Setelah
membahas tentang betapa bahagianya aku ketika melihat kiriman e-mail dari si
Yun, sahabatku itu, sekarang waktunya untuk membahas apa yang terkandung dalam
sisi gelap dalam puisi yang aku buat khusus untuk dia. Seperti permintaannya,
aku membuat puisi itu sesuai dengan kisah perjalanan mereka berdua dalam
mengarungi kisah yang mereka rajut. Hemmm… bener-bener sangat tidak
menyangka...
“puisi
yang ke-tiga wan… yang membuatku menghafalkan isinya…”
Ya, memang, ada beberapa
puisi yang aku buat untuk dia, dan dia memilih puisi yang ke-tiga yang mengilustrasikan
kisah perjalanan yang mereka lakukan.
Dalam pembuatan puisi ini, sebenarnya aku ragu… karena aku
merasa Yun dan Mudzakir harusnya bisa mendapatkan puisi yang lebih bagus dan
bukan merupakan goresan tanganku. Namun, dia meyakinkan dan meminta untuk
dibuatkan. Dia percaya dengan apa yang aku bisa. Maka, aku pun memulai
membuatnya dengan hati-hati.
Aku tak pernah merasakan tantangan ketika harus membuat
puisi seperti apa yang dipesankan oleh sahabatku. Ada beberapa tantangan yang
mengiringi proses pembuatanku. Yang pertama adalah membuat Puisi dengan Format
maksimal 10 baris, dan yang kedua adalah merangkai setiap kata menjadi kalimat
yang tepat untuk menggambarkan perjalanan kisah mereka. Itulah yang aku rasakan
ketika membuat puisi bagi si Yun.
Tantangan pertama adalah membuat puisi dengan maksimal 10
baris. Bagiku pribadi, puisi adalah sebuah cerita, yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada para pembacanya. Sedangkan, persepsi dari pembaca, makna apa
yang terkandung, interpretasi dari puisi itu adalah hak sepenuhnya bagi si
pembaca. Nah, untuk aku, membuat puisi (yang bagiku adalah sebuah cerita),
jelas lebih mudah jika tidak dibatasi oleh baris. Karena dengan puisi yang
tidak dibatasi oleh baris, maka, cerita yang aku sampaikan akan lebih urut,
runtut dan lebih mengalir daripada puisi dengan batasan baris. Dengan 10 baris,
berarti kita harus menyampaikan cerita dalam bentuk puisi tersebut mulai awal
hingga akhir hanya dalam 10 baris, tidak boleh lebih. Namun, Alhamdulillah,
dengan rasa yang cenderung autis, akhirnya aku bisa menyelesaikan tantangan
pertama ini.
Tantangan
kedua adalah merangkai kata untuk menggambarkan perjalanan cinta mereka berdua.
Jika tidak mirip dengan gambaran yang mereka jalani, maka namanya tidak
menggambarkan perjalanan mereka dung. Dan lagi, harus dengan kata yang tidak
pasaran. Maksudnya adalah dengan kata yang berkiasan, namun bisa dipahami dan
di interpretasikan dengan baik oleh para pembacanya. Dan Alhamdulillah,
akhirnya dengan keyakinan yang setengah-setengah, aku bisa menyelesaikannya
juga… hehehehe…
Sudah ah,
capke untuk nulisnya. Kapan-kapan disambung lagi… thathaaaaaa…….
No comments:
Post a Comment