinya adalah satu kalimat..
“Telat Kang Ngerayainnya...”
Setelah
mencetak gol itu, permainan menjadi semakin keras dan brutal. Berkali-kali kami
bergulingan, saling dorong, dan saling jegal. Sampai akhirnya, gak sampai 5
menit setelah mencetak gol pertama tadi, aku yang sedang membawa bola dari sisi
kanan, mendapatkan sebuah injakan di kaki kiriku. Sebuah injakan yang aku gak
tahu apakah disengaja ataukah tidak. Tapi efeknya sangat luar biasa. Aku harus
minta diganti karena pergelangan kaki kiriku rasanya cekot-cekot dan cenit-cenit.
Dengan agak pincang-pincang, aku keluar dari lapangan, digantikan oleh imam.
Gak tahu dapat inspirasi darimana, sepeninggalku teman-teman malah main lebih
kesetanan. Dengan lapangan tengah dipegang oleh imam (yang ternyata permainannya
jauh lebih kreatif daripada caraku bermain), permainan kami jadi lebih hidup.
Jika waktu aku bermain hanya menghasilkan 1 gol saja (itu pun dengan
keberuntungan tingkat tinggi), maka selepas aku keluar lapangan, timku berhasil
memasukkan 3 gol lagi. Meski dibalas 1 gol oleh tim FT TPL, namun kemenangan
4-1 tak tergoyahkan. Patria dengan kegilaannya berhasil memasukkan 2 gol, dan
satunya lagi dicetak oleh imam dari spesialisasinya yakni tendangan jarak jauh.
Yahhh!! Kita menang dipertandingan pertama dan berhak masuk ke 16 besar!!
Begitu pertandingan selesai, aku dan anggota lain dari Genk Andrea segera
berhamburan ke tengah lapangan. Kami berpelukan dan merayakan kemenangan kami..
Pertandingan
kedua, kami berhadapan dengan tim dari kelas bahasa Indonesia. Masih dengan gaya
yang sama, kami masuk lapangan. Kami sadar, kami semakin digila-gilain sama
para penonton. Buktinya adalah ketika kami masuk lapangan, para penonton
berteriak “Gila!! Gila!! Gila!!”. Itu kan buktinya para penonton sangat
menggila-gilain kami. Dalam pertandingan itu, komposisi yang dimainkan masih
sama. Yakni aku, Mael Jelek, Mbah Jan, Simon, dan Patria. Bertindak sebagai
kapten yang ilegal dan tak dikehendaki adalah aku. Xixixi. Dalam pertandingan
itu, karena masih belum bener-bener 100% sembuh, maka lagi-lagi aku gak bisa
maen lebih dari 5 menit. Untuk kedua kalinya aku digantikan oleh Imam. Ketika
aku keluar lapangan, kedudukan masih sama kuat, 0-0. Eh, begitu Imam masuk,
permainan jadi berubah dan menjaringkan 2 gol lewat Imam dan Patria. Meski
sempat disamakan menjadi 2-2, tapi pada adu tendangan penalti, tim kami
akhirnya keluar sebagai juara. Kami berhak untuk maju ke babak 8 besar!! Sebuah
prestasi yang membanggakan karena komposisi tim kami terdiri dari para pemain
yang cenderung aneh..
4 Andrea... |
Chacik Mbot, Mael Mbot, Fitri Mbot... |
Pertandingan
selanjutnya adalah pertandingan di babak 8 besar. Tim yang kami hadapi waktu
itu adalah tim kuat yang merupakan perwakilan dari anak-anak ekonomi. Berbeda
dengan yang sebelumnya, pada saat itu, pemain yang diturunkan tidaklah sama
dengan pertandingan sebelumnya. Demi efektifitas permainan, pada pertandingan
ketiga tersebut, pemain yang diturunkan adalah Mael Jelek, Imam, aku, Tukim,
dan Mael Ganteng. Patria yang pada dua pertandingan sebelumnya menggila, tidak
bisa hadir tepat waktu karena harus menyelesaikan urusan utang piutangnya dulu.
Patria harus ngumpet dulu karena sudah diuber-uber sama penagih hutang
gara-gara gak bisa ngelunasin utangnya sesuai dengan tanggal yang telah
ditetapkan. Bertindak sebagai kapten, masih tetep seorang pemain ganteng bernomor
punggung 11 yang pada kostum tandingnya tertulis nama “Tsania”. Permainan pun
dimulai. Entah kesurupan jin penunggu daerah mana, kami bermain sangat buruk
pada pertandingan ketiga ini. Aku menduga, mbah jan yang bertindak sebagai
kiper pasti telah disuap dengan sebungkus nasi rames ditambah tempe sambel yang
dibeli di mbak-mbak penjual nasi didepan kampus yang sering jadi langganan kami
ngutang. Mainnya sangat jelek. Tiap ada yang nendang bola ke arahnya, pasti
masuk. Kiper macam apa dia?? Gayanya aja sok-sokan jadi kiper profesional.
Dikasih bola lambung masuk, dikasih bola datar masuk, dikasih bola menyusur
tanah, juga masuk. Kiper macam apa dia itu?? Alhasil, diakhir kisah, dalam
pertandingan ketiga di babak 8 besar
itu, kami harus pulang dengan skor tipis, 8-2!!! Benar-benar tipis!! (Tipis
dengkulmu!!)
Semenjak
kekalahan yang terjadi pada tahun 2007 itu, aku sebagai kapten yang baik (meski
para anggota tim gak pada rela aku yang jadi kapten timnya) memutuskan untuk
memikirkan kembali cita-citaku untuk menjadi pemain sepakbola timnas. Demi
terlihat seperti kapten yang bertanggungjawab, aku memutuskan juga untuk tidak
lagi bermain sepakbola ataupun futsal. Sisi baiknya dari peristiwa pembantaian
tim kami 8-2 oleh tim anak-anak ekonomi yang akhirnya menjadi juara itu adalah,
aku sepenuhnya sadar, aku gak bisa menjadi pemain timnas Indonesia. Selain
kualitas yang gak mumpuni, juga karena pasti nanti akan mempermalukan nama
bangsa dan negara jika pemain yang bertanding kualitasnya seperti aku.
Bisa-bisa menpora akan malu kalo berkunjung ke negara lain gara-gara sering
kalah gedhe.
Pengalaman
terakhirku ketika bermain sepakbola adalah ketika memperkuat tim Guru di Hari
jadi PGRI tahun 2012 kemarin. Terhitung, sejak 2007, aku baru main bola lagi
untuk pertama kali setelah 5 tahun vakum. Tau gak, di pertandingan itu, aku
jadi starter lho. Aku main sejak awal. Tapi, seperti biasanya juga yang aku
alami dulu-dulu, baru 5 menit bermain, sudah ngos-ngosan dan digantikan oleh
pemain lain. Memang, nasib tak bisa membohongi. Jika sudah berteman dengan yang
namanya bangku cadangan, maka harus baik-baik sama bangku cadangan...ah,
ngomong apa sih ini. Kesimpulannya adalah, aku gagal menjadi pemain Timnas
Sepakbola Indonesia, dan Indonesia beruntung aku gak jadi pemain Timnasnya.
Gitu aja kok mbulet.. udah ah, capek. Mending ngetik-ngetik yang lainnya lagi
aja. Untuk sepakbola, cukup sampai disini. Thathaaaaaaa........ salam olah
raga!!
No comments:
Post a Comment