Wednesday 10 April 2013

Risalah Patah Hati : Bersyukur


TINGKAH PARA PENDERITA
Patah Hati Membuat Seseorang Lebih Berbahagia Hanya Dengan Memandanng Sang Pujaan dan Mensyukuri Apa Yang Dihadapi
          Beda lagi dengan yang dialami si Leles. Teman baikku di eSeMaA juga. Kalo Agus patah hatinya waktu kelas 1, maka, leles patah hati ketika kelas 2. Sebagai seorang cowok kelas 2 yang merasa dirinya keren, Leles pun dengan pedenya TePe-TePe kepada adik tingkat kelas 1. Sampai suatu hari dia cerita, kalo dia ketemu dengan seorang adik tingkat, dan (katanya juga) hatinya deg-deg serrr dibuatnya. Maka jurus-jurus pedekate pun dilancarkan. Karena waktu itu belum musim hape, maka jalan langsung pun dia lakukan. Dia samperin tu cewek, dan mengajaknya kenalan secara langsung. Yups, selama seminggu lebih dia pedekate-pedekatean dengan adik tingkatnya itu. Sampai suatu hari, dia nyamperin aku dikelas (kelasku dan kelasnya leles beda, dulu aku kelas 2.2, sedangkan leles kelas 2.3). “ngak, buatin surat cinta dung”. 



“Kenapa mesti aku lagi sih ndes??” –nick name dari leles adalah Bondes
“biasane kan emang dirimu yang bagian mengarang bebas ngak.. mau ya, mau ya, mau ya...” (sambil kedip-kedipin mata. Tau gak sih si leles ini? Kedipan matanya malah bikin aku mau muntah tauk). Belum sempat aku menjawab, dia menimpali, “kalo suratnya jadi, ntar tak traktir mi ayam di depan masjid Pamotan.. oce??”. Demi mendengar kata “Mi Ayam”, aku langsung menyanggupinya dan kujanjikan besok bisa dia ambil suratnya.
          Keesokan harinya, surat pun diambil, dan dengan semangat yang membara (api kali ya...), dia menuju ke kelas 1 untuk memberikan surat itu. Ntah apa yang dikatakan dia sewaktu memberikan surat itu kepada gebetannya, namun waktu kembali kepadaku, senyum cerah menghiasi bibirnya.
          Permasalahan baru timbul ketika keesokan harinya dia menyodorkan selembar surat dengan mimik wajah yang sangat memelas. Kubaca surat itu... intinya.. dia DITOLAK!!! Mati aku.. surat cinta yang tak bikin kok ya ditolak terus toh?? Akhirnya setelah berunding sejenak dengan anggota GPPH, kami sepakat untuk mengantar leles ketemu dengan cewek yang menolaknya itu. intinya, kami menginginkan konfirmasi langsung mengapa Leles ditolak dan apa alasannya menolak cowok se-unyu dia. 

          Setelah melalui pertemuan yang alot, dan tidak kupahami apa sebenarnya alasan yang disampaikan (karena memang tempatku rada jauh dari mereka), kami pun balik. Agus sebagai senior patah hati mebesarkan hati leles, dan semakin yakin kalo cewek adalah racun dunia (waktu itu changchuters belum terkenal lho). Sambil berjalan menuju kelas kami, leles berkata padaku “walo ditolak, tapi hatiku ayem ngak, setiap hari masih bisa melihat dia. Walo gak bisa jadi milikku, aku sudah senang kok..”. aku tersenyum mendengar kata-kata sahabatku yang terjangkiti sindrom patah hati ini.
          Tapi, harap tinggallah harap, dan keinginan terkadang tidak sejalan dengan kenyataan. Walo dia sudah bahagia hanya dengan melihat sang pujaan hati, tapi kenyataan lain harus dia terima. Selang beberapa waktu kemudian, cewek yang ditaksir sama Leles pindah sekolah. Sungguh sangat mengenaskan baginya... (kadang-kadang aku mikir, apa mungkin si cewek pindah sekolah gara-gara ditaksir sama leles ya??). Hingga berita ini ditulis, leles tidak pernah beralih ke lain hati. Karena kisah cintanya hanya berputar antara siklus Naksir-Pedekate-Nembak-Ditolak-Patah Hati-.......Naksir-Pedekate-Nembak-Ditolak-Patah hati-..... Naksir-Pedekate-Nembak-Ditolak-Patah Hati. Begitu seterusnya.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...