CHAPTER V
UNFORGOTABLE
(TAK TERLUPAKAN)
Masalah
per-kentut-an, aku menjadi ingat dengan salah satu guru mata pelajaran di
sekolah kami yang memasuki ruangan tempat kami belajar. Aku ingat-ingat, selama
seminggu ini. Terlepas dari Masa Orientasi Siswa yang kami jalani, selama
seminggu ini pula ada beberapa bapak ibu guru yang masuk ke kelas kami. Yang
pertama masuk waktu itu adalah Pak Eko Daryoto, yang belakangan aku ketahui
sebagai guru fisika. Tidak ada kesan apa-apa saat bertemu dengan beliau ini.
Itu semua karena satu hal, aku sangat lemah dalam pelajaran berhitung.
Hehehehe..
Guru
kedua yang aku ingat adalah pak Cahyo Purnomo. Guru BeKa. Pertama yang aku
lihat kesannya sangat serius. Dan ternyata kesan pertama tidak menentukan
perjalanan selanjutnya. Karena selama tiga tahun itu, Pak Cahyo lah yang
menjadi salah satu guru Pembina dan tempatku berbagi masalah. Heeee….
Leles Bermetamorphis |
Dan
yang paling seru adalah, ketika kelasku dimasuki oleh Ibu Rita Damayanti yang
pada waktu itu mengampu pelajaran bahasa Indonesia. Dan kesan pertama sangatlah
menggoda. Bukan denganku sih. Tapi dengan Leles yang imut-imut itu. Seperti
biasa, saat jeda pelajaran, aku dan Leles ngobrol masalah macem-macem. Yang
diomongin ya jelas saja cewek. Apalagi tepat di bangku sebelah, bercokol sesosok
cewek yang berkulit putih bersih dan berkedudukan dari gunem bernama Yuni Puji
Lestari. Ternyata diam-diam dia dilirik-lirik oleh Leles (maklum, masa-masa
awal sekolah. Jadi pandangan-pandangan pertama harus dilepaskan untuk mencari
sinyal-sinyal keberadaan kaum cewek).
Tiba-tiba….
Bau
aneh tercium. “kentut!! Kentut!! Ada yang kentut!! Huwwweeeekkk!! Ambune gak
enaaakkk!!” Tanpa komando apa-apa, Ahmadi dan Luthfi, yang duduk dibelakang
kami berteriak. Aku tersadar. Ternyata bau tidak enak itu berasal dari benda
tanpa wujud hasil ekstraksi tenaga dalamnya Leles. Ku tengok dia, dan… hanya
nyengir saja yang aku dapatkan dari dia. “Sori Ngak, kelepasan. Udah gak tahan
tadi.. heee”. Okelah tak apa-apa. Lagian juga baunya juga pasti hilang kok.
Meski dalam beberapa menit hilangnya. Sungguh siksaan yang sangat luar
biasa ketika kami harus menahan nafas sambil menantikan udara tidak sehat dari
Leles itu menghilang ditelan angin.
Dan dunia pun kembali berjalan normal ketika bau yang membakar paru-paru itu
hilang. Segera aku tarik nafas dalam-dalam untuk menyegarkan udara di paru-paru
dan system pernafasanku yang terkontaminasi gas emisi karbonnya si Leles.
“Tiiiiiiiiiiiitttt”
tiba-tiba terdengar suara aneh lagi. Dan aku segera sadar dengan keadaan
sekitar. Keselamatanku terancam dengan kiriman tahap kedua tenaga dalam dari
Leles. Dan lagi-lagi, teman-teman disekitar berteriak-teriak dalam menyambut
shodaqoh dari Leles ini (pasti karena saking gembiranya mereka dalam menerima
hadiah gratis dari Leles. hahaha).
Kulihat lagi dia, dan sekali lagi nyengir aku dapatkan darinya.
“Sori lagi Ngak. Tadi
udah coba tak tahan. Kamu denger sendiri kan suarane yang lebih halus daripada
biasanya?? heee” Tanpa merasa berdosa, dia menjelaskannya padaku. Aku ingin
marah, namun aku urungkan karena dari balik pintu, aku lihat seorang Guru
wanita yang usianya masih lumayan muda. Belakangan aku tahu, beliau bernama Bu
Rita Damayanti, dan mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia...
No comments:
Post a Comment