Detik
berganti, dan waktu pun semakin mendekati dengan keberangkatan kami. Dengan
suasana ogah-ogahan, aku memutuskan untuk memilih baju berwarna biru. Kiranya ini
aku lakukan karena pada saat itu aku memakai kaos yang berwarna biru pula. Dan
selanjutnya adalah pemilihan beha yang akan aku kenakan. Dengan sangat ogah aku
pun tidak memilih. Namun, setelah melihat kaum wanita yang semakin beringas dan
sangat galak, akhirnya aku memilih beha yang ukurannya paling kecil. Yah,
semoga saja itu adalah pengalaman pertama dan sekaligus juga pengalaman terakhirku
memakai beha. Amieeennn… semoga jangan sampai terulang lagi… amieeennnn…
“Lho??
Kok kumismu gak dicukur??” ada suara protes
“Gak
ah. Biarkan saja begini. Aku gak mau dicukur” jawabku
“Yang
lain aja pada dicukur. Kenapa kamu gak cukur kumis??” memaksa
“Pokoknya
Enggak!! Kalo Dicukur, aku gak mau berangkat…”
“Pokoknya
cukur!!!”
“Enggak!!!”
“Cukur!!!”
“cukurrrr!!!”
“Enggaaaakkkk!!”
“Enggaaaakkkk!!!!”
Perdebatan berlangsung
dengan sengit, kami saling mengeluarkan ilmu yang kami dapat dari embah-embah
di Gunung Penanggungan, sampai akhirnya datang Mbak Purwanti yang menengahi.
“Sudahlah sudah,
kalau gak mau dicukur juga gak apa-apa. Toh, mereka (kaum cowok) juga sudah mau
kita dandani kan??“ *bijak banggeeetttt…. Xixixixixi
Akhirnya lawanku
berdebat tadi bisa menerima. Dan….
“HHOOOORRRREEEE!!!!!”
terdengar beberapa temanku yang bersorak kegirangan seolah merayakan kemenangan
atas penjajahan belanda. Mereka juga gak mau dicukur kumisnya atau bahkan
jenggotnya. Dan alhasil, penampilan kami waktu itu sangatlah menggoda.. mari
kita bahas satu persatu dan juga mari kita bayangkan…
- M. Fuad S. T, cowok keren yang berubah menjadi
wanita dengan baju biru dengan cirri-ciri berkumis, berbedak agak luntur
(karena memang meminta dibedaki tidak tebal-tebal), dan memakai bando
jarring-jaring kuning. Sekilas penampilannya mirip dengan waria yang sering
mangkal di pantai Boom Tuban. Nama samarannya adalah SONIA, dan
diperlengkapi dengan senjata berupa tas tangan pinjeman dari ibu-ibu, dan
diperlengkapi pula dengan sandal jepit merek swallow warna putih.
Sonia Poncowati... - Zen Fikri, cowok ahli computer yang berubah
menjadi wanita berbaju daster biru, dengan cirri-ciri berkumis tipis,
berjenggot, dan berbedak agak tebal. Diperlengkapi dengan jilbab hitam, dan
juga gitar kentrung yang terbuat dari setereofoam. Nama samarannya adalah FIKA,
dan ketika bersuara, suaranya mirip dengan mahluk abal-abal yang sangat
menggemaskan.
Vika Gerrardo.... - Era Devinata. Sangat total dalam menjalankan
perannya sebagai mahluk jadi-jadian. Kumisnya dicukur, dan wajah cakepnya
semakin membuat dia menjadi tampak manis. Bermodalkan kecrekan atau
icik-icik yang terbuat dari tutup botol minuman ringan, dia menyanyi dan
menari dengan sangat heroic. Lagu andalannya Cuma satu, yakni mars para
waria sepanjang zaman, yakni andeca-andeci, bora, bora bori.. cukup sampai
disitu saja dan tidak ada kelanjutannya lagi lagu yang dia dendangkan.
Memakai nama samaran DEVINA, penampilannya tak ubah seperti waria
propessional.
Devita Angelica Tambunan... - Hafi, atau Hamdan Firdaus, adalah yang paling
bersemangat dalam melakukan perubahan bentuk ini. Dia dengan sangat suka
hati dan suka jiwa menyerahkan segala apa yang dimilikinya demi menjadi
seorang manusia jadi-jadian. Hal ini bisa dilihat dari dandanannya yang
menor, ditambah dengan lipstick yang menggoda dan juga tak lupa bando yang
setia menambah kemanisan penampilannya waktu itu. menggunakan nama samaran
FIRDA, penampilannya patut diacungi jempol untuk totalitas yang dia
perankan.
Firda Sembarang... - Budiyanto… cowok cenderung pendiam yang jago
gitar ini sungguh mengenaskan. Wajahnya yang menunjukkan dia cowok
biasa-biasa aja, harus dipermak dan dimanipulasi sedemikian rupa sehingga
dia mampu menjadi seseorang yang benar-benar pantas untuk disebut sebagai
mahluk jadi-jadian. Tubuhnya yang tinggi besar, sangat saru ketika harus
bertingkah seperti waria yang ada di tipi-tipi. Belum lagi dengan hal-hal
non teknis lain semisal suara yang aduhai ketika berbicara laksana wanita
professional. Sekilas, jika anda tidak teliti, maka anda akan menyangka
ada Dorce Gamalama yang sedang mengungsi karena terkena letusan gunung
berapi di daerahnya. Bersenjatakan gitar kotak dengan 3 senar khas para musisi
jalanan yang sedang mencari jati diri, cowok dengan nama samara BUDIYANTI
ini sangat cocok jika dijadikan bintang iklan obat panu dan jamur.
Pastinya, dengan dia sebagai jamurnya. Hehehehehe…
Budiyanti Tri Rhayuningtyas... - korban terakhir dari keganasan kaum perempuan di KKN kami adalah sesosok pria tambun yang bernama Dicky Awwaluddin. walaupun berwajah sangar, tapi dia cukup manis sewaktu didandani menjadi kaum yang tidak jelas. dengan nama samaran AWWALIA, dia pun bergaya laksana wanita sungguhan. wajahnya yang imut-imut , dengan kacamata yang selalu menghiasinya tentu sangat menggemaskan. apalagi jika kita melihat jenggotnya. heeemmm... wanita berjenggot ini. xixixixi
Awwalia Kusumawardani...
Yups, silahkan
dibayangkan bagaimana keadaan kami waktu itu.. benar-benar mengenaskan dengan
apa yang kami kenakan… tak tahulah aku, yang penting pada saat itu, aku harus
segera bersiap karena rombongan kami sudah akan berangkat dengan mengendarai
“TOSSA” *macam kambing yang akan dijual saja ya aku ini.berangkat ke tempat
karnaval dengan mengendarai tossa. Dan, acting sebagai Perempuan (tepatnya
makhluk jadi-jadian) pun dimulai…
No comments:
Post a Comment