TINGKAH PARA PENDERITA
Patah Hati Membuat Seseorang Lebih Berbahagia Hanya
Dengan Memandanng Sang Pujaan dan Mensyukuri Apa Yang Dihadapi
Beda
lagi dengan yang dialami si Leles. Teman baikku di eSeMaA juga. Kalo Agus patah
hatinya waktu kelas 1, maka, leles patah hati ketika kelas 2. Sebagai seorang
cowok kelas 2 yang merasa dirinya keren, Leles pun dengan pedenya TePe-TePe
kepada adik tingkat kelas 1. Sampai suatu hari dia cerita, kalo dia ketemu
dengan seorang adik tingkat, dan (katanya juga) hatinya deg-deg serrr
dibuatnya. Maka jurus-jurus pedekate pun dilancarkan. Karena waktu itu belum
musim hape, maka jalan langsung pun dia lakukan. Dia samperin tu cewek, dan
mengajaknya kenalan secara langsung. Yups, selama seminggu lebih dia
pedekate-pedekatean dengan adik tingkatnya itu. Sampai suatu hari, dia
nyamperin aku dikelas (kelasku dan kelasnya leles beda, dulu aku kelas 2.2,
sedangkan leles kelas 2.3). “ngak, buatin surat cinta dung”.
“Kenapa mesti aku lagi sih ndes??” –nick name dari leles adalah Bondes
“biasane
kan emang dirimu yang bagian mengarang bebas ngak.. mau ya, mau ya, mau ya...”
(sambil kedip-kedipin mata. Tau gak sih si leles ini? Kedipan matanya malah
bikin aku mau muntah tauk). Belum
sempat aku menjawab, dia menimpali, “kalo suratnya jadi, ntar tak traktir mi
ayam di depan masjid Pamotan.. oce??”. Demi mendengar kata “Mi Ayam”, aku
langsung menyanggupinya dan kujanjikan besok bisa dia ambil suratnya.
Keesokan
harinya, surat pun diambil, dan dengan semangat yang membara (api kali ya...),
dia menuju ke kelas 1 untuk memberikan surat itu. Ntah apa yang dikatakan dia
sewaktu memberikan surat itu kepada gebetannya, namun waktu kembali kepadaku,
senyum cerah menghiasi bibirnya.
Permasalahan
baru timbul ketika keesokan harinya dia menyodorkan selembar surat dengan mimik
wajah yang sangat memelas. Kubaca surat itu... intinya.. dia DITOLAK!!! Mati
aku.. surat cinta yang tak bikin kok ya ditolak terus toh?? Akhirnya setelah
berunding sejenak dengan anggota GPPH, kami sepakat untuk mengantar leles ketemu
dengan cewek yang menolaknya itu. intinya, kami menginginkan konfirmasi
langsung mengapa Leles ditolak dan apa alasannya menolak cowok se-unyu dia.
Setelah melalui pertemuan yang alot,
dan tidak kupahami apa sebenarnya alasan yang disampaikan (karena memang tempatku rada jauh dari
mereka), kami pun balik. Agus sebagai senior patah hati mebesarkan hati leles,
dan semakin yakin kalo cewek adalah racun dunia (waktu itu changchuters belum
terkenal lho). Sambil berjalan menuju kelas kami, leles berkata padaku “walo
ditolak, tapi hatiku
ayem ngak, setiap hari masih bisa melihat dia. Walo gak bisa jadi milikku, aku
sudah senang kok..”. aku tersenyum mendengar kata-kata sahabatku yang
terjangkiti sindrom patah hati ini.
Tapi,
harap tinggallah harap, dan keinginan terkadang tidak sejalan dengan kenyataan.
Walo dia sudah bahagia hanya dengan melihat sang pujaan hati, tapi kenyataan
lain harus dia terima. Selang beberapa waktu kemudian, cewek yang ditaksir sama
Leles pindah sekolah. Sungguh sangat mengenaskan baginya... (kadang-kadang aku
mikir, apa mungkin si cewek pindah sekolah gara-gara ditaksir sama leles ya??).
Hingga berita ini ditulis, leles tidak pernah beralih ke lain hati. Karena
kisah cintanya hanya berputar antara siklus Naksir-Pedekate-Nembak-Ditolak-Patah
Hati-.......Naksir-Pedekate-Nembak-Ditolak-Patah hati-.....
Naksir-Pedekate-Nembak-Ditolak-Patah Hati. Begitu seterusnya.
No comments:
Post a Comment